Senin, 11 Februari 2013

ANALISIS MOTIVASI MASYARAKAT PENGGUNA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DI DESA BUNG SIDOM KECAMATAN BLANG BINTANG KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
      Pembangunan..kesehatan..bertujuan..untuk..meningkatkan..kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal,meliputi kesehatan fisik, mental dan social, (Depkes RI,2000). Kesehatan gigi dan mulut merupakan merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya,sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhannya. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk kecantikan (estetika), mengunyah, berbicara,dan mempertahankan bentuk muka .mengingat kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga  kesehatan gigi sedini..mungkin..agar..dapat..bertahan..lama..dalam..rongga..mulut (Eka, 2012).
Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi, hal itu berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi mempunyai banyak peranan pada seseorang, jika seseorang kehilangan gigi alternatifnya adalah memasang gigi palsu atau  gigi tiruan. Gigi merupakan bagian keras yang terdapat dalam mulut dengan struktur yang bervariasi. Gigi mempunyai banyak fungsi diantaranya untuk mengunyah, keindahan atau estetika, dan agar dapat berbicara dengan jelas atau fungsi fonetik. Jika seseorang kehilangan gigi karena tanggal atau dicabut maka orang tersebut harus memasang gigi palsu.(Muhammad, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glaxo Smith Kline (GSK), terungkap 14% masyarakat Indonesia adalah pengguna gigi tiruan, dengan usia 15 tahun ke atas.  Sementara 54% pengguna gigi tiruan berusia 65 tahun ke atas. Penyebabnya,,.Karena..gigi..mereka..ompong (Iis Zatnika, 2011). Oleh karena itu dituntut harus menggunakan gigi palsu. Terdapat beragam kendala yang harus dihadapi oleh pengguna gigi tiruan dalam berbicara, tertawa dan makan karena bila tidak diatasi dengan seksama dapat memberikan rasa tidak nyaman dan kurang percaya diri (Eko, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa, kehilangan gigi ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun sebesar 5,9%, dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas, kehilangan gigi mencapai 17,6%. Pemakaian gigi tiruan diperlukan apabila seseorang telah kehilangan giginya.
Dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan gigi tiruan, faktor motivasi dapat memegang peranan yang sangat besar. Sebelum seseorang memutuskan menggunakan gigi tiruan, sudah pasti setiap individu memiliki motivasi tertentu yang ia harapkan akan tercapai setelah penggunaan gigi tiruan tersebut (Nira.2011 )
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan penulis pada 18 orang masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di desa Di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar penulis menemukan 16 orang yang kebersihan gigi dan mulutnya masih rendah dan dua orang sedang.
Maka berdasarkan latar belakang tersebut inilah yang mendorong penulis untuk melakukan peneltian tentang Analisis Motivasi Masyarakat Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar  Tahun 2012.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis motivasi intrinsik dan ektrinsik masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan terhadap kebersihan gigi dan mulut di desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2012
2. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui analisis motivasi intrinsic masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan terhadap kebersihan gigi dan mulut di desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2012.
b.      Untuk mengetahui analisis motivasi intrinsik dan ektrinsik dalam pemeliharaan pengguna gigi tiruan di desa Bung Sidom Kecamatan Blang bintang kabupaten aceh besar tahun 2012.
c.       Untuk mengetahui kebersihan gigi dan mulut masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom.

D. Manfaat Penelitian
1.Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan penelitian, khususnya tentang analisis motivasi dalam pemeliharaan pengguna gigi tiruan di Desa Bung Sidom kecamatan Blang Bintang kabupaten Aceh Besar.
2. Bagi Akademik
            Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan informasi dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan perilaku masyarakat tentang motivasi dalam pemeliharaan pengguna gigi tiruan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang artinya menggerakkan. Seorang bergerak untuk menggunakan suatu produk karena ada sesuatu yang menggerakkan. Proses timbulnya dorongan sehingga seseorang bergerak untuk menggunakan suatu produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk menggunakannya namanya adalah motif. Proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan (Yulianita, 2011). Motivasi juga bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah, keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior) (Jenny,2010).
2.Unsur-Unsur Yang Terlibat Dalam Proses Motivasi Meliputi:
1) Kebutuhan
Kebutuhan yang fisiologik antara lain kebutuhan akan makanan, udara, air dan pakaian, perlindungan serta kebutuhan seksual, karena semua ini merupakan kebutuhan untuk menopang hidup biologis sebagai kebutuhan primer atau motif primer.
2)  Perilaku
Merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku ini dapat diamati dalam bentuk pengambilan keputusan, pemilihan merk, dan penolakan terhadap suatu produk.
3)  Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh seseorang individu sebagai hasil atas perilaku yang dilakukan. Tujuan yang dipilih oleh seseorang tergantung pengalaman pribadinya, kapasitas fisik, norma-norma dan nilai budaya yang ada dan kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut. Seseorang dalam memenuhi kebutuhannya melakukan mobilitas yang tinggi (Yulianita, 2011).
3. Pembagian Motivasi
Secara umum motivasi ada 2 yang di kenal yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau ransangan bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sebagian orang berpendapat bahwa motivasi intrinsik itu identik dengan panggilan jiwa. Yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri dan sudah merupakan bagian dari dalam diri (Herijulianti, dkk,2001). Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu  tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu ( kamrianti, 2011).  Motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri) ( Irina ,2010).

b.Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasi bermacam-macam sesuai dengan karakter pendidikan atau latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas dan orang yang mengawasi. Sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh (Herijulianti,dkk,2001). Motifasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar  (kamrianti,2011).

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal atau faktor yang berasal dari pribadi konsumen terdiri dari :
1.    Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup.
 Konsumsi  seseorang  dibentuk  oleh  tahapan siklus kehidupan keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
2.Keadaan Ekonomi.
    Yang  dimaksud  dengan  keadaan  ekonomi seseorang adalah terdiri  dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase  yang  mudah dijadikan uang), kemampuan untuk  meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan  menabung.
3.Gaya Hidup.
             Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan seseorang secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan seseorang individu berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu
4. Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk , 2000). Berdasarkan definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakannya dengan orang lain..Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Secara praktis konsep kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon seseorang untuk berbagai situasi sangat berguna dalam menganalisa perilaku seseorang.
5. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan suatu produk atau jasa. Semakin baik pekerjaan, maka akan semakin tinggi penghasilan yang diperoleh, tentu orang tersebut akan semakin selektif dalam memilih (Ristika, 2010) .
b. Faktor Eksternal:
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. keputusan seseorang untuk mendapatkan atau menggunakan suatu barang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi. Adapun faktor-faktor eksternal tersebut dapat dijelasan sebagai berikut:
1.    Faktor Budaya
            Budaya nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma yang melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan individu dalam masyarakat tersebut. Sikap dan tindakan individu dalam suatu masyarakat dalam beberapa hal yang berkaitan dengan nilai, keyakinan aturan dan norma akan menimbulkan sikap dan tindakan yang cenderung homogen. Artinya, jika setiap individu mengacu pada nilai, keyakinan, aturan dan norma kelompok, maka sikap dan perilaku mereka akan cenderung seragam. Setiap kelompok masyarakat tertentu akan mempunyai cara yang berbeda dalam menjalani kehidupannya dengan sekelompok masyarakat yang lainnya.
            Cara-cara menjalan kehidupan sekelompok masyarakat dapat didefinisikan sebagai budaya masyarakat tersebut. Satu definisi klasik mengenai budaya adalah sebagai berikut: "budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu (Wallendorf & Reilly dalam Mowen: 1995)". Definisi di atas menunjukkan bahwa budaya merupakan cara menjalani hidup dari suatu masyarakat yang ditransmisikan pada anggota masyarakatnya dari generasi ke generasi berikutnya. Proses transmisi dari generasi ke generasi tersebut dalam perjalanannya mengalami berbagai proses distorsi dan penetrasi budaya lain.
            Hal ini dimungkinkan karena informasi dan mobilitas anggota suatu masyarakat dengan anggota masyarakat yang lainnya mengalir tanpa hambatan. Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial seseorang. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
            Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
2.    Keluarga
Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tingga bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti, ditambah kerabat lain, seperti kakek-nenek, paman dan bibi, sepupu dan kerabat karena perkawinan. Keluarga dimana seseorang dilahirkan disebut keluarga orientasi (family of orientation), sementara keluarga yang ditegakkan melalui perkawinan adalah keluarga prokreasi (family of procreation).
Pengertian rumah tangga dan keluarga kadang-kadang diartikan sebagai sesuatu yang tidak berbeda. Padahal, dua istilah itu mempunyai pengertian yang berbeda dan tentu saja mempunyai makna yang berbeda pula. Kasali (1999) mendefinisikan keluarga sebagai sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya diikat oleh darah, perkawinan atau adopsi. Sedangkan rumah tangga tidak selalu berisi anggota masyarakat yang diikat oleh hubungan keluarga. Dengan demikian ada rumah tangga yang bukan keluarga (nonfamily household), misalnya ada sekelompok mahasiswa yang tinggal bersama dalam satu rumah. Dalam hal itu mereka bisa dikatakan satu rumah tangga, tetapi bukan satu keluarga. Di Indonesia pada tahun 1996 ada sekitar 111,3 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun, atau sekitar 56,1% dari total populasi penduduk di Indonesia. Jumlah keluarga sebanyak itu merupakan pasar potensial yang sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu akan dibahas bagaimana pola pengambilan keputusan diantara anggota-anggota keluarga, siapa mempengaruhi siapa, dan bagaimana keputusan penggunaan suatu item produk diambil.
3.    Kelas..Sosial
Perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial seseorang. Kelas social merupakan pelapisan sosial yang terjadi pada msyarakat. Dalam setiap masyarakat terdapat kelas sosial. Pelapisan sosial terjadi karena dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dianggap bernilai. Orang yang memiliki sesuatu yang bernilai dalam jumlah banyak akan menduduki kelas sosial yang tinggi. Orang dengan sedikit sesuatu yang dianggap bernilai dalam masyarakat akan menduduki kelas bawah. Sesuatu yang dianggap bernilai dalam suatu masyarakat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Terdapat variabel-variabel yang menentukan kelas sosial seseorang. Variabel yang membentuk kelas sosial dapat berupa:
1.    Ekonomi : Pekerjaan, Pendapatan, dan Kekayaan
2.    Interaksi : Prestis pribadi, Asosiasi, Sosialisasi.
3.    Politik : Kekuasaan, Kesadaran kelas, dan Mobilitas /suksesi.
Dalam berperilaku, status sosial konsumen turut memainkan pengaruh. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan konsumen sangat ditentukan oleh status sosialnya. Kelas sosial tertentu akan melahirkan gaya hidup tertentu. Hubungan antara kelas sosial dan gaya hidup dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Kelas sosial mempengaruhi gaya hidup seseorang. Untuk menunjukkan kelas sosial tertentu, gaya hidup tentu harus ditunjukkan
b.    Kelas sosial dapat menjadi ukuran kepemilikan sumber daya.
c.    Produk digunakan sebagai simbol status. Orang menggunakan produk untuk menunjukkan kelas sosialnya.
d.    Pemakaian simbol status merupakan keahlian yang dipelajari. Kemampuan untuk menggunakan produk yang tepat guna menunjukan kelas merupakan keahlian yang dipelajari (Ristika, 2010)

5. Fungsi  Motivasi

Tujuan dari motivasi ialah sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu tindakan memotivasi atau memberikan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh pihak yang diberi motivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan diberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian yang akan dimotivasi ( Kamrianti , 2011).
Menurut Hamalik (1992) ada dua fungsi motivasi,yaitu :
  1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
  2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan
3.      sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (kamrianti , 2011).
6. Sifat dan Klasifikasi Motif
Motivasi sesoerang akan berubah dan berkembang sejalan dengan berkembangnya pengalaman dan proses pembelajaran yang berlangsung. Kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Seorang individu akan  berinteraksi  dengan  indivudu lain dan dari  interaksi tersebut  seserang akan mendapatkan  informasi-informasi penting berkaitan dengan cara-cara  untuk  memenuhi kebutuhan. Dari hal tersebut  pengtahuannya akan  meningkat dan  keinginan pun  akan  berkembang  ( Nira, 2011 ).
Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Kebutuhan tidak pernah terpuaskan
2.      Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan yang lama terpenuhi
3.      Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan mempengaruhi tujuan berikutnya
4.      Motif bersifat majemuk
Klasifikasi terhadap berbagai macam kebutuhan dirasakan penting untuk memahami seseorang. Loudon dan Bitta (1995) mengklasifikasikan motif mulai dari yang polanya sederhana hingga yang komprehensif. Pada pola yang sederhana motif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis klasifikasi, yaitu:
1.      Motif fisiologis dan psikogenik
Motif fisiologis diarahkan pada pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, seks, dan rasa sakit. Sedangkan motif psikogenik menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan psikologis seperti prestasi, penerimaan social, status, kekuasaan, pengetahuan, dan lain-lain :
2.      Motif disadari dan tidak disadari
Motif yang disadari adalah motif yang disadari sepenuhnya oleh seseorang , sebaliknya motif yang tidak disadari sepenuhnya oleh individu termasuk kedalam motif yang tidak disadari. Pada umumnya seseorang kurang menyadari motif sesungguhnya karena ketidakmauan untuk mengetahui alasan yang menyebabkannya melakukan suatu perilaku.
3.Motif positif dan motif negatif
Motif positif adalah motif yang menarik individu lebih  terfokus pada tujuan yang diharapkan, sedangkan motif negatif memberikan dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi-konsekuensi atau akibat yang tidak diinginkan (Nira, 2011 )
Teori Motivasi
Teori hierarki kebutuhan A. Maslow

Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow merupakan salah satu teori yang diperhatikan oleh manajer, karena sifatnya relative sederhana dan praktis.Teori kebutuhan manusia secara hierarki sebagai berikut:
1.      Kebutuhan fisiologis
2.      Kebutuhan rasa aman
3.      Kebutuhan sosial
4.      Kebutuhan akan penghargaan
5.      Kebutuhan aktualisasi diri
Teori Tiga Kebutuhan
Teori Tiga kebutuhan lebih popular dikenal sebagai “Trio of Needs” dikemukakan oleh Mc Clelland. Menurut Mc Clelland manusia memiliki tiga macam kebutuhan, yaitu:
1.      Kebutuhan untuk berkuasa
2.      Kebutuhan berafiliasi
3.      Kebutuhan berprestasi (Yulianita, 2011).

B.GIGI TIRUAN
1.Pengertian Gigi Tiruan  Atau Gigi  Palsu
Gigi palsu (denture) adalah seperangkat gigi pengganti buatan untuk setiap gigi yang hilang. Ada gigi palsu parsial, yang menggantikan hanya beberapa gigi dan mencegah gigi lain berubah posisi, dan ada juga gigi palsu lengkap, yang menggantikan semua gigi di mulut (Kamus Kesehatan,2009).Gigi tiruan atau gigi palsu dalam dunia kedokteran gigi sangat dikenal sebagai protesa yang paling populer dalam bidang prostetik.Gigi tiruan lahir sebagai sebuah alat yang diciptakan untuk membantu pasien mencapai kesehatannya kembali dengan bantuan gigi tiruan yang menyerupai gigi asli. Walaupun memang tak dapat dibantah bahwa, sebagus-bagusnya gigi tiruan, maka ia tidak akan pernah dapat dan bisa untuk mengganti fungsi gigi alami atau gigi asli. Hal ini termasuk pada bahan, sensasi rasa, serta efek psikologi penggunaannya. Mereka yang kehilangan gigi, biasanya memperlihatkan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih ke depan.Selain itu,timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita. Akibatnya, sulcus labio-nasalis menjadi lebih dalam. Gigi tiruan atau gigi palsu yang dikenal secara umum di masyarakat kita adalah gigi tiruan yang termasuk jenis gigi tiruan konvensional, yang diantaranya adalah gigi tiruan sebagian dan gigi tiruan penuh.Sebenarnya ada banyak jenis gigi tiruan (gigi palsu).Kemajuan di bidang kedokteran gigi selama bertahun-tahun jauh lebih baik menerapkan metode total perawatan kesehatan melalui bantuan gigi tiruan (Dzanuar ,2010).
Kedokteran gigi modern selalu berusaha menciptakan inovasi terbaru yang berusaha untuk menyamai bentuk, fungsi, dan karakter gigi alami (gigi asli) walaupun memang hal itu sulit.Gigi tiruan menjadi andalan para orang tua yang berusia lanjut untuk mengembalikan tampak estetik mereka yang telah hilang. Tidak sedikit dari mereka yang merasa meningkat kepercayaan dirinya setelah menggunakan gigi tiruan (gigi palsu).Hal ini karena mereka melihat diri di cermin dalam keadaan tidak dengan wajah yang penuh guratan di sekitar bibir (Dzanuar,2010).

2. Pembagian Gigi Tiruan
Seiring majunya teknologi, bahan dan alat dalam bidang kedokteran gigi, jenis gigi tiruan kini semakin bervariasi. Secara garis besar, gigi tiruan terbagi dalam kelompok yaitu gigi tiruan lepasan (GTL) dan gigi tiruan cekat (GTC). Gigi tiruan lepasan adalah gigi tiruan yang dapat dilepas dan dipasang oleh pengguna. Sedangkan gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pengguna. Untuk lebih detail dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Gigi Tiruan Sebagian
Yaitu gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi di dalam lengkung rahang Ada dua macam gigi tiruan sebagian yaitu: (1) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, yaitu GTS yang bisa dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun oleh dokter gigi. Gigi yang pemakaiannya dapat dilepas dan dapat digunakan untuk menggantikan kehilangan beberapa gigi (gigi tiruan sebagian) atau semua gigi di rahang atas dan rahang bawah (gigi tiruan penuh) atau  (2) Gigi Tiruan Sebagian Cekat, yaitu GTS yang dalam penggunaannya tidak bisa dilepas dengan mudah oleh pasien atau Gigi tiruan yang direkatkan secara permanen dengan bantuan semen ke gigi asli atau akar gigi asli. Mahkota dan jembatan (crown dan bridge) merupakan jenis gigi tiruan cekat. Mahkota tiruan (crown) adalah restorasi yang menutupi permukaan luar mahkota gigi. Fungsi crown adalah mengembalikan fungsi dan melindungi jaringan gigi. Pembuatan crown dilakukan bila gigi sudah tidak mungkin direstorasi menggunakan bahan tambal biasa akibat kerusakannya. Atau, akibat gigi tidak lagi didukung oleh struktur gigi sehat yang kuat untuk menahan beban kunyah.Jembatan (bridge) adalah gigi tiruan cekat yang menggantikan satu atau lebih gigi yang didukung beberapa gigi penyangga di sebelah gigi yang hilang.

2. Gigi Tiruan Lengkap
Yaitu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi dalam satu lengkung rahang maupun seluruh rahang di dalam rongga mulut.

3. Gigi Tiruan Implan
Akar gigi buatan yang ditanamkandi rahang dan berfungsi menyangga gigi tiruan.Implan memberikan fondasi yang stabil bagi gigi tiruan.Pada kasus-kasus kehilangan gigi yang banyak, gigi tiruan implant memberikan hasil terbaik. Sejalan dengan perkembangan teknologi, bahan gigi tiruankini berkembang pesat. Pada pembuatan gigi tiruan lepas, selain akrilik dan bahan metal,ada pula nilon termoplastik resin. Kelebihannya adalah dari segi estetika. Sebab, tidak menggunakan pegangan (cengkram) logam pada gigi penyangga.Bahan bridge juga beragam.Ada yang seluruhnya terbuat dari porselen, ada logam berlapis porselen, ada pula porselen dengan kekuatan tinggi.

4. Gigi Tiruan Immediate
Biasanya digunakan bagi pasien yang tidak ingin terlihat ompong setelah pencabutan gigi (dibuat sebelum gigi dicabut). Gigi tiruan ini mencegah pembengkakan serta perdarahan setelah pencabutan gigi. Namun, perlu diperbaiki setelah 3 bulan pemakaian sebab daerah bekas pencabutan akan berubah akibat
penyusutan tulang rahang.

5. Overdenture
Biasanya untuk kasus dengan penyusutan tulang rahang yang hanya tersisa sedikit gigi asli perbandingan mahkota dan akar yang tertanam kurang memadai. Pertama, saluran akar gigi (rootcanal treatment) asli dirawat. Kemudian, dipotong pendek dan diberi selubung. Setelah itu, diatas gigi dibuatkan gigi tiruan lepas. Tujuan dipertahankannya akar gigi asli adalah untuk mencegah penyusutan tulang
rahang lebih lanjut. Bila diperlukan, selubung gigi dipasangkan magnet agar tetap stabil saat digunakan. Kebersihan mulut yang optimal mencegah terjadinya kelainan di sekitar implan.
Untuk setiap kasus kehilangan gigi, dokter gigi akan memilihkan gigi tiruan yang tepat. Namun, setelah gigi tiruan dipasang, Anda tetap harus menjaga kebersihan mulut secara optimal. Pada pemakai gigi tiruan implan, kebersihan mulut mencegah kelainan di sekitar implan. Sementara, untuk pemakai gigi tiruan lepas, setiap malam perlu membersihkan gigi dengan sikat dan sabun lembut agar tidak terjadi penumpukan plak. Pada malam hari, gigi tiruan lepas harus direndam dalam air biasa. Penelitian menunjukkan bahwa gigi tiruan lepas sebaiknya dilepas minimal 8 jam perhari untuk mengistirahatkan jaringan pendukung gigi  tiruan (Fahmi, 2010).

3. Keuntungan dan Kerugian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a. Keuntungan
1.      Pembuatan gigi tiruan sebagai lepasan tidak pelu pembuangan jaringan gigi yang masih ada, sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat.
2.      Harga relatif murah
3.      Dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pengguna.
4.      Karena dapat dipasang dan dilepas, kebersihans protesa lepas lebih terjamin.
b. Kerugian
1.      Peningkatan akumulasi plak.
2.      Trauma langsung.
3.      Penyaluran gaya kunyah.

4. Faktor Pasca Pemasangan Gigi Tiruan
            Faktor-faktor yang dapat membantu mencegah timbulnya kesulitan bagi para pemakai protesa, yaitu:
1.      Rasa nyaman (comfort)
Pada hari-hari pertama, pasien akan mengalami hipersalivasi sampai kelenjar-kelenjar liur dapat mengantisipasi kehadiran gigi tiruannya. Jaringan mulut akan lebih dapat menerima adanya gigi titruan setelah pemakaian beberapa minggu. Namun, geligi tiruan bawah selalu lebih menganggu dari pada protesa atas.Pasien yang berhasil mengendalikan diri dan memakai gigi tiruannya lebih banyak dari pada melepasnya, biasanya lebih cepat mengadaptasi protesa yang dipakainya.
2.      Bicara (speech)
Untuk dapat berbicara secara normal dengan geligi tiruan, terutama bila menggantikan hampir semua gigi yang sudah hilang membutuhkan latihan. Salah satu cara latihan dapat dilakukan dengan berlatih membaca keras-keras di depan sebuah cermin. Ulangi berkali-kali setiap kata yang dirasakan sulit dirasakan.
3.      Pengunyahan (mastikasi=mastication)
Pada hari-hari pertama, dianjurkan mengunyah makanan yang relative lebih lunak dan dengan potongan-potongan kecil.Janganlah sesekali memakai protesa baru untuk mengunyah makana yang alot dan keras.Seperti, roti keras, kacang goring, rempeyek, steak, dan lain-lain.
4.      Penyesuaian (adjustment)
Penyesuan tahap pertama 24 jam setelah pemasangan, lalu disusul lagi 48 jam sesudahnya. Hal ini dapat mencegah terjadinya rasa sakit.Supaya dapat mendeteksi bagian mana yang perlu diperbaiki, pasien dianjurkan untuk memakai gigi tiruannya sepanjang malam sebelum kunjungan, sehingga luka-luka masih tetap ada. Denga demikian, tempat yang menyebabkan rasa sakit tadi dap diketahui dengan cepat dan mudah.
5.      Kesehatan mulut pemakai gigi tiruan.
Protesa sebaiknya dikeluarkan dari mulut pada malam hari untuk memberi kesempatan istirahat yang memadai kepada jaringan mulut pendukungnya.Dengan demikian selama 8 jam dalam tiap 24 jamnya, jaringan mulut yang ditutupi gigi tiruan sempat beristirahat.
6.      Kontrol (control)
Sudah dikemukakan bahwa jaringan mulut maupun geligi tiruan selalu mengalami perubahan setelah pemakaian beberapa waktu pada geligi mulut si pemakai. Cengkeraman sudah mulai tidak pas lagi letaknya, terjadinya peradangan gingiva, gigi pendukung mengalami karies, resorpsi lingir sisa, adalah beberapa contoh yang perlu mendapatkan perhatian. Hal seperti ini mengakibatkan gigi tiruan menjadi tidak pas lagi. Protesa dalam keadaan seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung tanpa penderita tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang salah.Mengingat hal ini pasien wajib diberi tahu mengenai pemeriksaan bekala bagi mulut dan geligi tiruan yang dipakainya. Pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam setahun perlu dilakukan. Cara ini akan mencegah terjadinya kerusakan lanjut yang mungkin timbul.

5. Dampak Dari Pemakaian Gigi Tiruan
Menurut (Aryanto, 1991:41) Dari berbagai penelitian yang selama ini dilakukan, ternyata pemasangan geligi tiruan semacam ini, bila dilakukan tidak hati-hati dan desain kurang sempurna dapat pula mengakibatkan kerusakan jaringan- jaringan organ pengunyahan. Demikian merisaukan hal ini, sehingga ada suatu pomeo yang berbunyi : a partial denture is a device for losing one theetslowly, painfully and expensively.
Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan hubungan pemakaian protesa sebagian dengan meningkatnya akumulasi plak dalam segi kualitas, tetapi yang pasti dalam segi kuantitas.Akumulasi ini tidak hanya terjadi disekitar gigi-gigi disekitar protesa, tetapi juga pada geligi antagonisnya, kecuali pada pasien yang telah mengikuti intruksi pemeliharaan kebersihan mulut dengan benar. Sudah dipahami bahwa penimbunan plak yang dibiarkan akan menyebabkan inflamasi, yang pada tahap lanjut menyebabkan periodontitis kronis. Dengan sendirinya perlekatan periodontal akan cepat rusak, timbul poket dan akhirnya reasorbi tulang alveolar  berlebih.
Trauma Langsung Mukosa mulut amat rentan terhadap trauma langsung yang diterimanya dari komponen protesa. Bar lingual yang diletakkan terlalu dekat pada tepi gingival, cengkraman kontinu yang kurang mendapat dukungan gigi, terbenamnya protesa pada gusi, merupakan beberapa contoh yang sering dijumpai. Demikian pula, lengan cengkeram yang terlalu menekan email gigi. Sehingga seolah-olah sengaja dikikis (Dzanuar,2010).

6. Cara Merawat Gigi Tiruan
a.       Saat melepaskan gigi palsu, letakkan di atas handuk atau mangkuk berisi air untuk menghindari supaya tidak jatuh dan putus.
b.      Simpan gigi palsu dalam air hangat atau cairan pembersih gigi tiruan semalam. Jangan merendam gigi palsu kedalam air panas, sebab dapat merusak bahan gigi palsu itu sendiri dan gigi palsu dapat retak dan jangan biarkan gigi palsu kering.
c.       Bersihkan gigi palsu setiap hari. Pencucian gigi palsu yang baik adalah dengan merendamnya kedalam air terlebih dahulu selama 4 - 8 jam setelah itu disikat dengan sikat gigi yang lembut. Membersihkan gigi palsu membantu mencegah gigi bernoda dan menjaga mulut tetap sehat.
d.      Bilas gigi palsu untuk menghilangkan partikel makanan yang menyangkut. Sikat setiap permuakaan, gosok dengan lembut untuk menghindari kerusakan.
e.       Gunakan sikat gigi yang dirancang khusus untuk gigi palsu atau sikat gigi dengan bulu lembut.
f.       Ganti gigi palsu setiap lima tahun karena di gunakan setiap hari.
g.      Periksa gusi setiap hari sebelum memasukkan gigi palsu ke dalam mulut. Jangan biarkan gusi bengkak atau merah sebelum memakai gigi palsu. Jika kemerahan tidak hilang dalam beberapa hari, hubungi dokter. Bercak putih di bagian dalam pipi juga bisa menunjukkan gigi palsu kurang pas.
h.      Berikan mulut minimal enam jam untuk beristirahat dari gigi palsu setiap harinya.
i.        Lepaskanlah gigi palsu saat malam atau mau tidur. Pemakaian gigi tiruan secara terus menerus dapat mengakibatkan terjadi iritasi pada mulut dan gusi.
j.        Jangan gunakan gigi palsu yang agak kebesaran. Rasakan saat makan. Memang butuh waktu untuk membiasakan diri dengan gigi palsu, tapi jika masih mengalami kesulitan setelah beberapa minggu pertama lebih baik diskusikan dengan dokter. Jangan mecoba untuk memperbaiki gigi palsunya sendiri (kunto,2007).
7. Pemeliharaan Pasca Pemasangan
a.       Pemeliharaan yang tepat untuk geligi tiruan dan jaringan pendukungnya merupakan faktor utama penunjang sukses geligi tiruan sebagian lepasan.
b.      Semua pasien pemakai geligi tiruan sebagian lepasan hendaknya menjalani kontrol periodic 1 sampai 2 kali setahun.
c.       Intruksi tertulis merupakan penyuluhan efektif bagi pasien.
d.      Pasien harus diinstruksikan untuk penyikatan protesa untuk mencapai pembersihan geligi tiruan sebagian lepasan dan gigi pendukungnya.
e.       Aplikasi fluoride pada geligi tiruan atau geligi asli oleh pasien sendiri dapat dianjurkan untuk kasus tertentu.
f.       Instruksi khusus untuk pembersihan dan stimulasi disekeliling penahan dan gigi yang masih tinggal merupakan hal paling utama.
g.      Geligi tiruan sebagian lepasan biasanya harus dilepas dari mulut pada saat pasien tidur.
h.      Geligi tiruan sebagian lepasan perluasan distal harus dicek secara periodic untuk mengevaluasi resorpsi lingir, stabilitas, oklusi, dan restorasi kerangka. Bila dijumpai salah satu kelainan keadaan ini perbaikan harus segera diperbaiki (Ferdinandu, 2007).
i.         
C. Kebersihan Gigi dan Mulut

1. Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
            Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi yang terdapat di dalam mulut bebas dari plak dan kalkulus, plak selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan bila tidak dibersihkan, hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah dan lembab sehingga plak mudah terbentuk. Hal ini jika dibiarkan terlalu lama akan mengalami pengapuran sehingga membentuk karang gigi ( Handayani,2010).
            Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama-kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan (Handayani ,2010).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi Dan Mulut
          Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa masalah penyakit gigi dan mulut terjadi karena kurangnya kesadaran menjaga menjaga kebersihan gigi dan mulut (Soebroto, 2009).
1. Plak
            Plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan bakteri, plak akan merubah karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan  menjadi asam yang cukut kuat sehingga dapat merusak gigi
            Menurut Megananda (2009), faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan plak adalah sebagai berikut :
Lingkungan fisik, yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya dan struktur permukaan gigi:
a.         Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung dan pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.
b.        Pengaruh diet, ternyata plak banyak terbentuk apabila banyak mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dextran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak.
            Pada tahap awal pembentukan plak, bakteri yang dapat tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus.Bakter-bakteri tersebut dapat menyebabkan kelainan-kelainan di dalam rongga mulut, salah satunya bakteri bacillus ficiformis dan borellia vincenti dapat menyebabkan stomatitis.
Plak sebagian besar terdiri dari air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri dari polisakarida ekstra seluler dan protein saliva. Dari hasil penelitian, 80% plak terdiri dari air dan jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah.
2. Kalkulus
          Kalkulus adalah tumpukan deposit di gigi yang mengalami kalsifikasi, sebagai proses lanjutan dari adanya plak pada gigi (wikipedia, 2011). Bila gigi jarang dibersihkan, sisa-sisa makanan bersama bahan-bahan yang ada dalam ludah akan bersatu menjadi keras dan melekat pada permukaan gigi. Bahaya yang ditimbulkan oleh karang gigi diantaranya adalah ;
a.    Karang-karang gigi yang menempel pada permukaan gigi dalam waktu yang lama menyebabkan gusi mengalami penyusutan sehingga akar gigi bagian atas akan terasa sangat ngilu bila terkena rangsangan.
b.    Gusi dapat membengkak merah dan mudah berdarah sehingga terjadilah radang gusi atau gingivitis.
c.    Selanjutnya bakteri-bakteri mudah berkembang biak dan menyebabkan radang pada jaringan pendukung gigi atau periodontitis. (kompas, 2007)

3. Cara Mengukur atau Melihat Kebersihan Gigi dan Mulut
            Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan suatu indeks, yaitu angka yang menyatakan keadaan klinis. Tujuan dari penggunaan indeks adalah untuk membedakan keadaan klinis pasien secara individu atau kelompok pada waktu yang sama atau berlainan. Untuk kebersihan gigi dan mulut kita menggunakan oral hygiene indeks simplified (OHI-S) dari Green dan vermillion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan debris indeks kalkulus indeks.
OHI-S = Debris Indeks + Kalkulus Indeks


Atau
OHI-S = DI + CI

Keterangan kriteria OHI-S :
Baik                             : apabila nilainya antara 0,0 – 1,2
Sedang                        : apabila nilainya antara 1,3 – 3,0
Buruk                          : apabila nilainya antara 3,1 – 6,0
1.    Debris Indeks
      Menurut Herijulianti (2001), Debris Indeks adalah skor atau nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi tertentu, cara mengukur DI dengan penetapan sebagai berikut :
a.         Gigi penentu
Pemeriksaan rahang atas, gigi yang diperiksa adalah :
a)         Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
b)        Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
c)         Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Pemeriksaan rahang bawah, gigi yang diperiksa adalah:
a)         Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
b)        Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
c)         Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
          Sebelum penilaian debris/kalkulus, pertama-tama permukaan gigi yang akan dilihat dibagi dengna garis-garis khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya.
-            Bagian A1 = 1/3 permukaan gigi bagian servikal
-            Bagian A2 = 1/3 permukaan gigi bagian tengah
-            Bagian A3 = 1/3 permukaan gigi bagian incisal

b.         Kriteria penilaian debris
Tabel I : Daftar Kriteria Penilaian Debris
K R I T E R I A

N I L A I
1.      Gigi bersih dari debris
2.      Apabila gigi ditutupi oleh debris tidak lebih dari 1/3 dari permukaan gigi atau tidak ada debris tetapi terdapat stain baik pada bagian fasial maupun lingual
3.      Apabila gigi ditutupi oleh debris lebih dari 1/3 tetapi kurang 2/3 dari luas permukaan gigi
4.      Apabila gigi ditutupi oleh debris lebih dari 2/3 permukaan gigi
0


1

2
3
Sumber : Megananda, 2009

c.         Cara menghitung debris adalah sebagai berikut :
Debris Indeks = Jumlah Penilaian Debris                        
                          Jumlah Gigi yang Diperiksa
d.        Skor Debris Indeks
1)Baik (good), nilai berada diantara 0,0-0,6
2)Sedang (fair), nilai berada diantara 0,7-1,8
3)Buruk (poor), nilai berada diantara 1,1-2,0

2.      Kalkulus Indeks
              Menurut herijulianti (2001), kalkulus indeks adalah skor atau nilai dari endapan keras (karang gigi) yang terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi. Cara perhitungan kalkulus indeks dengan penetapan sebagai berikut ;
a.    Gigi penentu
Pemeriksaan rahang atas, gigi yang diperiksa adalah :
a)             Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
b)            Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
c)             Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Pemeriksaan rahang bawah,gigi yang diperiksa adalah :
a)           Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
b)          Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
c)           Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
Pembagian garis khayalnya sebagai berikut ;
-  Bagian A1 = 1/3 permukaan gigi bagian servikal
-  Bagian A2 = 1/3 permukaan gigi bagian tengah
-  Bagian A3 = 1/3 permukaan gigi bagian incisal

b.    Kriteria Penilaian Kalkulus Indeks
Tabel II : Daftar Kriteria Penilaian Kalkulus
K R I T E R I A

N I L A I
1.      Gigi bersih dari kalkulus
2.      Apabila terdapat kalkulus tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi mulai dari servikal
3.      Apabila terdapat kalkulus supragingival lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 dari permukaan gigi atau terdapat sedikit subgingival kalkulus
4.      Apabila terdapat kalkulus lebih dari 2/3 dari permukaan gigi atau terdapat subgingival kalkulus yang melingkari servikal
0

1


2

3
c.    Cara menghitung kalkulus indeks :
Kalkulus Indeks = Jumlah Penilaian Kalkulus
                               Jumlah Gigi yang diperiksa

d.   Skor Kalkulus Indeks
1)      Baik (good), nilai berada diantara 0,0 - 0,6
2)      Sedang (fair), nilai berada diantara 0,6 - 1,8
3)      Buruk (poor), nilai berada diantara 1,9 – 3,0



BAB III
METODELOGI  PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
                Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui tentang Analisis Motivasi Masyarakat Pengguna Gigi Tiruan Sebagaian Lepasan Terhadap Kebersihan Gigi Dan Mulut  di Desa Bung Sidom  Kecamatan  Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar  Tahun 2012.
                                 
B.Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Desa Bung Sidom Kecamatan  Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar, pada  tanggal 26  November  tahun 2012.
C. Populasi dan  Sampel
1. Populasi
                Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan  di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 yang berjumlah 18 orang.

2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 18 orang .

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah terdiri dari kuisioner, alat perekam,dan  foto digital.

E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap  responden pada masyarakat Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang  Kabupaten Aceh Besar
2. Data Sekunder
Data jumlah penduduk Desa Bung Sidom diperoleh dari data kependudukan Desa Bung Sidom Tahun 2012 yang diperoleh dari kepala Desa Bung Sidom  Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui instrumen penelitianyaitu: menggunakan kuisioner dan pemeriksaan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.    Editing
Data yang telah didapatkan diolah dengan baik  sehingga menghasilkan informasi yang benar, yaitu memeriksa kembali kuisioner yang telah dikumpulkan  yaitu dengan melihat apakah terisi dengan lengkap atau belum, untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengolahan data.                                
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan pengkoden dalam daftar pertanyaan berdasarkan jawaban yang telah diisi dalam kuisioner
c.  Tabulating
Data yang telah dikumpulkan dan diolah, dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.
1.    Analisa Data
Pada analisis ini masing-masing variabel dari Analisis Motivasi Masyarakat Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Terhadap Kebersihan Gigi Dan Mulut Di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar dideskripsikan dengan cara menyusun tabel distribusi frekuensi.

1.Penyajian Data
Untuk menjelaskan data hasil penelitian tentang Analisis Motivasi masyarakat Pengguna Gigi Tiruan sebagian lepasan Terhadap Kebersihan Gigi Dan Mulut  dan untuk memudahkan peneliti mengambil kesimpulan, maka data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN  PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif pada subjek penelitian yaitu 18 orang masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom  kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar secara terperinci dapat di ketahui sebagai berikut:   
1.    Data Umum
a. Data demografi
Desa Bung Sidom Terletak di Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, secara geografis batas-batas wilayah desa Bung Sidom adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara Berbatasan Dengan Desa Cot Madhi
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa  Cot Karing
Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Cot Malem
Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Paya Ue
b. Deskriptif karakteristik subjek penelitian
Table 1.1
Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat Pengguna Gigi Tiruan Di Desa Bung Sidom 
Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2012
No
Jenis kelamin
Frekuensi
%
1
Laki-laki
4
22,22
2
Perempuan
14
77,77
Jumlah
18
100%
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa dari 18 subjek penelitian, masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 14 orang (77,77%).
Table 1.2
Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Masyarakat Pengguna Gigi Tiruan Di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2012
No
Umur
Frekuensi
%
1
41 – 50
3 orang
16,66
2
51 – 70
15 orang
83,33
Jumlah
18
100%

Berdasarkan tabel 1.2 di atas terlihat bahwa dari 18 responden pengguna gigi tiruan sebagian lepasan yang umurnya 51 – 70 lebih banyak yaitu 15 orang (83,33%)

2.        Data Khusus
a.        Motivasi
            Dari hasil wawancara yang dilakukan berdasarkan motivasi pengguna gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut :
Pertanyaan 1
            Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa semua responden yang berjumlah 18 orang (100%) menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan karena keinginan dari diri sendiri bukan karena paksaan dari orang lain.
Pertanyaan 2
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 15 orang (83,3%) menyatakan bahwa penggunaan gigi tiruan dapat menambah kepercayaan diri dan 3 orang (16,6%) yang menyatakan bahwa penggunaan gigi tiruan tidak mempengaruhi kepercayaan diri.
Pertanyaan 3
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 3 orang (16,6%) yang menyatakan bahwa karena pekerjaan mereka menuntut untuk menggunakan gigi tiruan dan 15 orang (83,3%) yang menjawab bahwa penggunaan gigi tiruan bukan karena tuntutan pekerjaan.
Pertanyaan 4
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 15 orang responden (83,3%) menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan agar lebih ingin dihargai dan sejumlah 3 orang responden (16,6%) menyatakan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan bukan untuk ingin lebih dihargai.
Pertanyaan 5
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 15 orang (83,3%) masyarakat menggunakan gigi tiruan karena tuntutan umur dan sejumlah 3 orang (16,6%) menyatakan bukan karena tuntutan umur.
Pertanyaan 6
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 18 orang (100%) menyatakan keluarga mereka mendukung penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan.
Pertanyaan 7
            Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 8 orang responden (44,4%) menyatakan bahwa lingkungan juga mendorong untuk memakai gigi tiruan sebagian lepasan dan 10 orang responden (55,5%) menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan bukan karena dorongan dari lingkungan.
Pertanyaan 8
            Dari hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 6 orang responden (33,3 %) menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk kecantikan dan 12 orang responden (66,6%) menyatakan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan bukan untuk kecantikan.

Pertanyaan 9
            Dari hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 16 orang responden (88,8%) menyatakan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan untuk memudahkan makan atau mengunyah makanan dan sejumlah 2 orang responden (11,1%) menyatakan bahwa penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan bukan untuk mengunyah makanan.
Pertanyaan 10
            Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sejumlah 15 orang responden (83,3%) menyatakan bahw menggunakan gigi tiruan untuk memudahkan berbicara dan sejumlah 3 orang responden (16,6%) yang menyatakan bahwa pengunaan gigi tiruan senagian lepasan bukan untuk memudahkan berbicara.
Tabel 1.3
Distribusi Faktor Motivasi Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Responden Tentang Motivasi Masyarkat Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Di Desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012
No
Nama Responden
Jawaban Pertanyaan Intrinsik
Jawaban Pertanyaan Ekstrinsik
Motivasi
I/E
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
Diniah
Faridah
Mursyidah
Wardiah
Khalidah
Nurlatifah
Asma
Yusnidar
Kartini
Jailani
Syarbini
Rusmini
M. Yusuf
M. Isa
Mutia
Latifah
Sumarni
Aisyah
3
3
3
5
3
4
4
4
4
3
5
3
4
2
4
4
3
4
2
2
2
3
5
5
3
5
3
4
2
4
3
3
5
5
4
5
Intrinsik
Intrinsik Intrinsik Intrinsik
Ekstrinsik
Ekstrinsik
Intrinsik
Ekstrinsik
Intrinsik
Ekstrinsik
Intrinsik
Ekstrinsik
Intrinsik
Ekstrinsik
Ekstrinsik
Ekstrinsik
Ekstrinsik
Ekstrinsik
            Berdasarkan tabel 1.3 di atas terlihat bahwa dari semua responden yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom yang berjumlah 18 orang sejumlah 10 orang responden pengguna gigi tiruan di desa Bung Sidom dipengaruhi oleh faktor motivasi ekstrinsik. Faktor motivasi ekstrinsik yaitu rangsangan atau dorongan dari luar. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan, keluarga, kecantikan, untuk memudahkan makan, untuk memudahkan berbicara. Dan sejumlah 8 orang responden dipengaruhi oleh  faktor motivasi intrinsic. Adapun faktor motivasi intrinsik adalah keinginan dari diri sendiri untuk menambah kepercayaan diri, untuk lebih dihargai, karena tuntutan umur, dan karena faktor pekerjaan.

b. Kebersihan Gigi dan Mulut
Dari hasil wawancara berdasarkan kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom yang berjumlah 18 orang responden didapatkan :
Pertanyaan 1
            Dari hasil wawancara dengan responden sejumlah 16 orang (88,8%) responden menyatakan bahwa membersihkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan cara menggosok seperti biasa tanpa melepasnya dari mulut dan 2 orang reponden (11,1%) menyatakan membersihkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan cara melepaskan kemudian menggosoknya.
Pertanyaan 2
            Dari hasil wawancara dengan responden sejumlah 17 orang (94,4%) responden menyatakan membersihkan gigi setiap hari, dan 1 orang (5,5%) menyatakan tidak setiap hari membersihkan gigi dan mulut.
Pertanyaan 3
            Dari hasil wawancara dengan responden sejumlah 18 orang (100%) tidak pernah melepaskan gigi tiruan pada saat tidur atau di malam hari.


Pertanyaan 4
            Berdasarkan hasil wawancara dengan responden sejumlah 18 orang (100%) tidak pernah merendam gigi tiruan sebagian lepasan di dalam air.
Pertanyaan 5
            Dari hasil wawancara dengan responden sejumlah 11 orang responden (61,1%) membersihkan gigi dan mulut di waktu pagi dan waktu malam hari, 2 orang (11,1%) menyatakan di waktu pagi hari dan setelah makan, 4 orang (22,2%) menyatakan membersihkan gigi tidak tentu kapan waktunya dan 1 orang (5,5%) membersihkan gigi dan mulut di waktu ingin berpergian.
Pertanyaan 7
            Dari hasil wawancara dengan responden sejumlah 18 orang (100%) responden menyatakan menggunakan pasta gigi pada saat membersihkan gigi dan mulut.

B . Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui wawancara kepada masyarakat desa Bung Sidom yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan  yang di lakukan pada tanggal 26 november 2012 dengan jumlah responden 18 orang, maka di lakukan pembahasan sebagai berikut :
Pada table 1.1 dapat kita lihat yang menggunakan  gigi tiruan sebagian lepasan mayoritas yang paling banyak berjenis kelamin perempuan sejumlah 14 orang (77,7%), dari pada laki-laki  4 orang (22,2%).  Asumsi penulis hal ini di sebabkan karena wanita lebih banyak menderita penyakit gigi dan mulut sehingga mengakibatkan kehilangan gigi, dan juga wanita lebih memperhatikan penampilan, termasuk penampilan wajah, dan wanita cenderung lebih memperhatikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya. Menurut (Resi, 2012)  wanita juga mengalami ketidak seimbangan hormon selama siklus hidupnya. Seperti puber, menstruasi, menopause dan kehamilan. Ketidakseimabngan hormon tersebut menyebabkan berbagai masalah kesehatan  termasuk memmpengaruhi kesehatan mulut. Sehubungan dengan kesehatan gigi dan mulut, adalah peradangan gusi dan jaringan periodontal   
a.    Motivasi
            Dari Pertanyaan 1 semua responden menyatakan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan karena keinginan dari diri sendiri. Asumsi penulis bukan karena adanya paksaan dari orang lain, sehingga mereka terpaksa menggunakannya,  karena mereka sudah memliki pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan gigilah yang mendorong mereka menggunakan gigi tiruan. Oleh sebab itu  mereka menggunakan gigi tiruan bukan karena ikut- ikutan orang lain yang lebih dulu memakai gigi tiruan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Praprimadani, 2011). Penggantian terhadap gigi yang hilang oleh pasien merupakan suatu hal yang sangat baik. Ini menunjukkan bahwa pasien memang sadar akan perlunya mengganti gigi yang hilang. Kehilangan gigi tentunya akan membuat tuntutan atau keinginan akan pembuatan gigi tiruan meningkat guna mengembalikan fungsi gigi geligi yang hilang. Selain itu, meningkatnya keinginan akan pembuatan gigi tiruan juga tumbuh karena prediksi harapan hidup dan pertumbuhan penduduk usia 65 tahun keatas, juga turut meningkat. Keinginan akan pembuatan gigi tiruan yang biasanya dikaitkan dengan kebutuhan fisiologis, tidak lagi menjadi hal yang utama bagi pasien. Namun, perawatan dengan menggunakan gigi tiruan akan meningkat, terkait dengan keinginan pasien untuk terlihat lebih baik pada saat tersenyum .
Dari Pertanyaan 2  sebagian besar responden  menyatakan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan untuk dapat menambah kepercayaan diri. Asumsi penulis  karena kehilangan gigi dapat membuat mereka merasa kurang percaya diri, mereka akan merasa malu apabila sedang berada di tempat orang banyak  tanpa gigi, dan mereka akan merasa lebih tua dari umurnya, mereka  juga  lebih percaya diri dengan gigi tiruan dari pada dengan gigi aslinya karena gigi tiruan bentuknya lebih rapi dari pada gigi asli mereka sebelum memakai gigi tiruan,  hal ini sesuai dengan  pernyatan (Suzan 2012), bahwa walaupun gigi tiruan terkesan tidak nyaman, tetap menyarankan menggunakan gigi palsu karena gigi yang hilang bisa membuat susunan gigi bergeser dan kesulitan mengunyah. Gigi yang hilang lama kelamaan akan mengubah penampilan wajah kehilangan gigi bisa mempengaruhi kehidupan sosial seseorang. Secara emosional, memiliki gigi lengkap, rapi, kuat dan bersih adalah impian semua orang. Kepercayaan diri akan meningkat sehingga ia pun mudah bersosialisasi (Lusia, 2012). Dan sebagian kecil responden  menyatakan bahwa penggunaan gigi tiruan tidak mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Asumsi penulis karena mereka menggunakan gigi tiruan untuk fungsi yang lainnya yaitu menggantikan gigi yang hilang agar bisa membantu mengunyah  makanan. Mereka tetap percaya diri walaupun tidak ada gigi karena bukan hanya gigi saja yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, banyak hal yang membuat kepercayaan diri itu muncul.
Pertanyaan 3 sebagian kecil responden menyatakan bahwa karena pekerjaan mereka menuntut untuk menggunakan gigi tiruan. Asumsi penulis disebabkan pekerjaan mereka berhubungan dengan orang banyak seperti guru dan pegawai kantoran dan dengan pekerjaan tersebut penghasilan mereka juga lebih tinggi, agar pekerjaan nya lebih maksimal mereka membutuhkan gigi tiruan seperti guru akan sulit menjelaskan pelajaran kepada anak didiknya apaabila tidak mempunyai gigi dan juga seperti pegawai kantoran mereka tidak merasa turun wibawa dengan menggunakan gigi tiruan dari pada tidak ada gigi.  Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Ristika, 2010). Bahwa Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Semakin baik pekerjaan, maka akan semakin tinggi penghasilan yang diperoleh, tentu orang tersebut akan semakin selektif dalam memilih. Dan sebagian besar responden menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan bukan karena tuntutan pekerjaan mereka, karena sebagian besar responden berfropesi sebagai petani dan ibu rumah tangga, jadi ada tidaknya gigi tiruan yang mereka gunakan tidak mempengaruhi pekerjaan mereka.
Dari Pertanyaan 4 sebagian besar responden menyatakan menggunakan gigi tiruan agar ingin lebih dihargai. Asumsi penulis karena terdapat perbedaan sebelum dan sesudah mereka menggunakan gigi tiruan atau dengan ada tidaknya gigi di dalam mulut, mereka lebih dihargai setelah memakai gigi tiruan karena membuat  penampilan mereka lebih baik, dan juga dapat dilihat dari kenyataan orang yang tidak mempunyai gigi atau ompong pada usia yang terbilang  masih muda, kurang dihargai, sering di perolok-olok seperti sering di sebut sebagai nenek-nenek,  sehingga terpengaruh pada kepercayaan diri seseorang, dan sebagian kecil responden menyatakan menggunakan gigi tiruan bukan karena ingin lebih dihargai. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Qym, 2009).  Harga diri dan prestasi merupakan faktor yang mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.
Dari Pertanyaan 5  sebagian besar responden menyatakan menggunakan gigi tiruan karena tuntutan umur. Asumsi penulis  salah satu faktor mereka menggunakan gigi tiruan karena umur mereka sudah tua yang menyebabkan kehilangan gigi.  Bertambahnya usia seseorang akan meningkatkan risikonya kehilangan gigi. Berdasarkan penelitian, kehilangan gigi paling banyak terjadi pada rentang usia 55—64 tahun. Seseorang yang umurnya sudah tua banyak mengalami penurunan fungsi-fungsi seperti otot, organ-organ, tulang dll, sehingga salah satunya menyababkan orang yang berusia tua kehilangan gigi karena resesi gingiva sehingga giginya bisa goyang dan akhirnya tercabut . Setelah mengalami kehilangan gigi, maka pertama-tama yang paling dirasakan adalah ketidak nyamanan saat mengunyah yang timbul karena ruangan kosong akibat pencabutan gigi tersebut. Untuk jangka panjang akan timbul masalah pergerakan gigi-gigi yang bergeser ke tempat kosong. Kontak antara gigi menjadi renggang sehingga timbul food impaksi (mudah terselip makanan). Selanjutnya timbul lubang dan infeksi gusi di daerah terselipnya makanan dengan hilangnya satu gigi saja dapat menimbulkan efek domino pada gigi-gigi lain yaitu gigi yang berkontak/lawannya untukmengunya makanan.  Menurut (Qym, 2009), dengan hilangnya 4 gigi berarti ada 8 gigi yang sudah tidak berfungsi untuk pengunyahan. Jika jumlah gigi 32 maka kita sudah kehilangan efisiensi pengunyahan 25%. Sehingga gigi geligi sisanya mempunyai beban yang lebih berat.Pada banyak orang akan menimbulkan sakit kepala karena hubungan kontak gigi geligi yang tidak baik ini yang mempengaruhi otot pengunyahan, otot muka dan temporomandibular joint (sendi TMJ).
Kesimpulannya, kehilangan gigi akan mempengaruhi fungsi kunyah, fungsi bicara serta kesehatan tubuh dan tentunya juga kecantikan. Karena itu gigi yang hilang sebaiknya diganti sesegera mungkin. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari penelitian yang dilakukan terhadap kehilangan gigi yang terjadi pada kelompok dewasa pada tahun 1998, terdapat beberapa kelompok usia dewasa yang sudah tidak bergigi dan kondisi ini sangat berhubungan dengan usia. Kehilangan gigi ini meningkat di usia pertengahan 40 tahun dan semakin meningkat di kelompok usia 75 tahun yang kemudian mayoritas kehilangan seluruh gigi. Banyaknya jumlah kehilangan gigi tentunya akan membuat tuntutan atau keinginan akan pembuatan gigi tiruan meningkat guna mengembalikan fungsi gigi geligi yang hilang (Praprimadani, 2011). Dan sebagian kecil responden menyatakan bukan karena tuntutan umur. Melainkan karena terjadinya kecelakaan sehingga menyebabkan kehilangan gigi dan karena giginya patah.
            Dari Pertanyaan 6 semua responden menyatakan bahwa keluarga mendukung menggunakan gigi tiruan. Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama (Ristika, 2010). Penulis berasumsi keluarga mndukung karena mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang gigi tiruan. Mereka ingin  agar orang yang mereka cintai tersebut terlihat lebih baik dan cantik, disini dukungan sosial terutama dari keluarga penting, seperti yang dikatakan oleh (Andreas, 2012) Dengan mendukung satu sama lain berarti memicu kita untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik dan mengerjakan sesuatu pun hasilnya lebih baik. Keluarga dapat memberi bantuan berupa dukungan emosional, materi, nasehat, informasi, dan penilaian positif.
Dari Pertanyaan 7  sebagian besar responden menyatakan bahwa lingkungan tidak mendorong untuk memakai gigi tiruan. Asumsi penulis mereka menggunakan gigi tiruan bukan karena dorongan dari lingkungannya karena mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang gigi tiruan dan kesadaran akan kebutuhan gigi tiruan. Oleh sebab itu mereka menggunakan gigi tiruan bukan karena ikut- ikutan  dari orang yang sudah duluan menggunakan gigi tiruan. Lingkungan sekitar kita adalah sebuah masyarakat  atau tempat yang di dalamnya memiliki bermacam- macam tingkah laku, pendidikan, pekerjaan, status social yang berbeda- beda, maka  dari keadaan inilah seseorang ingin berlomba-lomba  atau ikut-ikutan dalam banyak hal, termasuk salah satunya memakai gigi tiruan karena gigi tiruan bisa meningkatkan status social seseorang.  .
            Dari Pertanyaan 8 sebagian kecil responden menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan untuk kecantikan. Asumsi penulis tanpa gigi tiruan wajah akan kelihatan kurang cantik dan lebih tua sehingga membuat penampilan tidak menarik dilihat, Karena memang kecantikan atau penampilan yang bagus, adalah salah satu hal yang di perlukan. Yang perlu kita ketahui bahwa penampilan kita akan memunculkan kesan bagi orang yang melihatnya.ketika orang baru pertama kali bertemu dengan kita mereka akan menangkap kesan kita dari penampilan, termasuk penampilan wajah yang tentunya termasuk gigi. Menurut  (Suzan 2012), dari sisi estetika, kehilangan gigi bisa mempengaruhi kehidupan sosial seseorang. Secara emosional, memiliki gigi lengkap, rapi, kuat dan bersih adalah  impian semua orang. Kepercayaan diri akan meningkat sehingga ia pun mudah bersosialisasi. Tidak hanya itu, otot wajah dapat kendur jika tidak ada topangan dari gigi  maupun gigi tiruan. Akibatnya, wajah menjadi terlihat lebih tua (Ummi, 2012).  Dan sebagian besar responden menyatakan  menggunakan gigi tiruan bukan untuk kecantikan karena tujuan mereka menggunakan gigi tiruan bukan untuk menambah kecantikan.
            Dari Pertanyaan 9 sebagian besar responden menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan untuk memudahkan makan atau mengunyah makanan. Asumsi penulis, kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, penyakit periodontal. karena kehilangan semua gigi dan gigi belakang menyulitkan mereka mengunyah makanan sehingga mereka merasa perlu menggunakan gigi tiruan agar dapat makan dengan baik walaupun tidak seperti gigi asli tetapi gigi tiruan cukup membantu, karena salah satu fungsi gigi tiruan adalah untuk memulihkan pengunyahan. Tanpa gigi yang baik,  mengunyah akan menjadi tidak benar. Bukan hanya itu, dalam jangka panjang lambung juga akan bermasalah. Karena proses pengunyahan yang tidak sempurna, makanan yang ditelan juga tidak hancur sempurna, Kehilangan gigi membuat fungsi mengunyah menurun dan mempengaruhi asupan nutrisi. Akhirnya, hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang.
Menurut (Ummi, 2012), bila Anda kehilangan gigi maka pembuatan gigi tiruan hendaknya segera dilakukan. Sebab, ruang kosong pada rahang yang tidak digantikan akan diisi oleh geligi di sebelahnya serta geligi lawannya. Susunan gigi yang tidak beraturan akibat pergerakan gigi tadi akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, seperti radang gusi atau kelainan jaringan periodontal (gusi dan tulang yang menopang gigi) akibat terjebaknya makanan di sekitar gigi yang tidak beraturan tadi. Tidak hanya  itu, keadaan geligi yang tidak beraturan juga memicu benturan yang tidak normal saat gigi atas dan bawah bertemu. Hal ini akan memicu kelainan pada sendi rahang, dan sebagian kecil responden menyatakan bukan untuk mengunyah makanan karena sebagian mereka kehilangan gigi di bagian depan sehingga tidak terlalu mempengaruhi pengunyahan.
             Dari Pertanyaan 10 sebagian besar responden menyatakan bahwa menggunakan gigi tiruan untuk memudahkan berbicara. Asumsi penulis kehilangan gigi depan atas dan bawah menyebabkan kelainan bicara serta menjadi buruknya penampilan (loss of appearance), gigi akan kehilangan kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi akan kehilangan lawan gigitnya dan kehilangan gigi akan  menyulitkan mereka saat mengaji  karena sulit menyebutkan huruf-huruf. Karena berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat efektif. Apabila seseorang kehilangan gigi, apalagi gigi depan atau gigi yang berpengaruh pada ucapan, pasti sangat mengganggu seseorang untuk berbicara dengan benar karena pengucapan kata-katanya sudah tidak terlalu jelas dengan ketidak jelasan pengucapan kata-kata ini akan terjadi mis komunikasi sehingga orang lain tidak dapat mengerti apa yang kita bicarakan. Begitu juga pada saat seseorang mengaji akan terjadi kesalahan pengucapan beberapa huruf hijaiiyah sehingga dengan kesalahan pengucapan huruf makan akan berubah artinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Admin, 2010) gigi tiruan juga dapat mengembalikan fungsi fonetik. Yang dimaksud di sini ialah memperbaiki pelafalan kata-kata atau fungsi bicara. Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, karena gigi  khususnya yang depan  termasuk bagian organ fonetik (Admin, 2010). Dan sebagian kecil responden menyatakan untuk berbicara tidak terpengaruhi ada tidaknya gigi tiruan.
Selanjutnya pembahasan table 1.3 tentang motivasi masyarakat yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom sebagai berikut :
Dari 18 orang  msyarakat  yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom sejumlah 10 orang (55,5%) diantaranya  dipengaruhi oleh faktor motivasi ekstrinsik. Faktor motivasi ektrinsik pengguna gigi tiruan di desa bung sidom lebih banyak dikarenakan banyaknya ransangan atau dorongan dari luar. Fakto-faktor tersebut adalah, Lingkungan, keluarga, untuk kecantikan, untuk memudahkan makan, untuk memudahkan berbicara. Hal ini sesuai dengan pernyataan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasi bermacam-macam sesuai dengan karakter pendidikan atau latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas dan orang yang mengawasi. Sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh. Motifasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar  (Kamrianti,2011).
Dan sejumlah 8 orang (44,4%) masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom dipengaruhi oleh faktor motivasi intrinsik. Adapun  faktor motivasi intrinsik adalah karena  keinginan dari diri sendiri, untuk menambah kepercayaan diri,  untuk lebih dihargai,  karena umur,  karena faktor pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau ransangan bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sebagian orang berpendapat bahwa motivasi intrinsik itu identik dengan panggilan jiwa. Yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri dan sudah merupakan bagian dari dalam diri.  Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu ( Kamrianti ,2011).
b.      Kebersihan gigi dan mulut
Dari hasil wawancara yang dilakukan berdasarkan kebersihan gigi dan mulut pengguna gigi tiruan sebagian lepasan dengan 18 responden dilakukan pembahasan adalah sebagai berikut:
            Dari Pertanyaan 1 sebagian besar responden menyatakan membersihkan gigi tiruan dengan cara menggosok seperti biasa tanpa melepasnya dari mulut, dan sebagian kecil responden membersihkan gigi tiruan dengan cara melepas gigi tiruan dari mulut kemudian menggosoknya. Asumsi penulis ini dikarenakan mereka tidak mengetahui bagaimana cara membersihkan gigi tiruan yang benar mereka membersihkan seperti gigi asli mereka berfikir gigi palsu sama saja seperti gigi asli dan juga mereka tidak pernah di beritahukan oleh yang memasang gigi tiruan bagaimana cara membersihkannya,karena mereka banyak memasang gigi tiruan memasang di tukang gigi. Seharusnya cara yang baik adalah bilas gigi tiruan terlebih dahulu, untuk menghilangkan partikel makanan yang menyangkut. Kemudian sikat setiap permuakaan, gosok dengan lembut untuk menghindari kerusakan (Ratizon, 2011). Sikat gigi yang dirancang khusus untuk gigi palsu atau sikat gigi dengan bulu lembut. Bagi mereka yang memakai gigi palsu untuk membersihkan dengan ekstra gigi dan mulut agar tidak terjadi bau mulut, walaupun sebenarnya bau mulut tidak bisa kita hindari tapi setidaknya kita mengurangi bau yang kurang sedap itu. Karena pemakaian gigi tiruan merupakan memasang benda asing didalam rongga mulut kita. secara alamiah gigi tiruan tidak dapat meniru gigi asli kita secara untuh seperti mekanisme self cleansing, yaitu pembersihan yang dilakukan oleh pasangan gigi dan gusi ( Fahmi, 2010).
Dari Pertanyaan 2 sebagian besar  responden membersihkan gigi setiap hari dan sebagian kecil responden  tidak setiap hari membersihkan gigi dan mulut. Asumsi penulis yang membersikan gigi setiap hari mereka telah mempunyai pengetahuan dan kesadaran diri akan kebersihan gigi dan mulut, sehingga merasa perlu menyikat gigi setiap hari. Sedangkan yang tidak membersihkan gigi dan mulut setiap hari  sebenarnya mereka mengetahui gigi harus dibersihkan setiap hari hanya saja mereka tidak memiliki kesadaran diri, motivasi diri juga kurang dalam membersihkan gigi setiap hari. Menurut (kunto, 2007). Seharusnya gigi tiruan dibersihkan setiap hari agar sisa–sisa makanan tidak menumpuk dan menyebabkan kuman berkembangbiak dan menyebabkan bau mulut. Hal ini sesuai dengan pernyataan, bersihkan gigi palsu setiap hari. Membersihkan gigi palsu membantu mencegah gigi bernoda dan menjaga mulut Anda tetap sehat. Pencucian gigi palsu yang baik adalah dengan merendamnya ke dalam air terlebih dahulu selama 4 sampai dengan 8 jam setelah itu disikat dengan sikat gigi yang lembut. Membersihkan gigi palsu membantu mencegah gigi bernoda dan menjaga mulut tetap sehat. Bilas gigi palsu untuk menghilangkan partikel makanan yang menyangkut. Sikat setiap permuakaan, gosok dengan lembut untuk menghindari kerusakan  (Kunto, 2007).
Dari pertanyaan 3 semua menyatakan tidak pernah melepas gigi tiruan pada saat tidur.  Asumsi penulis  mereka tidak mengetahui bahwa gigi tiruan sebagian lepasan yang mereka gunakan harus di lepaskan pada saat tidur, atau di malam hari karena  beberapa responden mengakui memasang gigi tiruan pada tukang gigi, sehingga tidak diberikan intruksi cara merawat gigi tiruan, padahal gigi tiruan / gigi palsu hanya merupakan gigi tiruan yang bisa dipasang dan dilepas kapanpun kita mau. Pemasangan yang tidak permanen tentu menimbulkan celah di antara gigi palsu dan gusi Anda. Apabila daerah ini dan juga gigi plasu tersebut tidak rutin dibersihkan, akan terjadi pembusukan sisa makanan yang tentunya akan berujung pada bau mulut. Sebaiknya dikeluarkan dari mulut pada malam hari untuk memberi kesempatan istirahat yang memadai kepada jaringan mulut pendukungnya. Dengan demikian selama 8 jam dalam tiap 24 jamnya, jaringan mulut yang ditutupi gigi tiruan sempat beristirahat. Lepaskanlah gigi palsu saat malam atau mau tidur. Pemakaian gigi tiruan secara terus menerus dapat mengakibatkan terjadi iritasi pada mulut dan gusi (Kunto,2007).
Dari pertanyaan 4 semua responden menyatakan  tidak pernah merendam gigi tiruan. Asumsi penulis mereka tidak mengetahui gigi tiruan yang mereka gunakan harus di lepas di malam hari karena mereka tidak  mengetahui dan tidak pernah di beri intruksi untuk melakukannya, dari yang memasang gigi tiruan padahal seharusnya  gigi tiruan sebagian lepasan harus dilepaskan pada saat ingin tidur untuk menjaga gigi tiruan tersebut agar bersih dari kuman/bakteri dan agar lebih tahan lama dan mencegah  terjadi iritasi pada rongga mulut. Menurut (Kunto, 2007),  maka  setiap kali  ingin melepaskan gigi tiruan, ada baiknya bila terlebih dahulu siapkan handuk atau semangkuk air hangat untuk meletakkan gigi tersebut. Hal ini penting untuk menjaga kecantikan dan kesehatan gigi palsu karena akan mengurangi resiko terjatuh dan patahnya gigi tiruan karena tempat penyimpanan yang tidak aman. Sedangkan air hangat dalam mangkuk akan membersihkan gigi tiruan dari sisa makanan yang mungkin menempel. Yang terpenting, tidak membiarkannya kering selama tidak dipakai, atau merendamnya dengan air panas. Pencucian gigi palsu yang baik adalah dengan merendamnya kedalam air terlebih dahulu selama 4 sampai dengan 8 jam setelah itu disikat dengan sikat gigi yang lembut. Membersihkan gigi palsu membantu mencegah gigi bernoda dan menjaga mulut tetap sehat (Kunto, 2007).
Dari pertanyaan 5 sejumlah 13 responden menyatakan membersihkan gigi 2x sehari dan 3 responden 1x sehari dan 2 responden tidak tentu berapa kali. Asumsi penulis karena kurangnya kemauan dan kesadaran diri mereka untuk membersihkan gigi yang seharusnya minimal 2x sehari dan maksimal 3x sehari, padahal mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang berapa kali sehari  harus menggosok gigi, padahal kebersihan gigi dan mulut yang buruk tidak hanya menyebabkan bau mulut,  tetapi akan mengakibatkan kerusakan gigi dan radang gusi, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Menurut (Ginanjar,  2007 ) menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah jendela menuju hidup sehat karena lebih dari 90% materi yang masuk tubuh Anda melalui mulut Anda. Kunci utama kebersihan gigi adalah menyikat gigi dengan benar secara teratur. Anda juga perlu memastikan kebersihkan sela-sela antar gigi dengan pembersihan interdental. Seharusnya memelihara kesehatannya dengan menyikat gigi dua kali sehari minimal. Gosok gigi yang benar adalah setiap kita selesai makan. Jadi berapa kali kita gosok gigi itu tergantung berapa kali kita makan ditambah dengan sebelum tidur. Demikian disampaikan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan drg. Iwan Dewanto. Menurut beliau jika sisa makanan terlalu lama menempel pada gigi atau dalam jangka waktu 6 sampai 7 jam akan membuat sisa makanan itu sulit dibuang dan akan menimbulkan lubang gigi. Atau menyikat gigi maksimal 3 kali sehari setelah makan pagi siang dan malam atau minimal 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Dari pertanyaan 6 sejumlah 11 responden menyatakan membersihkan gigi dan mulut di waktu pagi dan sore, 2 responden menyatakan di waktu pagi dan setelah makan dan 4 responden  menyatakan membersihkan gigi tidak tentu kapan waktunya, sejumlah 1 di waktu ingin bepergian, asumsi penulis mereka tidak terbiasa teratur waktunya dalam membersihkan gigi dan mulut karena mereka juga menyebutkan kadang terlalu sibuk dengan urusan lain, sehingga membersihkan gigi bukan hal yang utama yang harus di lakukan, mereka menyikat gigi apabila harus bertemu dengan orang dan apa bila ingin bepergian agar mulut tidak terasa bau, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran diri dan kurangnya motivasi untuk membersihkan gigi dan mulut padahal pengetahuan tentang kapan saja harus menyikat gigi sudah mereka ketahui dengan adanya Iklan-ikan di TV dan penyuluhan, tetapi karena kurangnya kesadaran mereka tidak melakukan seperti yang disarankan. Menurut  (Ginanjar,  2007 ), seharusnya menyikat gigi maksimal 3 kali sehari setelah makan pagi siang dan malam atau minimal 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur. Kenyataannya menggosok gigi 3 kali sehari tidak dapat dilakukan terutama jika seseorang berada, dikantor, atau di tempat lain.
            Dari pertanyaan 7 semua responden menyatakan menggunakan pasta gigi pada saat membersihkan tiruan. Asumsi penulis mereka mnggunakan pasta gigi karena sudah mempunyai pengetahuan tentang itu, membersihkan gigi dan mulut pada umumnya memang harus menggunakan pasta gigi agar lebih bersih dan memudahkan sisa makanan terangkat dan membuat mulut wangi dan segar. Apabila tidak menggunakan pasta gigi gigi sedikit sulit dibersihkan mungkin terdapat sisa- makakan yang berwarna yang sulit di hilangkan. Karena pasta gigi mengandung busa dan zat-zat kimia lain yang dapat memudahkan sisa makanan atau pewarnaan gigi terangkat dan beresih begitu juga kandungan yang terkandung dalam pasta gigi dapat membuat mulut segar dan wangi, memang sangat berbeda apabila kita tidak menggunakan pasta gigi, mulut kita tidak terasa segar dan wangi Tetapi membersihkan gigi tiruan bisa menggunakan pembersih khusus gigi tiruan, merendamnya agar bisa lebih bersih dan higienis (Lusia, 2012).  Dan untuk gigi tiruan memang dianjurkan untuk menggunakan pembersih khusus gigi tiruan karena gigi tiruan tidak sama dengan gigi asli jadi karena mungkin bahan yang di gunakan untuk membuat gigi tiruan lebih mudah menyebabkan pewarnaan.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Sejumlah 10 orang (55,5%) responden yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar,  dipengaruhi oleh faktor motivasi ekstrinsik.

2.    Sejumlah 8 orang (44,4%) rsponden yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan di desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar dipengaruhi  oleh faktor motivasi intrinsic.

3.    Kebersihan gigi dan mulut masyarakat pengguna gigi tiruan di desa Bung Sidom Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar adalah masih rendah.

B. Saran
1.    Di harapkan kepada masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan  terutama di desa Bung Sidom agar lebih menigkatkan pengetahuan tentang gigi tiruan yang digunakan, dan sebaiknya mencari tahu tentang gigi tiruan sebelum memakainya dan jangan memasang gigi tiruan pada selain dokter gigi dan perawat gigi yang sudah mempunyai ilmu dan izin untuk memasang gigi tiruan.

2.    Diharapkan kepada masyarakat pengguna gigi tiruan sebagian lepasan desa bung sidom agar selalu merawat dan membersihkan gigi dan mulutnya setiap hari minimal  2x sehari.

3.    Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi yaitu dokter  gigi atau perawat gigi yang memasang gigi tiruan agar memberikan intruksi bagaimana cara menjaga dan merawat  gigi tiruan.



DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2010.Gigi Tiruan, Kapan Anda Memerlukannya. Http//www google.com

Andreas, 2012. Ciri ciri Keluarga yang bahagia .http// www.google.com


Barnes, dkk. 2006. Perawatan Gigi Terpadu Bagi Lansia, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Basker R.M,dkk.2006. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi Edisi III.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Depkes RI, 2000.Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Keluarga,
hal 1-15 Jakarta.

Dzanuar Rahmawan, 2010. Gigi Tiruan http://ml.scribd.com

Eka, 2012 Pemeliharaan Gigi Tiruan.htttp://ml.scribd.com

Eko Sutriyanto, 2012. 69 Persen Pengguna Gigi Palsu di atas 25 Tahun http://www.tribunnews.com

Fahmi, 2010. Pembagian Gigi Tiruan. http://www.fahmidental.blogspot.com
Ferdinndu, 2007 http//www.Pemasangan Dan Pemeliharaan Gigi Tiruan.com.

Ginandjar, 2007. Cara Menyikat Gigi yang Benar. www.pikiran-rakyat.com.

Handayani, 2012. Gigi Palsu dan Perawatannya http://id.shvoong.com

Haryanto, AG, dkk, 1991. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Hipocrates Jakarta

Iis zantika, 2011 14% Masyarakat Indonesia Pengguna Gigi Tiruan http://www.pdpersi.co.id

Irina,2010.Pengertian Motivasi.http://library.Binus.ac.id/ecolls/ethesis/bab2/bab%
202.pdf

Jenny, 2010. Pengertian Motivasi. http://www.duniapsikologi.com

Kamriantiramli, 2011. Macam-Macam-Motivasi Http://www.wordpress.com

Kompas. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari. Http://www.kompas.com

KontuKowuna, 2007 Cara-Merawat-Gigi-Tiruan Sebagian http://id.shvoong.com

Lusia Kus Anna, 2012. Agar Gigi Palsu Terasa Nyaman.http//www. Kompas .Com
http: //kesehatan.liputan6.comread

Naili D.J. Walter J.D. 1992. Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Nira, 2011. Motivasi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian.http://  E:_ nirawarna.htm

Praprimadani, 2011, Skripsi, FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Pemilihan Jenis Gigi tiruan Di Pulau Kodingareng. Pdf , Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi,Makassar.

Qmy, 2009. Pembagian Motivasi. http://qym7882.blogspot.com/2009/03/

Ratizon, 2011. Tips Merawat Kecantikan Dan Gigi Palsu.informasi gigi dan mulut .http//www.google.com

Tita yulianita, 2011, BAB 3 – Pengertian Motivasi. http:///E:/ htm

Ummi,2012. Kembalikan Fungsi Gigi dengan Gigi Tiruan, rubric,kesehatan keluarga, http//www.ummi.com 
                                                                                                                                  

0 komentar:

Posting Komentar