Kamis, 08 Desember 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN ORANG TUA TENTANG KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V MIN COT GUE KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang harus membenah diri agar setara dengan negara-negara lainnya. Berbagai upaya pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan bangsa, diantaranya adalah pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penting hidup sehat. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih baik. Pembangunan dibidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan kesehatan nasional artinya dalam melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan, pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan demikian juga sebaliknya. Bila ingin melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh dilupakan kerangka yang lebih luas yaitu pembangunan dibidang kesehatan umumnya. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya kesehatan gigi masyarakat) maupun keadaan kesehatan gigi masyarakat (Suwelo, 1992).
Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yakni, yakni: kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, yakni preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang kesehatan gigi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan prilaku seseorang mengenai kesehatan gigi, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin mudah menyerap informasi baru, termasuk kesehatan gigi bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan yang lebih rendah (Budiharto, 1998).
Frekuensi menyikat gigi adalah tiga kali sehari setiap habis makan dan sebelum tidur, pada kenyataannya menyikat gigi tiga kali sehari tidak selalu dapat dilakukan  terutama ketika seseorang berada disekolah, kantor atau tempat lain. (Fitriana, 2006).
Waktu terbaik untuk menyikat gigi agar fungsinya optimal adalah 30 menit setelah makan. Karena setelah 30 menit setelah makan, didalam mulut terjadi berbagai perubahan derajat keasaman yang dapat menyebabakan dekalsifikasi email gigi. Dengan demikian waktu terbaik untuk menyikat gigi dengan frekuensi menyikat gigi minimal dua kali sehari adalah 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur malam (Afrilina, 2006).
Peranan orang tua khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan gigi anak-anak mereka, orang tua yang kesehatan giginya baik akan mewariskan kesehatan gigi yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya orang tua khususnya kesehatan gigi ibu yang rendah akan mewariskan kesehatan gigi yang rendah pula bagi anaknya. Oleh karena itu pendidkan kesehatan gigi diperlukan pada kelompok ini agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan gigi yang baik pada keturunan mereka (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku penduduk umur 10 tahun keatas yang berkaitan dengan kebiasaan menyikat gigi, dan kapan waktu menyikat gigi dilakukan. Sebagian penduduk umur 10 tahun keatas (91,1%) mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap hari.  Untuk mendapatkan hasil yang optimal, menyikat gigi yang benar adalah menyikat gigi setiap hari pada waktu pagi hari setelah makan dan malam sebelum tidur. Didapatkan pada umumnya masyarakat menyikat gigi setiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore 90,7%. Proporsi masyarakat yang menyikat gigi setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur malam hanya 28,7%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut, juga adanya wilayah yang masih sulit terjangkau informasi akibat keadaan geografi yang bervariasi. Tiga propinsi yang mempunyai persentase tertinggi dalam hal menyikat gigi adalah DKI Jakarta (98,5%), Jawa Barat (95,8%), dan Kalimantan Timur (95,5%), sedangkan yang terendah di propinsi NTT (74,7%) dan Papua (58, 4%, Depkes, 2007).
Berdasarkan pemeriksaan awal oleh peneliti pada murid kelas V MIN Cot Gue terhadap 10 orang didapatkan data OHI-S dengan kriteria baik 3 orang (30%), kriteria sedang 4 orang (40%) dan kriteria buruk 3 orang (30%).
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011”.
C.  Tujuan Penelitian
1.     Tujuan Umum
Megetahui Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut anak pada murid kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar 2011.
b.    Untuk mengetahui tindakan orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut anak pada murid kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
c.    Untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada murid kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
D.  Manfaat Penelitian
1.     Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam bidang kesehatan gigi dan mulut khususnya gambaran pengetahuan dan tindakan orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut.
2.    Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau dijadikan kajian pustaka bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Nanggroe Aceh Darussalam.
3.    Bagi Institusi Kesehatan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi orang tua tentang pentingnya peranan orang tua dalam perawatan gigi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a.    Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (rangsangan).
b.    Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.    Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.    Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.    Adoption, dimana subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1.     Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “ tahu “ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.    Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.    Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5.    Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada
6.    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan/perilaku seseorang yang apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (lost lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sehingga dari pengetahuan yang baik akan menimbulkan suatu sikap yang positif yaitu merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus/objek. (Notoatmodjo,1993).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2007).
B.  Kebersihan Gigi dan Mulut
1.   Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut bebas dari plak dan karang gigi. Kebersihan gigi yang baik akan membuat jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit. Oleh karena itu, kebersihan gigi harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik (Beodihardjo, 1985).
Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi (Houwink, dkk, 1993).
Menurut Boedihardjo (1985), terdapat beberapa cara yang baik untuk merawat kebersihan gigi dan mulut agar mendapatkan gigi yang bersih dan sehat secara optimal :
a.    Menyikat gigi paling sedikit sehari sekali.
b.    Bila mungkin, sikat gigi setiap selesai makan.
c.    Kurangi makanan yang mengandung gula, hindarilah makanan tersebut di antara 2 waktu makan, dan
d.    Periksakan gigi secara teratur pada dokter gigi.
Apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, maka sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi-geligi dalam mulut dapat menimbulkan berbagai penyakit pada jaringan keras gigi dan penyangga. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diutamakan kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut yang baik (Suwelo, 1992).
2.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
a)  Plak
Plak adalah suatu endapan lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi. Lapisan plak dianggap paling penting dalam berbagai penyakit gigi dan jaringan pendukungnya (Bie Kie Nio, 1995).
Apabila plak karena hasil-hasil metabolisme menjadi bersifat basa, maka kalsium dalam ludah akan mengendap ke dalam plak. jadi, macam-macam kuman dalam plak menentukan macam penyakit disebabkan oleh plak. Plak muda yang hanya mengandung kuman coccus, filament, spiril dapat menyebakan gingivitis. Plak tua yang bersifat basa dapat menyebabkan terbentuknya karang gigi.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya plak, dibagi menjadi 2 bagian. Yaitu :
1)    Lingkungan Fisik
Meliputi anatomi gigi, anatomi jaringan sekitar gigi, posisi gigi, struktur permukaan gigi, gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar dan tindakan kebersihan mulut.
2)   Nutrient
Nutrient meliputi makanan atau diet, cairan gusi, sisa epitel dan leukosit serta saliva (Sriyono, 2005).
Plak terbentuk dari campuran bahan-bahan air ludah, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk agak cair yang lama-kelamaan menjadi kelat, tempat dimana bertumbuhnya bakteri (Tarigan, R. 1990).
b)  Karang Gigi
Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terdapat pada permukaan gigi berwarna mulai dari kekuning-kuningan hingga kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar.
Menurut Pratiwi (2007) karang gigi adalah plak yang telah mengalami pengerasan, kalsifikasi atau reminalisasi. Arah penyebaran karang gigi bergerak dari leher ke atas (permukaan mahkota gigi) atau ke bawah (akar gigi). Penyebaran karang gigi ke arah akar gigi dapat melepaskan pelekatan gusi dengan gigi, lebih jauh karang gigi dapat masuk ke tulang pendukung gigi dan merusaknya. Hal inilah yang menyebabkan gigi mulai goyang. Kerugian lain dengan adanya karang gigi adalah timbulnya bau mulut (halitosis) dengan penampilan yang tidak higienis.
3.  Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
Pemeliharan kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menghilangkan dan mencegah plak tidak tertimbun pada permukaan gigi yang lama-kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (H. H. Tan, 1993).
Apabila seseorang tidak dapat mempertahankan tingkat kebersihan mulutnya yang wajar dengan melakukan pemeliharaan diri di rumah dengan konstan dan teratur, maka apapun tindakan perawatan yang dilakukan profesi dental hanya memberikan manfaat yang terbatas.
Boedihardjo (1985) menyatakan bahwa agar gigi tidak terkena penyakit, gigi harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik, diantaranya yaitu :
a.    Menyikat gigi paling sedikit sekali sehari.
b.    Bila mungkin, sikat gigi setelah makan.
c.    Kurangi makan yang mengandung gula, hindarilah makanan tersebut diantara 2 waktu makan, dan
d.    Periksa gigi secara teratur pada dokter gigi.
4.  Tindakan Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
a.   Menyikat Gigi
Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan seluruh deposit lunak dan plak pada permukaan gigi dan gusi (Be Kien Nio, 1995).
Menurut Depkes RI (2000) tekhnik menyikat gigi yang baik dan benar adalah sebagai berikut :
1)    Kumur- kumur sebelum menyikat gigi.
2)   Menyikat permukaan gigi depan, atas dan bawah dengan gerakan naik turun sedikitnya 8 kali gerakan setiap permukaan.
3)   Menyikat daerah pengunyahan dengan gerakan maju mundur.
4)   Menyikat bagian gigi dalam gigi atas yang menghadap ke palatal dengan cara mencongkel.
5)   Setelah selesai, kumur-kumur 1 kali saja agar fluor masih tertinggal di gigi. Frekuensi menyikat gigi adalah 3 kali sehari setiap sebelum makan, setelah makan dan sebelum tidur.
Menyikat gigi bertujuan untuk menghilangkan dan menghalangi pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan (Sriyono, 2005).
b.  Berkumur
Obat kumur yang mengandung garam dapat dibuat sendiri di rumah. Caranya dengan melarutkan garam dengan takaran 1 sendok teh dalam segelas air hangat. Namun hal ini secara spesifik hanya dilakukan untuk mengatasi keluhan abses atau peradangan lain di dalam mulut, bukan untuk menyegarkan (Pratiwi, 2007).
Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20 ml setiap selesai menyikat gigi 2 kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik kemudian dikeluarkan. Bahan aktif terkandung dalam obat kumur antara lain timol, eukaliptol, metal salisilat, mentol, khlorheksidin glukonat, hydrogen peroksida dan kadang-kadang mengandung juga kalsium dan enzim.
c.   Tusuk Gigi
Tusuk gigi harus digunakan dengan sudut yang tepat. Sesuai dengan kontur yang normal dari papilla interdental. Tusuk gigi harus digerakkan ke dalam dan keluar dengan menyikat permukaan interdental dari gigi lebih kurang 8-12 gerakan sehingga gusi mendapat pemijatan ruangan, dan sisi interdental gigi menjadi bersih (Panjaitan, 1997).
Menurut Boedihardjo (1985), tusuk gigi yang baik digunakan adalah tusuk gigi yang terbuat dari kayu, supaya tidak merusak gusi.
d.  Dental Flossing
Flossing adalah tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan dental floss. Dental floss berbentuk benang, dapat diberi lilin atau tanpa lilin. Gunanya :
1)    Untuk menghilangkan plak pada permukaan interproksimal gigi.
2)   Untuk memoles permukaan interproksimal gigi.
3)   Untuk membersihkan partikel-partikel sisa-sisa makanan yang tertekan di bawah titik kontak.
Menurut Pratiwi (2007), cara pemakaian benang gigi (flossing) yang benar, yaitu :
1)    Ambil benang gigi secukupnya (kira-kira 10-15 cm).
2)   Lingkarkan ujungnya pada jari-jari tengah.
3)   Lewatkan benang perlahan-lahan melalui titik kontak gigi dengan menggerakkan benang dari arah depan ke belakang. Hindari penekanan yang berlebihan karena dapat mengiritasi daerah gusi di antara gigi.
4)   Gerakkan benang dari arah gusi ke gigi dengan penekanan kearah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa kotoran dengan sempurna.
5)   Setelah melakukan flossing di seluruh gigi, berkumurlah untuk mengangkat sisa-sisa kotoran yang masih terjebak di gigi.
e.   Diet
Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan kesehatan gigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Jika sisa makanan ini membentuk plak yang kemudian menghasilkan asam dengan pH di bawah 5,5 maka terjadilah perusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya gigi berlubang. Oleh karena itu, tujuan utama diet makanan yang berhubungan dengan kesehatan gigi adalah memotivasi setiap orang untuk mengontrol frekuensi dalam mengonsumsi jenis makanan yang mengandung karbohidrat (Pratiwi, 2007).
C.  Pengukuran Kebersihan Gigi dan Mulut
Menurut Herijulianti, dkk (2001) untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang dilihat adalah adanya debris (plak) dan calkulus (karang gigi) pada permukaan gigi. Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a.    Gigi M1 kanan atas pada permukaan bucal.
b.    Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.
c.    Gigi M1 kiri atas pada permukaan bucal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a.    Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
b.    Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
c.    Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu :
1.     Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas / rahang bawah.
2.    Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas / rahang bawah.
3.    Bila gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
4.    Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri rahang atas.
5.    Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6.    Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan rahang bawah.
7.    Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a.   Debris Indeks
Debris adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu dilakukan pemeriksaan debris.
Kriteria debris indek :
No
Kriteria
Nilai
1
Pada permukaan gigi tidak ada debris/pewarnaan extrintik
0
2
Pada permukaan gigi terlihat debris yang lunak yang menutupi gigi seluas 1/3 permukaan / lebih 1/3 permukaan
1
3
Pada permukaan gigi tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan extrinsik yang menutupi sebagian/seluruh permukaan gigi
1
4
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak yang menutupi permukaan gigi lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
2
5
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak menutupi permukan gigi seluas 2/3 sampai seluruh permukaan gigi
3

Cara menghitung debris indeks :
Skor debris indeks : Baik : 0 – 0,6
  Sedang : 0,7 – 1,8
  Buruk : 1,9 – 3,0

b.  Kalkulus Indeks
Kalkulus adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu pemeriksaan kalkulus.
Kriteria kalkulus indeks :
No
Kriteria
Nilai
1
Pada permukaan gigi tidak ada karang gigi
0
2
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi gigi lebih 1/3 permukaan gigi
1
3
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
2
4
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi sebagian daerah servikal gigi
2
5
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan/seluruh permukaan gigi
3
6
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi dan melingkari seluruh permukaan gigi
3

Cara menghitung kalkulus indeks :

Skor kalkulus indeks : Baik : 0 – 0,6
  Sedang : 0,7 – 1,8
  Buruk : 1,9 – 3,0
c.   OHIS
OHIS adalah oral hygiene-simplified merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan calkulus.
Cara menghitung OHIS = Debris indeks + Kalkulus indeks
Skor kalkulus indeks : Baik : 0 – 1,2
  Sedang : 1,3 – 3,0
  Buruk : 3,1 – 6,0


BAB III
KERANGKA TEORI PENELITIAN

A.  Kerangka Konsep

Peranan orang tua khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi anak mereka, orang tua yang sehat dan gizinya yang baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula pada anaknya. Sebaliknya kesehatan orang tua khususnya ibu yang rendah, yang kurang gizi akan mewariskan kesehatan yang rendah pula bagi anaknya.
B.  Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.     Pengetahuan dan tindakan orang tua
2.    Tindakan orang tua
3.    Status kebersihan gigi dan mulut
C.  Defenisi Operasional
No
Variabel
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil
Skala Ukur
1.
Pengetahuan orang tua
Segala sesuatu yang diketahui oleh orang orang tua yang diperoleh dari pendidikan maupun pengalaman tentang kebersihan gigi dan mulut.
Angket
Kuisioner
Baik :
67 - 100
Sedang:
34 - 66
Kurang :
0 - 33
Ordinal
2.
Tindakan orang tua
Suatu upaya orang tua untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut anaknya.
Angket
Kuisioner
Baik :
67 - 100
Sedang :
34 - 66
Kurang :
0 - 33
Ordinal
3.
Status kebersihan gigi dan mulut
Keadaan mulut yang terbebas dari plak dan kalkulus.
Pemeriksaan langsung
Diagnose set
KSP
OHIS
Baik :
(0 – 1,2)
Sedang :
(1,3 – 3,0)
Buruk :
(3,1 – 6,0)
Ordinal



BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu hanya melihat “Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011’’.
B.  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
C.  Populasi dan Sampel
1.     Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid dan Orang Tua murid kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
2.    Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total populasi yaitu seluruh murid dan orang tua murid pada kelas V Min Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
D. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini adalah dengan membagikan kuisioner, kartu status pasien (KSP), diagnosa set dan observasi.
E.   Cara Pengumpulan Data
1.     Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara angket, observasi, kuesioner, dan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada murid dan orang tua murid kelas V MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
2.    Data Sekunder
Data ini diperolah dari catatan biodata berupa nama, umur, jenis kelamin dan alamat orang tua murid MIN Cot Gue Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011.
F.   Pengolahan Dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah. Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a)    Editing
Melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh responden.
b)   Coding
Melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu pada setiap jawaban sehingga lebih mudah dan sederhana.
c)    Tabulating
Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian dan ditabulasi dalam tabel distribusi frekuensi.
d)   Analisa Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan sutu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau kerangkan konsep penelitian yang ada.
G.  Penyajian Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.


DAFTAR PUSTAKA

Afriliana, 2006. 75 Masalah Gigi Anak dan Solusinya, Gramedia, Jakarta.

Be Kien Nio, 1995. Preventif Dentistry Untuk Sekolah Pengatur Rawat Gigi, Yayasan
Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung.

Boedihardjo, 1985, Pemeliharaan Kesahatan Gigi Keluarga. Hal 3.30.31, Air Langga
University Press Surabaya

Budiharto, 1998, Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan, Fakultas Kedokteran
Gigi, UI, Jakarta.

Depkes RI, 2007, Laporan Riset Kesehatan Dasar-laporan Nasional,

Fitriana, 2006, Perawatan Kesehatan Gigi Anak,

Herijulianti, dkk, 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta.

Houwink, 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gajah Mada University Press,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Sriyono, N.W, 2005, Pengantar Ilmu Kedookteran Gigi Pencegahan, Medika Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Suwelo I, S 1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor Etiologi. Hal 1-90
EGC. Jakarta.