A. Pengantar
Penggunaan
bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih
dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat
banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif,
promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan
obat sintesis.
Setiap
manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan
pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang
prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang
menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada
slogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan anda tidak
bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna”. Untuk itu
diperlukan upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial yang
meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif), salah satunya
dengan memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat
tradisional.
Pengertian
obat tradisional secara umum adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan -
bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari
tumbuhan lebih banyak dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral,
sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman
obat (TO). Namun tidak menutup kemungkinan bahwa tanaman obat atau obat
tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya
kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang
memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat
tradisional dan tanaman obat. Kepercayan yang telah turun temurun pada
masyarakat juga lebih mengutamakan penggunaan obat tradisional dalam pengobatan
penyakit yang diderita padahal seharusnya masyarakat harus mengetahui terlebih
dahulu apa penyakit yang diderita dan bagaimana cara pengobatan yang tepat.
Untuk itu perlu diketahui informasi yang tepat mengenai obat obat tradisional.
B.
Isi
1.
Teori Konsumsi
Pengeluaran
konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi
rumah tangga (household consumption/private consumption). Faktor- faktor yang
mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain:
1. Faktor Ekonomi
Empat
faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a. Pendapatan
Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar
pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan,
tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin
besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya
semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan
Rumah Tangga (Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaaan
rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial
(deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi,
karena menambah pendapatan disposable.
c. Tingkat
Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat
mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya
ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin maha. Bagi
mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam
dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga
lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d. Perkiraan
Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang
dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain
pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah
bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain
kondisi perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan
ekonomi yang dijalankan pemerintah.
2. Faktor Demografi
a. Jumlah
Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran
rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi
suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan
per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi
Penduduk
Pengaruh
komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
i Makin banyak penduduk
yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi.
Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
ii. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
ii. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor
non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor
social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat/ideal.
2.
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori
motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
b. Kebutuhan rasa aman
(safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual;
c. Kebutuhan akan kasih
sayang (love needs);
d. Kebutuhan akan harga
diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status.
e. Aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder.
Terlepas
dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa
sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan
individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat
materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga
spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman
tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan
mengalami “koreksi”.
Penyempurnaan
atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “
yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai
tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki
suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia,
berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua (dalam
hal ini keamanan) sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan
papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat
dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin
mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi
juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan
berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
Ø
Kebutuhan yang satu
saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
Ø
Pemuasaan berbagai
kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan
kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Ø Berbagai
kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak
lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi
pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya
yang lebih bersifat aplikatif.
3.
Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud
Ia
meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar
yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak
didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau
dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam
bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Menurut
Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang
tidak normal/menyimpang. Pandangan lengkapnya antara lain :
1.
Kesadaran dan
Ketidaksadaran
2.
Insting dan Kecemasan
a.
Kecemasan objektif
b.
Kecemasan neurotik
c.
Kecemasan moral
3.
Mekanisme pertahanan
(defence mechanism)
a.
Represi
b.
Pembentukan reaksi
(reaction formation)
c.
Proyeksi (projection)
d.
Penempatan yang keliru
(dispacement)
e.
Rasionalisasi
(rasionalisation)
f.
Supresi (supression)
g.
Sublimasi (sublimation)
h.
Kompensasi
(compensation)
i.
Regresi (regression)
Freud
menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu
asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah
dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus
mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan.
Sedangkan
Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan
pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi
keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas
emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik
berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena
ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah
berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk
diselesaikan. Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini
dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur
inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut
histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.
4.
Teori Evolusionisme
Evolusionisme
adalah kepercayaan bahwa setiap masyarakat berkembang maju dari permukaan yang
sederhana melalui fase-faseyang semakin kompleks. Counte percaya bahwa akal
pikiran manusia berkembang melalui tiga fase: fase teologis, fase metafisik,
dan fase positif. Pada fase pertama masyarakat (primitif) memandang benda-benda
mati sebagai sesuatu yang hidup. Pada fase metafisik masyarakat juga masih
berpikir tentang kekuatan-kekuatan yang abstrak. Fase positif adalah fase
berpikir ilmiah dimana orang menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam kaitannya
dengan proses alamiah.
5.
Teori Difusi Inovasi
Difusi
Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun
1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan
difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan
ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi
lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut.
Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian
mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh
sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi
inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan
Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation”
(1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya
komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion
leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media
beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas
tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru,
dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang
lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk
mengadopsi sebuah inovasi.
6.
Teori Modernisasi
Merupakan
teori yang digunakan untuk merangkum transformasi kehidupan sosial di suatu
negara. Teori melihat pada faktor-faktor internal suatu negara, sementara
menganggap bahwa, dengan bantuan, negara-negara "tradisional" dapat
dibawa ke pembangunan dengan cara yang sama dengan negara telah lebih maju.
Teori modernisasi berupaya untuk mengidentifikasi variabel-variabel sosial yang
berkontribusi pada kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat, dan berusaha
untuk menjelaskan proses evolusi sosial. Tidak mengherankan, teori modernisasi
tunduk terhadap kritik yang berasal di antara komunis dan ideologi pasar bebas,
teori sistem dunia, globalisasi teori dan teori ketergantungan antara lain.
Teori modernisasi tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga
tanggapan-tanggapan terhadap perubahan itu. Ini juga terlihat pada dinamika
internal sementara mengacu pada struktur sosial dan budaya dan adaptasi
teknologi baru.
7.
Sekilas tentang obat-obatan
Ada
dua macam obat-obatan, yaitu:
a.
Obat Bahan Alam:
i. Obat
tradisional: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun
dan tidak ada pengujian pra klinis dan klinis
ii. Obat
herbal terstandar: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun
temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis
iii. Fitofarmaka:
obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan sudah
mengalami pengujian pra klinis dan klinis
b.
Obat Sintetik:
obat yang sebenarnya juga berasal dari tumbuhan atau hewan yang diproses secara
kimiawi untuk diambil zat aktifnya (zat yang berkhasiat). Misalnya obat obat
yang biasanya diresepkan oleh dokter.
Obat-obatan
termasuk salah satu barang yang dikonsumsi manusia dan termasuk barang yang
bisa dikomersialkan. Karena itu dalam mengamati perilaku manusia dalam menggunakan obat-obatan, kita bisa
menggunakan Teori Konsumsi. Berdasarkan Teori Konsumsi didapatkan analisa
dengan teori-teori psikologi dan sosial lainnya yang mempengaruhi faktor-faktor
penggunaan obat yaitu :
a) Faktor Ekonomi.
Salah
satu faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu obat-obatan, baik itu obat tradisional
maupun obat modern atau sintetik, adalah faktor ekonomi. Diantaranya adalah:
1.
Harga Obat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan masyarakat beranggapan bahwa lebih
murah untuk menggunakan obat tradisional daripada obat sintetik. Hal ini
disebabkan obat sintetik adalah obat yang sudah melalui uji klinis, berbeda
dengan obat tradisional. Sehingga dalam hal ini terdapat beban biaya penelitian
yang dimasukkan ke dalam biaya sintetik. Selain itu, obat sintetik juga
didapatkan dari pengolahan kimiawi yang juga membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, berbeda dengan obat tradisional yang umumnya pengolahannya masih
sederhana atau sedikit modern.
2.
Penghasilan dan
kekayaan masyarakat. Hal ini sangat
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih obat sintetik atau obat
tradisional.
b) Faktor Demografi
Jumlah
penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh,
walaupun pengeluaran rata - rata per orang atau per keluarga relatif rendah.
Artinya daya beli masyarakat dengan jumlah penduduk yang banyak cenderung
rendah sehingga daya beli terhadap obat-obatan juga ikut rendah. Pada umumnya
masyarakat dengan daya beli rendah jika sedang ditimpa penyakit akan mengobati
penyakitnya sendiri tanpa membeli obat sintetik atau obat tradisional yang
dijual pasaran, tapi mengobatinya dengan obat tradisional yang langsung
diperoleh sendiri dari alam.
c) Faktor Non Ekonomi
i. Khasiat
dan Kepercayaan. Obat sintetik umumnya
lebih dipercaya daripada
obat tradisional. Hal ini disebabkan karena sudah banyak pembuktian ilmiah tentang
khasiat obat sintetik daripada khasiat obat tradisional. Hal ini terjadi untuk
kasus penyakit yang non kronis. Adapun untuk penyakit kronis, umumnya masyarakat
memilih obat sintetik. Sebenarnya, pada umumnya masyarakat lebih menganjurkan
untuk menggunakan obat tradisional karena efek sampingnya yang relatif lebih
sedikit (menurut pengetahuan yang ada), namun dalam kenyataannya masyakarat
ingin supaya penyakitnya cepat sembuh dan merasa aman dalam mengkonsumsi obat sehingga
menggunakan obat farmasi sintetik. Menurut teori Abraham H. Maslow (teori
kebutuhan), selain mementingkan kebutuhan fisiologis, masyarakat juga memiliki
kebutuhan akan rasa aman. Sehingga masyarakat lebih cenderung memilih obat yang
sudah terjamin khasiat dan efek sampingnya tidak terlalu membahayakan.
ii. Kepercayaan
tradisional. Ada sebagian masyarakat yang percaya
dengan obat tradisional karena motivasinya yang kuat terhadap agama dan
kepercayaannya. Hal ini disebabkan karena manusia hidup dikuasai oleh alam
bawah sadarnya yang sangat mempengaruhi tingakh laku mereka. Hal ini dijelaskan
di dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
iii. Keluarga.
Keluarga, terutama saran dari orang yang
lebih tua sangat menentukan keputusan seseorang memilih obat-obatan.
iv. Kepraktisan.
Umumnya masyarakat beranggapan bahwa
obat sintetik lebih praktis daripada obat tradisional. Karena obat sintetik
umumnya sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa langsung dikonsumsi.
Berbeda dengan sebagian obat tradisional yang harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu (karena banyak obat tradisional yang masih mentah belum diolah)
atau harus dikonsumsi dengan prosedur tertentu. Tapi umumnya obat tradisional
yang berada di pasaran sudah dikemas dengan baik walaupun terkadang masih sulit
untuk dikonsumsi.
v. Efek
samping. Pada umumnya, maysarakat berpendapat
bahwa obat sintetik memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat
tradisional. Namun, para ahli farmasi berpendapat tidak membenarkan hal ini.
Menurut mereka, persepsi ini disebabkan karena publikasi tentang khasiat dan
efek samping obat-obatan sintetik sudah tersebar ke dalam masyarakat.
Obat-obatan sintetik memang sudah melalui uji coba klinis. Berbeda dengan
kebanyakan obat tradisional yang masih jarang diteliti oleh para ahli farmasi
sehingga kurang banyak diketahui khasiat dan efek sampingnya.
vi. Pendidikan.
Pada era sekarang, pendidikan sudah
lebih maju dari era sebelumnya sehingga masyarakat lebih percaya kepada obat
yang sudah teruji secara klinis (izin Departemen Kesehatan).
vii. Asal
daerah. Daerah perkotaan cenderung memilih obat
sintetik sementara daerah pedesaaan (ataupun yang masih terdapat hutan)
cenderung memilih obat tradisional.
viii.
Modernisasi teknologi
dan kebudayaan. Sebagian besar masyarakat
menggunakan obat farmasi, namun hanya sebagian saja yang menggunakan obat
tradisional. Hal ini disebabkan sudah menjadi hal yang umum di masyarakat untuk
menggunakan obat sintetik untuk mengobati penyakit. Ide menggunakan obat
sintetik sudah menjamur di dalam masyarakat karena pengaruh kuatnya pengetahuan
ilmiah tentang obat sintetik dan masyarakat sudah mulai melek ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga lebih percaya perkataan para ahli yang sudah melakukan
penelitian sebelumnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada teori difusi inovasi
dan evolusionisme.
ix. Pengaruh
budaya asing. Menurut teori difusi, antar suku
bangsa saling mempengaruhi dalam pengembangan teknologi dan budaya obat-obatan,
misalnya obat-obatan dari cina dan arab masuk ke Indonesia.
C.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.
Masyarakat lebih memilih menggunakan obat sintetik dari pada obat tradisional
2.
Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan obat di masyarakat: keluarga,
khasiatnya, harga obat, kepraktisan, efek samping, tingkat pendidikan
masyarakat
3.
Agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan
obat oleh seorang individu.
4.
Teknologi pengolahan obat tradisional dan sintetik sudah semakin berkembang
sesuai dengan tuntutan pasar.
5.
Obat sintetik berkhasiat dan cepat untuk mengobati penyakit, namun memiliki
efek samping yang cukup tinggi. Sementara obat tradisional cukup berkhasiat
namun lambat dalam mengobati penyakit, dan memiliki efek samping yang relatif
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Chairil N. Siregar, Grand Theories, Middle Range And Specific
Theories .
----------, Kumpulan Skripsi Online Full Content: http://one.indoskripsi.com,
tanggal akses: 18 Mei 2011.
Blog
Dokter, http://www.blogdokter.net, tanggal akses: 4 Mei 2011.
Wikipedia The Free Encyclopedia,
http://en.wikipedia.org/ , tanggal akses: 4 Mei 2011.
Word
Press, http://www.wordpress.com, tanggal
akses 3 Mei 2011.
0 komentar:
Posting Komentar