Suatu kenikmatan yang sangat indah adalah bila seorang
hamba bisa merasakan bagaimana bermunajat dengan Allah di tengah malam terutama
ketika 1/3 malam terakhir. Berikut sedikit panduan dari kami mengenai shalat
tahajud.
Maksud Shalat Tahajud
Shalat malam (qiyamul lail) biasa disebut juga dengan
shalat tahajud. Mayoritas pakar fiqih mengatakan bahwa shalat tahajud adalah
shalat sunnah yang dilakukan di malam hari secara umum setelah bangun tidur.
Keutamaan Shalat Tahajud
Keutamaan Shalat Tahajud
1.
Shalat tahajud adalah sifat orang bertakwa dan calon
penghuni surga.
Allah Ta'ala
berfirman :
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada
dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala
pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang
yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan
selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz Dzariyat:
15-18).
Al Hasan Al Bashri mengatakan mengenai ayat ini,
“Mereka bersengaja melaksanakan qiyamul lail (shalat tahajud). Di malam hari,
mereka hanya tidur sedikit saja. Mereka menghidupkan malam hingga sahur
(menjelang shubuh). Dan mereka pun banyak beristighfar di waktu sahur.”
2.
Tidak sama antara orang yang shalat malam dan yang
tidak.
Allah Ta'ala
berfirman :
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9).
Yang dimaksud qunut dalam ayat ini bukan hanya
berdiri, namun juga disertai dengan khusu'.
Salah satu maksud ayat ini, “Apakah sama antara orang yang berdiri untuk
beribadah (di waktu malam) dengan orang yang tidak demikian?!”4
Jawabannya, tentu saja tidak sama.
3.
Shalat tahajud adalah sebaik-baik shalat sunnah.
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah
puasa pada bulan Allah –Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib
adalah shalat malam.”
An Nawawi -rahimahullah- mengatakan, “Ini
adalah dalil dari kesepakatan ulama bahwa shalat sunnah di malam hari lebih
baik dari shalat sunnah di siang hari. Ini juga adalah dalil bagi ulama
Syafi’iyah (yang satu madzhab dengan kami) di antaranya Abu Ishaq Al Maruzi dan
yang sepaham dengannya, bahwa shalat malam lebih baik dari shalat sunnah
rawatib. Sebagian ulama Syafi’iyah yang lain berpendapat bahwa shalat sunnah
rawatib lebih afdhol (lebih utama) dari shalat malam karena kemiripannya dengan
shalat wajib. Namun pendapat pertama tetap lebih kuat dan sesuai dengan hadits.
Wallahu a’lam.
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Waktu tahajud di
malam hari adalah sebaik-baik waktu pelaksanaan shalat sunnah. Ketika itu hamba
semakin dekat dengan Rabbnya. Waktu tersebut adalah saat dibukakannya pintu
langit dan terijabahinya (terkabulnya) do'a. Saat itu adalah waktu untuk
mengemukakan berbagai macam hajat kepada Allah.”
'Amr bin Al 'Ash mengatakan, “Satu raka'at shalat
sunnah di malam hari lebih baik dari 10 raka'at shalat sunnah di siang hari.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Dunya.
Ibnu Rajab mengatakan, “Di sini 'Amr bin Al 'Ash
membedakan antara shalat malam dan shalat di siang hari. Shalat malam lebih
mudah dilakukan sembunyi-sembunyi dan lebih mudah mengantarkan pada keikhlasan.”
Inilah sebabnya para ulama lebih menyukai shalat malam karena amalannya yang
jarang diketahui orang lain.
4.
Shalat tahajud adalah kebiasaan orang sholih.
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat
malam) karena shalat malam adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan
membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan
kesalahan dan dosa.”
5.
Sebaik-baik orang adalah yang melaksanakan shalat
tahajud.
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam pernah mengatakan mengenai 'Abdullah bin 'Umar,
« نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ » . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .
“Sebaik-baik orang adalah 'Abdullah (maksudnya Ibnu
'Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah
dikatakan seperti ini, Abdullah bin 'Umar tidak pernah lagi tidur di waktu
malam kecuali sedikit.”
Waktu Shalat Tahajud
Shalat tahajud boleh dikerjakan di awal, pertengahan
atau akhir malam. Ini semua pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik -pembantu Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam- mengatakan,
مَا كُنَّا نَشَاءُ أَنْ نَرَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلِ مُصَلِّيًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ وَلَا نَشَاءُ أَنْ نَرَاهُ نَائِمًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ
“Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam di malam hari mengerjakan shalat kecuali pasti
kami melihatnya. Dan tidaklah kami bangun melihat beliau dalam keadaan tidur
kecuali pasti kami melihatnya pula.”
Ibnu Hajar menjelaskan,
إِنَّ صَلَاته وَنَوْمه كَانَ يَخْتَلِف بِاللَّيْلِ وَلَا يُرَتِّب وَقْتًا مُعَيَّنًا بَلْ بِحَسَبِ مَا تَيَسَّرَ لَهُ الْقِيَام
“Sesungguhnya waktu shalat malam dan tidur yang
dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbeda-beda setiap malamnya.
Beliau tidak menetapkan waktu tertentu untuk shalat. Namun beliau
mengerjakannya sesuai keadaan yang mudah bagi beliau.”
Waktu Utama untuk Shalat Tahajud
Waktu utama untuk shalat malam adalah di akhir malam.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kami -Tabaroka wa Ta'ala- akan turun setiap
malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Allah
berfirman, “Siapa yang memanjatkan do'a pada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya.
Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang meminta
ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan untuknya.”
Dari 'Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya puasa yang paling dicintai di sisi
Allah adalah puasa Daud15 dan shalat yang dicintai Allah adalah
shalatnya Nabi Daud 'alaihis salam. Beliau biasa tidur di separuh malam dan
bangun tidur pada sepertiga malam terakhir. Lalu beliau tidur kembali pada
seperenam malam terakhir. Nabi Daud biasa sehari berpuasa dan keesokan harinya
tidak berpuasa.”
'Aisyah pernah ditanyakan mengenai shalat malam yang
dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Aisyah menjawab,
كَانَ يَنَامُ أَوَّلَهُ وَيَقُومُ آخِرَهُ ، فَيُصَلِّى ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى فِرَاشِهِ ، فَإِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ وَثَبَ ، فَإِنْ كَانَ بِهِ حَاجَةٌ اغْتَسَلَ ، وَإِلاَّ تَوَضَّأَ وَخَرَجَ
“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa tidur di
awal malam, lalu beliau bangun di akhir malam. Kemudian beliau melaksanakan
shalat, lalu beliau kembali lagi ke tempat tidurnya. Jika terdengar suara
muadzin, barulah beliau bangun kembali. Jika memiliki hajat, beliau mandi. Dan
jika tidak, beliau berwudhu lalu segera keluar (ke masjid).”
Shalat Tahajud Ketika Kondisi Sulit
Bermunajatlah pada Allah di akhir malam ketika kondisi
begitu sulit.
'Ali bin Abi Tholib pernah menceritakan,
رَأَيْتُنَا لَيْلَةَ بَدْرٍ وَمَا مِنَّا إِنْسَانٌ إِلاَّ نَائِمٌ إِلاَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِنَّهُ كَانَ يُصَلِّى إِلَى شَجَرَةٍ وَيَدْعُو حَتَّى أَصْبَحَ وَمَا كَانَ مِنَّا فَارِسٌ يَوْمَ بَدْرٍ غَيْرَ الْمِقْدَادِ بْنِ الأَسْوَدِ
“Kami pernah memperhatikan pada malam Badar dan
ketika itu semua orang pada terlelap tidur kecuali Rasulullah shallalahu
'alaihi wa sallam. Beliau melaksanakan shalat di bawah pohon. Beliau
memanjatkan do'a pada Allah hingga waktu Shubuh. Dan tidak ada di antara kami
tidak ada yang mahir menunggang kuda selain Al Miqdad bin Al Aswad.”
Dalam riwayat lain disebutkan,
يُصَلِّى وَيَبْكِى حَتَّى أَصْبَحَ
“Beliau melaksanakan shalat sambil menangis hingga
waktu shubuh.”
Jumlah Raka'at Shalat Tahajud yang Dianjurkan (Disunnahkan)
Jumlah raka'at shalat tahajud yang dianjurkan adalah
tidak lebih dari 11 atau 13 raka'at. Dan inilah yang menjadi pilihan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam.
'Aisyah mengatakan,
مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ، يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثًا
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah menambah shalat malam di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11
raka'at. Beliau melakukan shalat empat raka'at, maka jangan tanyakan mengenai
bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat empat raka'at lagi dan
jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat
tiga raka'at.”
Ibnu 'Abbas mengatakan,
كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ
“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa
melaksanakan shalat malam 13 raka'at. ”21
Zaid bin Kholid Al Juhani mengatakan,
لأَرْمُقَنَّ صَلاَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّيْلَةَ فَصَلَّى. رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً.
“Aku pernah memperhatikan shalat malam yang
dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pun
melaksanakan 2 raka'at ringan. Kemudian setelah itu beliau laksanakan 2 raka'at
yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka'at yang lebih
ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka'at lagi yang
lebih ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 raka'at yang lebih
ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka'at lagi yang
lebih ringan dari sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah
beliau laksanakan shalat malam ketika itu 13 raka'at.”
Ini berarti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan
witir dengan 1 raka'at.
Dari sini menunjukkan bahwa disunnahkan sebelum shalat
malam, dibuka dengan 2 raka'at ringan terlebih dahulu. 'Aisyah mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ لِيُصَلِّىَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ.
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika
hendak melaksanakan shalat malam, beliau buka terlebih dahulu dengan
melaksanakan shalat dua rak'at yang ringan.”
Bolehkah Menambahkan Raka'at Shalat Malam Lebih Dari 11 Raka'at?
Bolehkah Menambahkan Raka'at Shalat Malam Lebih Dari 11 Raka'at?
Al Qodhi 'Iyadh mengatakan,
وَلَا خِلَاف أَنَّهُ لَيْسَ فِي ذَلِكَ حَدّ لَا يُزَاد عَلَيْهِ وَلَا يَنْقُص مِنْهُ ، وَأَنَّ صَلَاة اللَّيْل مِنْ الطَّاعَات الَّتِي كُلَّمَا زَادَ فِيهَا زَادَ الْأَجْر ، وَإِنَّمَا الْخِلَاف فِي فِعْل النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا اِخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ
“Tidak ada khilaf bahwa tidak ada batasan jumlah
raka'at dalam shalat malam, tidak mengapa ditambah atau dikurang. Alasannya,
shalat malam adalah bagian dari ketaatan yang apabila seseorang menambah jumlah
raka'atnya maka bertambah pula pahalanya. Jika dilakukan seperti ini, maka itu
hanya menyelisihi perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan
menyelisihi pilihan yang beliau pilih untuk dirinya sendiri.”
Ibnu 'Abdil Barr mengatakan,
فلا خلاف بين المسلمين أن صلاة الليل ليس فيها حد محدود وأنها نافلة وفعل خير وعمل بر فمن شاء استقل ومن شاء استكثر
“Tidak ada khilaf di antara kaum muslimin bahwa shalat
malam tidak ada batasan raka'atnya. Shalat malam adalah shalat nafilah (shalat
sunnah) dan termasuk amalan kebaikan. Seseorang boleh semaunya mengerjakan
dengan jumlah raka'at yang sedikit atau pun banyak.”
Adapun dalil yang menunjukkan bolehnya menambah lebih
dari 11 raka'at, di antaranya:
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Shalat malam itu dua raka'at-dua raka'at. Jika
salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu
raka'at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.”
Padahal ini dalam konteks pertanyaan. Seandainya
shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan
menjelaskannya.
Lalu bagaimana dengan hadits 'Aisyah,
مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah menambah shalat malam di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11
raka'at.”
Jawabannya adalah sebagai berikut:
Jika ingin mengikuti sunnah (ajaran) Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, maka mestinya mencocoki beliau dalam jumlah raka'at
shalat juga dengan tata cara shalatnya.
Sedangkan shalat yang paling bagus, kata Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam adalah,
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوت
“Shalat yang paling baik adalah yang paling lama
berdirinya.”29
Namun sekarang yang melakukan 11 raka'at demi
mencontoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melakukan lama
seperti beliau. Padahal jika kita ingin mencontoh jumlah raka'at yang dilakukan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seharusnya juga lama shalatnya pun
sama.
Sekarang pertanyaannya, manakah yang lebih utama melakukan shalat malam 11 raka'at dalam waktu 1 jam ataukah shalat malam 23 raka'at yang dilakukan dalam waktu dua jam atau tiga jam?
Yang satu mendekati perbuatan Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam dari segi jumlah raka'at. Namun yang satu mendekati ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari segi lamanya. Manakah di antara kedua cara ini yang lebih baik?
Sekarang pertanyaannya, manakah yang lebih utama melakukan shalat malam 11 raka'at dalam waktu 1 jam ataukah shalat malam 23 raka'at yang dilakukan dalam waktu dua jam atau tiga jam?
Yang satu mendekati perbuatan Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam dari segi jumlah raka'at. Namun yang satu mendekati ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari segi lamanya. Manakah di antara kedua cara ini yang lebih baik?
Jawabannya, tentu yang kedua yaitu yang shalatnya
lebih lama dengan raka'at yang lebih banyak. Alasannya, karena pujian Allah
terhadap orang yang waktu malamnya digunakan untuk shalat malam dan sedikit
tidurnya. Allah Ta'ala berfirman,
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu
malam.” (QS. Adz Dzariyat: 17)
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.”
(QS. Al Insan: 26)
Oleh karena itu, para ulama ada yang melakukan shalat
malam hanya dengan 11 raka'at namun dengan raka'at yang panjang. Ada pula yang
melakukannya dengan 20 raka'at atau 36 raka'at. Ada pula yang kurang atau lebih
dari itu. Mereka di sini bukan bermaksud menyelisihi ajaran Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Namun yang mereka inginkan adalah mengikuti maksud Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yaitu dengan mengerjakan shalat malam dengan thulul
qunut (berdiri yang lama).
Sampai-sampai sebagian ulama memiliki perkataan yang bagus, “Barangsiapa yang ingin memperlama berdiri dan membaca surat dalam shalat malam, maka ia boleh mengerjakannya dengan raka'at yang sedikit. Namun jika ia ingin tidak terlalu berdiri dan membaca surat, hendaklah ia menambah raka'atnya.”
Mengapa ulama ini bisa mengatakan demikian? Karena
yang jadi patokan adalah lama berdiri di hadapan Allah ketika shalat malam.
-Demikianlah faedah yang kami dapatkan dari penjelasan Syaikh Musthofa Al
'Adawi dalam At Tarsyid-
Qodho' bagi yang Luput dari Shalat Tahajud karena Udzur
Bagi yang luput dari shalat tahajud karena udzur seperti
ketiduran atau sakit, maka ia boleh mengqodho'nya di siang hari sebelum Zhuhur.
'Aisyah mengatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا فَاتَتْهُ الصَّلاَةُ مِنَ اللَّيْلِ مِنْ وَجَعٍ أَوْ غَيْرِهِ صَلَّى مِنَ النَّهَارِ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً.
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, jika beliau luput dari shalat malam karena tidur atau udzur lainnya,
beliau mengqodho'nya di siang hari dengan mengerjakan 12 raka'at.”31
'Umar bin Khottob mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
'Umar bin Khottob mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَىْءٍ مِنْهُ فَقَرَأَهُ فِيمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الظُّهْرِ كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيْلِ
“Barangsiapa yang tertidur dari penjagaannya atau dari
yang lainnya, lalu ia membaca apa yang biasa ia baca di shalat malam antara
shalat shubuh dan shalat zhuhur, maka ia dicatat seperti membacanya di malam
hari.”32
Demikian pembahasan ringkas kami mengenai shalat tahajud. Kami masih akan membahas kiat-kiat bangun shalat tahajud dan panduan shalat witir -insya Allah-. Semoga Allah mudahkan.
Semoga kita semakin terbimbing dengan sajian ringkas ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan sekaligus merutinkannya.
Demikian pembahasan ringkas kami mengenai shalat tahajud. Kami masih akan membahas kiat-kiat bangun shalat tahajud dan panduan shalat witir -insya Allah-. Semoga Allah mudahkan.
Semoga kita semakin terbimbing dengan sajian ringkas ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan sekaligus merutinkannya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna.
“Keutamaan Shalat Tahajud ”
Shalat
malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud,
artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakan sholat Tahajud, harus
tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang
hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.
Berfirman
Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79)
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79)
Shalat
Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah
shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan. Sahabat
Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta
sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan
selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda
Nabi Muhammad SAW : “Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam”
( HR. Muslim )
Waktu Untuk
Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )
Menurut
keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam
yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah
yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?” Sahabat Abu Dzar menjawab :
“Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku
ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali
orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda
Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW
bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Jumlah
Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun
Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi
Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.
Adapun surat
yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah
ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah
membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau
surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah
dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan
istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air.
Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga
membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda
Nabi SAW : “Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga keduanya shalat dua
raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang
selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan
Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Sedangkan
yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
0 komentar:
Posting Komentar