Selasa, 26 Juni 2012

PENGARUH PENGGUNAAN OBAT TRADISONAL DAN OBAT SINTETIK PADA MASYARAKAT

A. Pengantar
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat sintesis.
Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada slogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna”. Untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial yang meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif), salah satunya dengan memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional.
Pengertian obat tradisional secara umum adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan - bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan lebih banyak dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO). Namun tidak menutup kemungkinan bahwa tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Kepercayan yang telah turun temurun pada masyarakat juga lebih mengutamakan penggunaan obat tradisional dalam pengobatan penyakit yang diderita padahal seharusnya masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu apa penyakit yang diderita dan bagaimana cara pengobatan yang tepat. Untuk itu perlu diketahui informasi yang tepat mengenai obat obat tradisional.
B. Isi
1. Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain:
   1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a.       Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b.      Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga).  kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
c.       Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d.      Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
   2. Faktor Demografi
a.       Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b.      Komposisi Penduduk
                            Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
i     Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
ii.   Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii.  Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
   3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
2. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
a.       Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
b.      Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
c.       Kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
d.      Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
e.       Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder.
Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang  dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam  kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”.
Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua (dalam hal ini keamanan) sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
Ø  Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
Ø  Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Ø  Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
3. Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud
Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan lengkapnya antara lain :
1.    Kesadaran dan Ketidaksadaran
2.    Insting dan Kecemasan
a.     Kecemasan objektif
b.    Kecemasan neurotik
c.     Kecemasan moral
3.    Mekanisme pertahanan (defence mechanism)
a.     Represi
b.    Pembentukan reaksi (reaction formation)
c.     Proyeksi (projection)
d.    Penempatan yang keliru (dispacement)
e.     Rasionalisasi (rasionalisation)
f.     Supresi (supression)
g.    Sublimasi (sublimation)
h.    Kompensasi (compensation)
i.      Regresi (regression)
Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan.
Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan. Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.
4. Teori Evolusionisme
Evolusionisme adalah kepercayaan bahwa setiap masyarakat berkembang maju dari permukaan yang sederhana melalui fase-faseyang semakin kompleks. Counte percaya bahwa akal pikiran manusia berkembang melalui tiga fase: fase teologis, fase metafisik, dan fase positif. Pada fase pertama masyarakat (primitif) memandang benda-benda mati sebagai sesuatu yang hidup. Pada fase metafisik masyarakat juga masih berpikir tentang kekuatan-kekuatan yang abstrak. Fase positif adalah fase berpikir ilmiah dimana orang menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam kaitannya dengan proses alamiah.
5. Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.
6. Teori Modernisasi
Merupakan teori yang digunakan untuk merangkum transformasi kehidupan sosial di suatu negara. Teori melihat pada faktor-faktor internal suatu negara, sementara menganggap bahwa, dengan bantuan, negara-negara "tradisional" dapat dibawa ke pembangunan dengan cara yang sama dengan negara telah lebih maju. Teori modernisasi berupaya untuk mengidentifikasi variabel-variabel sosial yang berkontribusi pada kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat, dan berusaha untuk menjelaskan proses evolusi sosial. Tidak mengherankan, teori modernisasi tunduk terhadap kritik yang berasal di antara komunis dan ideologi pasar bebas, teori sistem dunia, globalisasi teori dan teori ketergantungan antara lain. Teori modernisasi tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan-tanggapan terhadap perubahan itu. Ini juga terlihat pada dinamika internal sementara mengacu pada struktur sosial dan budaya dan adaptasi teknologi baru.
7. Sekilas tentang obat-obatan
Ada dua macam obat-obatan, yaitu:
a.    Obat Bahan Alam:
                                       i.     Obat tradisional: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan tidak ada pengujian pra klinis dan klinis
                                     ii.     Obat herbal terstandar: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis
                                   iii.     Fitofarmaka: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis dan klinis
b.        Obat Sintetik: obat yang sebenarnya juga berasal dari tumbuhan atau hewan yang diproses secara kimiawi untuk diambil zat aktifnya (zat yang berkhasiat). Misalnya obat obat yang biasanya diresepkan oleh dokter.
Obat-obatan termasuk salah satu barang yang dikonsumsi manusia dan termasuk barang yang bisa dikomersialkan. Karena itu dalam mengamati perilaku manusia  dalam menggunakan obat-obatan, kita bisa menggunakan Teori Konsumsi. Berdasarkan Teori Konsumsi didapatkan analisa dengan teori-teori psikologi dan sosial lainnya yang mempengaruhi faktor-faktor penggunaan obat yaitu :

a) Faktor Ekonomi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu obat-obatan, baik itu obat tradisional maupun obat modern atau sintetik, adalah faktor ekonomi. Diantaranya adalah:
1.      Harga Obat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan masyarakat beranggapan bahwa lebih murah untuk menggunakan obat tradisional daripada obat sintetik. Hal ini disebabkan obat sintetik adalah obat yang sudah melalui uji klinis, berbeda dengan obat tradisional. Sehingga dalam hal ini terdapat beban biaya penelitian yang dimasukkan ke dalam biaya sintetik. Selain itu, obat sintetik juga didapatkan dari pengolahan kimiawi yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, berbeda dengan obat tradisional yang umumnya pengolahannya masih sederhana atau sedikit modern.
2.      Penghasilan dan kekayaan masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih obat sintetik atau obat tradisional.
b) Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata - rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Artinya daya beli masyarakat dengan jumlah penduduk yang banyak cenderung rendah sehingga daya beli terhadap obat-obatan juga ikut rendah. Pada umumnya masyarakat dengan daya beli rendah jika sedang ditimpa penyakit akan mengobati penyakitnya sendiri tanpa membeli obat sintetik atau obat tradisional yang dijual pasaran, tapi mengobatinya dengan obat tradisional yang langsung diperoleh sendiri dari alam.
c) Faktor Non Ekonomi
                                       i.     Khasiat dan Kepercayaan. Obat sintetik umumnya lebih dipercaya daripada obat tradisional. Hal ini disebabkan karena sudah banyak pembuktian ilmiah tentang khasiat obat sintetik daripada khasiat obat tradisional. Hal ini terjadi untuk kasus penyakit yang non kronis. Adapun untuk penyakit kronis, umumnya masyarakat memilih obat sintetik. Sebenarnya, pada umumnya masyarakat lebih menganjurkan untuk menggunakan obat tradisional karena efek sampingnya yang relatif lebih sedikit (menurut pengetahuan yang ada), namun dalam kenyataannya masyakarat ingin supaya penyakitnya cepat sembuh dan merasa aman dalam mengkonsumsi obat sehingga menggunakan obat farmasi sintetik. Menurut teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), selain mementingkan kebutuhan fisiologis, masyarakat juga memiliki kebutuhan akan rasa aman. Sehingga masyarakat lebih cenderung memilih obat yang sudah terjamin khasiat dan efek sampingnya tidak terlalu membahayakan.
                                     ii.     Kepercayaan tradisional. Ada sebagian masyarakat yang percaya dengan obat tradisional karena motivasinya yang kuat terhadap agama dan kepercayaannya. Hal ini disebabkan karena manusia hidup dikuasai oleh alam bawah sadarnya yang sangat mempengaruhi tingakh laku mereka. Hal ini dijelaskan di dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
                                   iii.     Keluarga. Keluarga, terutama saran dari orang yang lebih tua sangat menentukan keputusan seseorang memilih obat-obatan.
                                   iv.     Kepraktisan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa obat sintetik lebih praktis daripada obat tradisional. Karena obat sintetik umumnya sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa langsung dikonsumsi. Berbeda dengan sebagian obat tradisional yang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu (karena banyak obat tradisional yang masih mentah belum diolah) atau harus dikonsumsi dengan prosedur tertentu. Tapi umumnya obat tradisional yang berada di pasaran sudah dikemas dengan baik walaupun terkadang masih sulit untuk dikonsumsi.
                                     v.     Efek samping. Pada umumnya, maysarakat berpendapat bahwa obat sintetik memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat tradisional. Namun, para ahli farmasi berpendapat tidak membenarkan hal ini. Menurut mereka, persepsi ini disebabkan karena publikasi tentang khasiat dan efek samping obat-obatan sintetik sudah tersebar ke dalam masyarakat. Obat-obatan sintetik memang sudah melalui uji coba klinis. Berbeda dengan kebanyakan obat tradisional yang masih jarang diteliti oleh para ahli farmasi sehingga kurang banyak diketahui khasiat dan efek sampingnya.
                                   vi.     Pendidikan. Pada era sekarang, pendidikan sudah lebih maju dari era sebelumnya sehingga masyarakat lebih percaya kepada obat yang sudah teruji secara klinis (izin Departemen Kesehatan).
                                 vii.     Asal daerah. Daerah perkotaan cenderung memilih obat sintetik sementara daerah pedesaaan (ataupun yang masih terdapat hutan) cenderung memilih obat tradisional.
                               viii.     Modernisasi teknologi dan kebudayaan. Sebagian besar masyarakat menggunakan obat farmasi, namun hanya sebagian saja yang menggunakan obat tradisional. Hal ini disebabkan sudah menjadi hal yang umum di masyarakat untuk menggunakan obat sintetik untuk mengobati penyakit. Ide menggunakan obat sintetik sudah menjamur di dalam masyarakat karena pengaruh kuatnya pengetahuan ilmiah tentang obat sintetik dan masyarakat sudah mulai melek ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga lebih percaya perkataan para ahli yang sudah melakukan penelitian sebelumnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada teori difusi inovasi dan evolusionisme.
                                   ix.     Pengaruh budaya asing. Menurut teori difusi, antar suku bangsa saling mempengaruhi dalam pengembangan teknologi dan budaya obat-obatan, misalnya obat-obatan dari cina dan arab masuk ke Indonesia.
C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Masyarakat lebih memilih menggunakan obat sintetik dari pada obat tradisional
2. Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan obat di masyarakat: keluarga, khasiatnya, harga obat, kepraktisan, efek samping, tingkat pendidikan masyarakat
3. Agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan obat oleh seorang individu.
4. Teknologi pengolahan obat tradisional dan sintetik sudah semakin berkembang sesuai dengan tuntutan pasar.
5. Obat sintetik berkhasiat dan cepat untuk mengobati penyakit, namun memiliki efek samping yang cukup tinggi. Sementara obat tradisional cukup berkhasiat namun lambat dalam mengobati penyakit, dan memiliki efek samping yang relatif rendah.





DAFTAR PUSTAKA

Chairil N. Siregar, Grand Theories, Middle Range And Specific Theories .
----------, Kumpulan Skripsi Online Full Content: http://one.indoskripsi.com, tanggal akses: 18 Mei 2011.
Blog Dokter, http://www.blogdokter.net, tanggal akses: 4 Mei 2011.
Wikipedia The Free Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/ , tanggal akses: 4 Mei 2011.
Word Press, http://www.wordpress.com, tanggal akses 3 Mei 2011.


0 komentar:

Posting Komentar