Selasa, 26 Juni 2012

GAMBARAN PENYAKIT GINGIVITIS DI TINJAU DARI KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG KE RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang harus membenah diri agar setara dengan negara-negara lainnya. Berbagai upaya pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan bangsa, diantaranya adalah pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penting hidup sehat. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih baik. Pembangunan dibidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan kesehatan nasional. Artinya, dalam melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan, pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan; demikian juga sebaliknya (Suwelo, 1992).
Bila ingin melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh dilupakan kerangka yang lebih luas yaitu pembangunan dibidang kesehatan umumnya. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi; baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya kesehatan gigi masyarakat) maupun keadaan kesehatan gigi masyarakat (Suwelo, 1992).
Kebersihan gigi dan mulut masyarakat banyak terabaikan dikarenakan pola makan yang tidak dikontrol, dengan cara itu penyakit gigi dan mulut akan sering timbul (Depkes R.I, 1990). Salah satu penyakit gigi yang banyak melanda masyarakat sekarang ini adalah gingivitis. Masalah awal pada penyakit ini bermula dengan pendarahan, kemerahan, bengkak dan pedih pada gusi. Usaha untuk mengatasi masalah gingivitis ini akan terus berlanjut. Penyakit gusi merupakan akibat peradangan gusi, biasanya disebabkan oleh plak dan tampak plak penyakit gusi jarang terjadi. Ini berarti penyakit gusi dapat disembuhkan bila setiap orang rajin membersihkan plak dari gigi-giginya (Besford, 1996).
Gingivitis adalah peradangan pada gusi dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari pada normal, gusi membengkak, dan berdarah pada tekanan ringan. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit hanya keluhan gusi berdarah bila sikat gigi (Situmorang, 2005).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan Nasional tahun 2010, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah penderita 42,8 % penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut yang masih terjadi di masyarakat saat ini, dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan mulut yang jelek.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada bulan Januari – Desember tahun 2010 jumlah kunjungan pasien  sebanyak 7984 dan jumlah penyakit gingivitis sebanyak 587 kasus. Dan dari data 3 bulan terakhir yaitu dari bulan Januari sampai Maret tahun 2011, tercatat jumlah kunjungan pasien sebanyak 1974 orang dan yang mengalami penyakit gingivitis sebanyak 142 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah Bagaimana gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
2.      Tujuan Khusus
a)      Mengetahui gambaran penyakit gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
b)      Mengetahui gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
D.    Manfaat Penelitian
1)      Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam bidang ilmu kesehatan gigi dan mulut.
2)      Dapat memberikan informasi tentang gambaran penyakit gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
3)      Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan gigi dan mulut, khususnya mengenai penyakit radang gusi.
4)      Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Gingiva (gusi)
1.      Pengertian Gingiva (gusi)
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium, dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi geligi, gingiva juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Manson,1993).
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali dipakai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2.      Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Gambaran gingiva normal terdiri dari :
a)      Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink). Hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar muccosa tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b)     Besar Gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal.
c)      Kontur Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip
d)     Kosistensi
Gingiva melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
e)      Teksture
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini di sebut stipiling. Stipiling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan (Herijulianti, 2009).

B.     Gingivitis
1.      Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah akibat proses peradangan gusi. Biasanya disebabkan oleh plak, dan tanpa plak penyakit gusi tidak dapat terjadi. Ini berarti, dapat disembuhkan bilang rajin membersihkan semua plak dari gigi-giginya (Besford, 1996).
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi, atau gingivitis adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan atau radang pada gusi (gingiva).

2.      Macam-Macam Gingivitis
Gingivitis terdiri dari 5 macam yaitu :
a.       Gingivitis Marginalis adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang merupakan stadium awal dari penyakit periodontal (Rosad, 2008).
b.      Gingivitis Pubertas adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usia pubertas, yang ditandai dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah sampai kebiru-biruan, konsistensi gingiva berubah menjadi lunak atau oedematous, licin dan berkilat dan permukaan gingiva, terutama papila interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.
c.       Gingivitis Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva interdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
d.      Scorbutic Gingivitis adalah merupakan gingivitis yang terjadi karena defisiensi vitamin C, ditandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang atau merah menyala.
e.       Anug (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis) merupakan satu-satunya gingivitis yang akut, terjadi sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi pada masa pergantian gigi di mana anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama lain dari Anug adalah Vincent’s Gingivitis atau Trench Mouth (Daliemunthe, 2008).

3.      Proses Terjadinya Gingivitis
Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dimulai dari :
a.      Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika di sikat (karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b.      Tahap Kedua
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. plak pada gigi dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit.

c.       Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit.
d.      Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plak yang baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu periodontitis.

4.      Faktor-Faktor Penyebab Gingivitis
Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan keberadaannya, faktor-faktor tersebut dapat di klasifikasikan atas :
1.      Faktor Etiologi
a.       Plak dental/plak bakteri  adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
b.      Kalkulus dental adalah massa terkalsifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi. Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingiva, kalkulus dental dapat dibedakan atas kalkulus suprangingiva dan subgingiva.
c.       Material alba  adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah di bandingkan plak dental.
d.      Stein dental adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi.
e.       Debris/sisa makanan (Daliemunthe, 2008).
2.      Faktor Etiologi Sistemik
Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan misalnya :
a.       Genetik.
b.      Nutrisional.
c.       Hormonal misalnya : kehamilan dan diabetes.
d.      Hematologi/penyakit darah misalnya : anemia dan leukemia.
e.       Obat-obatan misalnya : dilantin, fenitoin, dan DPH (Mason, 1993).

5.      Cara Menentukan Gingivitis
Indeks yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness ini digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada empat sisi gigi geligi yang diperiksa : papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular, dan tepi gingiva oral (Daliemunthe, 2008).
Kriteria untuk penentuan skor sebagai berikut :

No
Kriteria
Nilai
1.
Gingiva sehat
0
2.
Inflamasi ringan pada gingiva yang di tandai dengan perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi tidak terjadi pendarahan
1
3.
Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan
2
4.
Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, oedematous, terjadi ulserasi, gingiva cenderung berdarah spontan.
3
Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang dipriksa). Jumlah skor semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva untuk individu.
Gingiva indeks
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks Gingiva dengan kriteria sebagai berikut :
Skor indek gingival
Kondisi
Gingiva
0,1 – 1,0
Gingivitis
Ringan
1,1 – 2,0
Gingivitis
Sedang
2,1 – 3,0
Gingivitis
Parah


6.      Tanda-Tanda Gingivitis
Menurut Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu :
1.      Saat menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2.      Saat meludah, ada darah didalam air liur.
3.      Gusi bisa dipisahkan dari gigi menggunakan sikat gigi.
4.      Warna gusi mengkilat dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5.      Tidak selalu disertai rasa sakit.
6.      Terdapat akumulasi disekitar karang gigi.

7.      Akibat Lanjut Dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi yang baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus. Hal ini di sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya (Besford, 1996).

8.      Penanggulangan Gingivitis
Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu  upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
1.      Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah  sebagai berikut:
a.       Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b.      Memberikan informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c.       Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason, 1993)
2.      Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
a.       Menjaga oral hygiene.
b.      sikat gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
c.       Dental floss atau benang gigi meruapakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan disela-sela gigi. Tapi teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih mencegah penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
d.        Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
3.      Upaya Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a.       Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi). Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi 2 yaitu supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari gigi-gigi anterior rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna hitam.
b.      Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila pocket sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan kuretase.
c.       Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
d.      Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga dibantu dengan analgetik - anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
e.       Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi.
Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol plak. Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.
 
C.    Kebersihan Gigi Dan Mulut
1.      Pengertian Kebersihan Gigi Dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut bebas dari plak dan karang gigi. Kebersihan gigi yang baik akan membuat jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit. Oleh karena itu, kebersihan gigi harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik (Beodihardjo, 1985).
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut terbebas dari plak dan calculus (Depkes R.I, 1995)
2.      Cara Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut
Menurut Herijulianti (2002), untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang dilihat adalah adanya debris (plak) dan calculus (karang gigi) pada permukaan gigi. Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a.       Gigi M1 kanan atas pada permukaan bucal.
b.      Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.
c.       Gigi M1 kiri atas pada permukaan bucal.
Untuk rahang bawah yang diperikasa :
a.       Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
b.      Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
c.       Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu :
1.      Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang ata /rahang bawah.
2.      Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
3.      Bila gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
4.      Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri rahang atas.
5.      Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6.      Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan rahang bawah.
7.      Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a.      Debris indeks
Debris adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu dilakukan pemeriksaan debris.
Kriteria debris :
No
Kriteria
Nilai
1.
Pada permukaan gigi tidak ada debris / pewarnaan extrintik
0
2.
Pada permukaan gigi terlihat debris yang lunak yang menutupi gigi seluas 1/3 permukaan / lebih 1/3 permukaan
1
3.
Pada permukaan gigi tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan extrinsik yang menutupi sebagian / seluruh permukaan gigi
1
4.
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak yang menutupi permukaan gigi lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
2
5.
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak menutupi permukan gigi seluas 2/3 sampai seluruh permukaan gigi
3

Cara menghitung debris indeks :
Debris indek
Skor debris indeks : Baik            : 0 – 0,6
Sedang        : 0,7 – 1,8
Buruk          : 1,9 – 3,0
b.      Calculus Indeks
Calculus adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu pemeriksaan calkulus.
Kriteria calkulus :
No
Kriteria
Nilai
1.
Pada permukaan gigi tidak ada karang gigi
0
2.
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi gigi lebih 1/3 permukaan gigi
1
3.
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
2
4.
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi sebagian daerah servikal gigi
2
5.
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan / seluruh permukaan gigi
3
6.
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi dan melingkari seluruh permukaan gigi
3

Cara menghitung calkulus indeks :
Calkulus indeks
Skor calculus indeks : Baik        : 0 – 0,6
Sedang   : 0,7 – 1,8
Buruk     : 1,9 – 3,0
c.       OHIS
OHIS adalah oral hygiene - simlified merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan calkulus.
Cara menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus indeks
Skor OHIS : Baik          : 0 – 1,2
Sedang      : 1,3 – 3,0
Buruk        : 3,1 – 6,0



BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A.    Kerangka Konsep
Penyakit radang gusi dipicu oleh bertumpuknya bakteri di mulut akibat terabaikannya kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut, yang akan menyebabkan radang gusi yang disebut gingivitis. Gusi akan berwarna kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, (Kuntari, 2009). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
Kebersihan gigi dan mulut dan Gingivitis

B.     Variabel Penelitian
1.      Kebersihan gigi dan mulut
2.      Gingivitis
C.    Defenisi Operasional
No
Variable
Defenisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Skala ukur
Hasil ukur
1.
Kebersihan gigi dan mulut
Terbebasnya gigi dan mulut dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut.

Pemeriksaan
KSP
Alat diagnosa set
OHIS
Ordinal
Baik :
( 0 – 1,2 )
Sedang :
( 1,3 – 3,0 )
Buruk :
( 3,1 – 6,0 )

(Herijulianti, 2001)
2.
Gingivitis
Peradangan pada gusi yang ditandai dengan pembengkakan pada gusi.
Pemeriksaan
Alat diagnosa set
Indeks gingiva
Ordinal
Ringan :
(0,1 – 1,0)
Sedang :
(1,1 – 2,0)
Parah :
(2,1 – 3,0)

(Saidina, 2008)



BAB IV
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mengetahui gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
B.     Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, tanggal 17 s/d 24 Juni 2011.
C.    Populasi Dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jumlah pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh, dengan jumlah  rata-rata kunjungan perhari 22 orang.
2.      Sampel
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik accidental sampling. pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
D.    Instrument Penelitian
Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan diantaranya : kartu status pasien (KSP), alat diagnosa set, dan indeks gingiva.
E.     Cara Pengumpulan Data
1.      Data Primer
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan langsung pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, untuk data gingivitis  dan kebersihan gigi dan mulut.
2.      Data Sekunder
Data ini diperoleh dari data bulanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
F.     Cara Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
1.      Editing
Editing yang dimaksud adalah untuk memperoleh data yang didapat dan diolah dengan baik sehingga menghasilkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa atau mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data.
2.      Coding
Pada langkah ini data yang telah didapat dari hasil penelitian ini dikumpulkan dan diberikan kode tertentu.
3.      Tabulasi
Data yang didapat dari laporan bulanan dan kartu registrasi pasien, dimasukkan kedalam tabel, kemudian di olah dan disajikan dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kerangka yang ada.
G.    Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dengan cara deskriptif, dengan menghitung distribusi frekuensi persentase (%) untuk mengetahui gambaran tentang situasi tertentu kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.



BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 24 Juni 2011 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Jumlah pasien yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut :
1.      Frekuensi Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase %
1.
Laki-laki
11
36,67%
2.
Perempuan
19
63,3 %

Jumlah
30
100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan yang menderita penyakit gingivitis lebih tinggi dibandingkan laki-laki, perempuan sebanyak 19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%).
2.      Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan Mulut
Distribusi frekuensi kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
Kebersihan gigi dan mulut
frekuensi
Persentase %
1.
Baik ( 0 – 1,2 )
4
13,3 %
2.
Sedang ( 1,3 – 3,0 )
14
46,7 %
3.
Buruk ( 3,1 – 6,0 )
12
40 %

Jumlah
30
100 %

Berdasarkan tabel di atas terlihat dari 30 pasien yang diperiksa sebagian besar mempunyai kebersihan gigi dan mulut dengan katagori sedang sebanyak 14 orang (46,7%).
3.      Distribusi Frekuensi Gingivitis
Distribusi frekuensi gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Gingivitis Pada Pasien Yang
Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
Gingivitis
Frekuensi
Persentase %
1.
Ringan (0,1 – 1,0)
14
46,7 %
2.
Sedang (1,1 – 2,0)
10
33,3 %
3.
Parah (2,1 – 3,0)
6
20 %

Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari 30 pasien yang diperiksa sebagian besar yang mempunyai penyakit gingivitis dengan katagori ringan sebanyak 14 orang (46,7%).
4.      Tabel Rata-Rata Penyakit Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Tabel Rata-Rata Penyakit Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
Variabel
Rata-rata
Katagori
1.
Gingivitis
1,36
Sedang
2.
Kebersihan gigi dan mulut
2,43
Sedang

Berdasarkan tabel di atas penyakit gingivitis dengan rata-rata 1,36 dengan katagori sedang. Dan kebersihan gigi dan mulut rata-rata 2,43 dengan katagori sedang.
5.      Distribusi Frekuensi Tabel Silang Berdasarkan Penyakit Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut
Distribusi frekuensi berdasarkan tabel silang pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Tabel Silang Berdasarkan Penyakit Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
Penyakit gingivitis
Kebersihan gigi dan mulut
Frekuensi
%
Baik
Sedang
Buruk
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Ringan
4
28,5 %
10
71,5 %
0
0 %
14
100 %
2
Sedang
0
0 %
4
40 %
6
60 %
10
100 %
3
Parah
0
0 %
0
0 %
6
100 %
6
100 %
Sumber : Data primer 2011.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 30 pasien yang diperiksa yang mengalami penyakit gingivitis ringan sebanyak 14 orang (46,7%) dengan kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 4 orang (28,5%), sedang sebanyak 10 orang (71,5%), dan buruk 0%. Dan penyakit gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%) dengan katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang sebanyak 4 oarang (40%), dan buruk sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan untuk penyakit gingivitis parah dengan katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang 0%, dan buruk sebanyak 6 orang (100%).

B. Pembahasan
Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa dari 30 orang pasien yang diperiksa, yang menderita penyakit gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, yang paling banyak diderita yaitu dengan kriteria ringan 14 orang (46,7%), disusul gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%). Dan untuk kebersihan gigi dan mulut yang paling tinggi adalah denagn katagori sedang sebanyak 14 orang (46,7%) dan buruk sebanyak 12 orang (40%), dengan rata-rata penyakit gingivitis dan kebersihan gigi dan mulut sedang. Menurut penulis ini disebabkan karena pasien tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga plak/sisa makanan yang menempel dipermukaan gigi lama-kelamaan mengeras sehingga terbentuk calculus dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang ditandai pembengkakan pada gusi. Pada umumnya penyakit gingivitis merupakan akibat dari keadaan kebersihan mulut yang buruk (Houwink, 1993). Dan penyebab lain terjadinya gingivitis adalah adanya plak dan calculus. Plak yang menumpuk pada permukaan gigi lama-kelamaan akan menjadi calculus, dan calculus kemudian akan mengiritasi gusi yang mengakibatkan terjadinya gingivitis (Daliemunthe, 2008).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis berasumsi bahwa penyebab terjadinya gingivitis pada pasien dalam penelitian ini adalah kurangnya menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut sehingga calculus mudah berkembangbiak dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Penulis berpendapat bahwa diperlukan upaya-upaya dari petugas kesehatan untuk membangkitkan motivasi dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan program kesehatan gigi langsung pada masyarakat, dengan adanya upaya tersebut sebagian orang tidak begitu menimbulkan keluhan pada giginya. Sebagian orang tidak menyadari kalau tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan penyebab terjadinya penyakit gusi terutama penyakit gingivitis yang apa bila akan dibiarkan akan menimbulkan penyakit lain (Jurnal PDGI, 1994).


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pasien yang mengalami penyakit gingivitis di Rumah Sakit Ibu dan anak tahun 2011, perempuan sebanyak 19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%), dengan rata-rata mengalami penyakit sedang.
2.      Untuk status kebersihan gigi dan mulut dengan katagori baik sebanyak 4 orang (13,3%), sedang sebanyak 14 orang (46,7%), dan  buruk sebanyak 12 orang  (40%).
3.      Pasien yang mengalami penyakit gingivitis ringan sebanyak 14 orang (46,7%) dengan kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 4 orang (28,5%), sedang sebanyak 10 orang (71,5%), dan buruk 0%. Dan penyakit gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%) dengan katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang sebanyak 4 oarang (40%), dan buruk sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan untuk penyakit gingivitis parah dengan katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang 0%, dan buruk sebanyak 6 orang (100%).
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan sebagai berikut :
1.      Disarankan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi tiga kali sehari terutama sesudah makan dan sebelum tidur, agar terhindar dari terbentuknya plak yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gingivitis. Dan banyak mengkonsumsi makanan yang berserat, memeriksa kesehatan gigi dan mulut secara teratur ke rumah sakit atau puskesmas selama enam bulan sekali.
2.      Diharapkan pada petugas rumah sakit atau puskesmas khususnya pada perawat gigi, agar dapat mengadakan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan dapat memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat. Dan dapat melatih kader-kader dari masyarakat baik dari posyandu maupun UKGS, agar dapat membantu tenaga kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat.
3.      Diharapkan pada Dinas Kesehatan agar dapat meningkatkan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang masih sangat perlu untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.



DAFTAR PUSTAKA

Besford, John, 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk Bagi Orang Tua Edisi 2, Jakarta. hal : 127 – 130

Boedihardjo, 1995. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Erlangga, University Press, Surabaya, hal : 32

Daliemunthe, Hamzah Saidina, 2008. Periodonsia, Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan. hal :        50 – 51, 105, 118, 124- 125, 158 – 160, dan 173.

Depkes R.I, 1996. Pedoman Pelaksanaan UKGS. Jakarta. hal : 16 – 30

Herijulianti, 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta. Hal : 25 dan 30 – 32.

 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta. Hal : 100 – 101

Houwink, Noise, et al, 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kanal, 2009. Pencegahan Penyakit Periodontal, Jakarta.

Kuntari, Rien, 2009. Jangan Remehkan Radang gusi Dan Sariawan.
www.google.co.id http;//.pdgi-online.com

Manson, 1996. Buku Ajar Periodonti Edisi 2, Jakarta. hal : 1, 67 – 75, dan 107.

Rosad, 2009. Gingivitis, Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut, jakarta.  
              
Suwelo, 1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi. hal : 1. Jakarta.

Situmorang, N, 2005. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap USU.hal : 4     http://library.usu.ac.id/download/ebook/Nurmala%20Situmorang.pdf,           diakses pada tanggal 22 februari 2010 pukul 21:03


0 komentar:

Posting Komentar