IDENTITAS PUNK DI ACEH
Layaknya remaja di belahan bumi manapun, remaja aceh
pun memiliki kecenderungan mencari identitas diri. Mereka mulai mencoba-coba
hal-hal yang memberikan stimulasi baru tentang kehidupan mereka, memberika arti
tentang tingkah laku mereka yang mendapatkan dukungan sosial.
Punk di Aceh merupakan sebuah pergerakan yang masih
tidak terlalu terlihat. Mulanya komunitas punk muncul sebagai sebuah identitas
baru bagi remaja Aceh. Kemunculannya lebih dikarenakan oleh faktor pengaruh
lingkungan budaya Barat dan luar Aceh yang memberikan stereotipe baru bagi
remaja. Komunitas ini muncul pada tahun 90-an dengan anggota dari berbagai
jenjang usia untuk saat ini serta berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Namun demikian, kebanyakan yang terlihat di Aceh lebih kepada remaja. Kegiatan
remaja punk ini akan mudah ditemui di daerah taman Putroe Phang yang berlokasi
di pusat ibukota Banda Aceh. Setiap harinya mereka terlihat duduk di jembatan
di daerah tersebut. Kegiatan yang mereka lakukan salah satunya adalah membuat
konser musik yang beraliran punk-rock.
Remaja punk di Aceh lebih berorientasi pada anak-anak
remaja yang berumur belasan tahun yaitu pada remaja pada jenjang pendidikan SMP
dan SMA. Perilaku yang mereka tampakkan adalah cenderung tidak menampilkan gaya
mereka pada masyarakat luas terutama dalam hal kesehariannya atau dengan kata
lain masih ragu dalam menunjukkan identitas. Memiliki rasa curiga pada
orang-orang yang baru mereka kenali. Namun demikian, ketika dalam kegiatan atau
acara tertentu mereka akan berpenampilan layaknya anak punk lainnya, yaitu
rambut Mohawk, celana dan baju kulit atau hanya sekedar kaos oblong, memakai
rantai sebagai aksesoris, sepatu boot dan sebagainya.
Remaja punk di Aceh menyatakan diri mereka sebagai
orang-orang yang terbuka kepada orang lain dan mampu melakukan komunikasi yang
baik dengan orang lain. Namun demikian, selama proses pencarian data, saya
menemukan mereka banyak memberikan defence mechanism (mekanisme pertahanan
diri) kepada orang lain yang ada di sekitar mereka. Hal ini mungkin dikarenakan
mereka memiliki kecenderungan untuk mewaspadai orang-orang baru yang ada di
sekeliling mereka. Terlepas dari hal tersebut, kami melihat bahwa mereka
terlihat mampu melakukan komunikasi dengan baik dengan orang-orang lain yang
ada di sekitar mereka. Mereka masih mampu membangun kelekatan dengan
orang-orang lain yang tidak termasuk ke dalam kelompok mereka sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari, beberapa di antara mereka mampu melakukan sosialisasi dengan
kelompok masyarakat secara luas. Hal ini tergambarkan oleh beberapa dari mereka
ada yang masih bersekolah di SMA favorit.
Selain itu. Kegiatan konser musik yang digelar
merupakan konser musik yang terbuka untuk khalayak ramai. Konser ini terlihat lebih
untuk menampilkan karakter mereka dan mempertegas adanya remaja Punk di Aceh
sendiri.
Sama halnya dengan remaja punk yang ada di luar aceh, Gaya hidup tersebut berlandaskan pada ideologi kebebasan yang mereka anut. Namun bukan bebas dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi masih dalam batas tertentu menurut standar mereka yang dianggap tidak sampai merugikan orang lain. Gaya hidup yang diperlihatkan komunitas punk adalah sikap kebebasan, gaya hidup di jalanan, dengan segala pengaruhnya. Tidak terlihat orientasi ke depan. Semua hal dilakukan dan dijalani pada masa sekarang. Semua hal dibiarkan mengalir apa adanya. Begitu pula dalam memandang dan menyikapi hidup. Namun dalam semua hal terkait gaya hidup dan pandangan hidup komunitas punk di Aceh, banyak terjadi paradoks. Hal ini dapat dipahami sebagai bagian dari era post-modernisme.
Sama halnya dengan remaja punk yang ada di luar aceh, Gaya hidup tersebut berlandaskan pada ideologi kebebasan yang mereka anut. Namun bukan bebas dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi masih dalam batas tertentu menurut standar mereka yang dianggap tidak sampai merugikan orang lain. Gaya hidup yang diperlihatkan komunitas punk adalah sikap kebebasan, gaya hidup di jalanan, dengan segala pengaruhnya. Tidak terlihat orientasi ke depan. Semua hal dilakukan dan dijalani pada masa sekarang. Semua hal dibiarkan mengalir apa adanya. Begitu pula dalam memandang dan menyikapi hidup. Namun dalam semua hal terkait gaya hidup dan pandangan hidup komunitas punk di Aceh, banyak terjadi paradoks. Hal ini dapat dipahami sebagai bagian dari era post-modernisme.
Pengaruh keberadaan komunitas punk di Aceh juga
berdampak pula terhadap masyarakat sekitar. Komunitas punk, dengan segala image
negatif yang melekat padanya, dapat dijadikan contoh pengaruh budaya luar yang
tidak baik dan tidak cocok diterapkan di Aceh mengingat Aceh sebagai Serambi
Mekkah. Aceh dikenal sebagai daerah yang berlandaskan Islam menjadi kontradiksi
sendiri yang ada di dalam aplikasinya. Tak jarang, para remaja Punk ini sering
ditangkap oleh Wilayatul Hisbah, sebagai polisi syariat yang ada di Aceh.
Meskipun demikian, dibeberapa daerah Aceh lainnya juga
terdapat remaja punk. Bahkan di antara perkembangan remaja yang ada Aceh, ada
pula komunitas remaja Punk di daerah lain, misalnya Aceh Selatan. yang memiliki
perkembangan yang lebih baik dan memiliki orientasi yang lebih jelas
dibandingkan dengan remaja Punk yang ada di Banda Aceh. Remaja punk di aceh
selatan ini menunjukkan pergerakan yang lebih mentolerin nilai-nilai islam
terkaitan dengan norma-norma agama. Mereka memiliki penampilan yqang sama yaitu
berupa rambut yang tetap Mohawk namun tetap menjalani kehidupan sehari-hari
dengan masyarakat yang ada.
Selain itu, kami lebih melihat bahwa remaja punk di
Aceh merupakan identitas yang memberikan pilihan nyata bagi remaja. Terlepas
dari penilaian yang diberikan oleh masyarakat, kami melihat sendiri bahwa
mereka memiliki sikap-sikap positif tentang orang-orang lain yang ada di
sekitar mereka.
REMAJA PUNK DALAM TEORI PSIKOLOGI
REMAJA
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia
merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di
negara-negara barat,istilah remaja di kenal dengan “adolensence” (kata benda
adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam
perkembangan menjadi dewasa.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi dewasa tidak dapat ditetapkan secara tetap. Dalam masa perkembangan remaja adanya perubahan-perubahan lainnya yang mengikuti masa remaja terjadi berupa perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi dewasa tidak dapat ditetapkan secara tetap. Dalam masa perkembangan remaja adanya perubahan-perubahan lainnya yang mengikuti masa remaja terjadi berupa perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial.
Berkaitan dengan remaja punk, adanya teori Erikson
yang dapat menjelaskan keadaan remaja yaitu pada tahap ke-5, identity vs
identity confusion, yang terjadi selama masa remaja. Hal ini adalah karena
tahap tersebut merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan perkembangan
kepribadian masa dewasa. Pada tahap ini, anak dihadapkan dengan pencarian jati
diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan
bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di
tengah masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun yang
bersifat memperbaharui. Tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa
kanak-kanak ke dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan
sosial dan historis di pihak lain, maka anak akan mengalami krisis identitas. Bila krisis
ini tidak segera
diatasi, maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas,
yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbing. Dalam hal
ini, layaknya seorang remaja lainnya, remaja punk juga mengalami keadaan yang
di sampaiakn oleh Erikson, bahwa mereka juga memiliki keinginan untuk menemukan
identitas dirinya sendiri. Pencarian jati diri menjadi sebuah landasan yang
membuat para remaja memilih untuk menjadi anak punk, atau lain sebagainya.
Dalam hal ini, remaja yang memasuki kehidupan punk memiliki keinginan untuk
mendapatkan sebuah gambaran tentang dirinya yang sesuai dengan pengetahuan yang
telah ia dapatkan. Individu yang memiliki kekacauan identitas bukanlah petunjuk
kepada seseorang yang memilih pergaulan remaja Punk, hanya saja bagaimana
konteks yang dimiliki oleh remaja punk itu sendiri yang menjadi tolak ukurnya.
Apakah remaja punk tersebut membawa individu dalam kehidupan yang lebih
berkembang dalam masyarakat atau sebaliknya.
Selain itu, perkembangan kehidupan sosial remaja juga
di tandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan
mereka. Hartup (1982) misalnya mencatat bahwa pengaruh teman sebaya memberikan
fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja. Bahkan dalam
studi lain ditemukan bahwa hubungan teman sebya yang harmonis selama masa
remaja, dihubungkan dengan kesehatan mental yang positif pada usia setengah
baya. Namun demikian, sejumlah ahli teori lainnya menekankan penagruh negatif
dari teman sebaya terhadap perkembangan anak-anaak dan remaja. Bagi sebagian
remaja, ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya. Lebih dari itu, teman sebaya
dapat memperkenalkan remaja pada alkohol obat-obatan (narkoba), kenakalan, dan
berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif.
Punk sebagai remaja yang masih mencari identitas
tentunya juga tidak terlepas dari pengaruh teman-teman sebaya (peer). Seorang
remaja yang memilih untuk masuk ke dalam komunitas punk dapat saja dikarenakan
oleh pengaruh teman-temannya, keadaan teman-teman yang lebih memiliki kelekatan
yang lebih tinggi ketimbang kelekatan dengan orang tua tentunya menjadi faktor
mengapa seorang anak memilih untuk memasuki komunitas punk. Selain itu, hubungan
seorang anak dengan orang tuanya memberikan pengaruh yang kuat bagi
perkembanagn sosial remaja. Ketika remaja yang tidak memiliki kontrol yang baik
dari orang tuanya dan kelekatan yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang
buruk baik seorang remaja. ketika seorang anak menjadi seorang yang memasuki
komunitas punk dan menjadi remaja yang memiliki kekacauan identitas sehingga
menjadi individu yang memiliki kesehatan mental yang buruk.
Pengaruh teman sebaya dalam komunitas punk juga
memberikan pengaruh baik setiap individu yang menajdi anggota komunitas
tersebut. Jika orientasi yang dimiliki oleh para remaja punk tersebut bebas,
maka tak ayal kebebasan dalam bergaya hidup yang tidak sesuai dengan norma
masyarakat dan berdampak negatif menjadi sebuah simbol bagi remaja tersebut.
Oleh sebab itu, pengaruh teman sebaya tidaklah dapat dipisahkan dalam pemberian
nilai dalam komunitas punk itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar