BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang harus membenah diri agar setara
dengan negara-negara lainnya. Berbagai upaya pemerintah untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan bangsa, diantaranya adalah pembangunan
kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penting
hidup sehat. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan menjadi lebih baik. Pembangunan dibidang kesehatan gigi
adalah bagian integral pembangunan
kesehatan nasional. Artinya, dalam melaksanakan
pembangunan dibidang kesehatan, pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh
ditinggalkan; demikian
juga sebaliknya (Suwelo, 1992).
Bila
ingin melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh dilupakan
kerangka yang lebih luas yaitu pembangunan dibidang kesehatan umumnya. Upaya kesehatan gigi
perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan
penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut
saling berhubungan dan saling mempengaruhi;
baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya kesehatan gigi
masyarakat) maupun keadaan kesehatan gigi masyarakat (Suwelo, 1992).
Kebersihan
gigi dan mulut masyarakat banyak terabaikan dikarenakan pola makan yang tidak
dikontrol, dengan cara itu penyakit gigi dan mulut akan sering timbul (Depkes R.I, 1990). Salah satu penyakit
gigi yang banyak melanda masyarakat sekarang ini adalah gingivitis. Masalah
awal pada penyakit ini bermula dengan pendarahan, kemerahan, bengkak dan pedih
pada gusi. Usaha untuk mengatasi masalah gingivitis ini akan terus berlanjut. Penyakit gusi merupakan
akibat peradangan gusi, biasanya disebabkan oleh plak dan tampak plak penyakit
gusi jarang terjadi. Ini berarti penyakit gusi dapat disembuhkan bila setiap
orang rajin membersihkan plak dari gigi-giginya (Besford, 1996).
Gingivitis
adalah peradangan pada gusi dengan tanda-tanda
klinis perubahan warna lebih merah dari pada normal, gusi membengkak, dan
berdarah pada tekanan ringan. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit hanya
keluhan gusi berdarah bila sikat gigi (Situmorang, 2005).
Berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan Nasional tahun 2010, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah
penderita 42,8
% penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka penyakit
gigi dan mulut yang masih
terjadi di masyarakat saat ini, dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan
mulut yang jelek.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan
Anak Banda Aceh pada bulan Januari – Desember tahun 2010 jumlah kunjungan
pasien sebanyak 7984 dan jumlah penyakit
gingivitis sebanyak 587 kasus. Dan dari data 3 bulan terakhir yaitu dari bulan
Januari sampai Maret tahun 2011, tercatat jumlah kunjungan pasien sebanyak 1974
orang dan yang mengalami penyakit gingivitis sebanyak 142 orang.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
gambaran penyakit gingivitis ditinjau
dari kebersihan gigi dan mulut pada
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit
Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah Bagaimana
gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut pada
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Mengetahui
gambaran penyakit gingivitis
ditinjau dari kebersihan gigi dan mulut
pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit
Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
2.
Tujuan
Khusus
a) Mengetahui
gambaran penyakit gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh tahun 2011.
b) Mengetahui
gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
D.
Manfaat
Penelitian
1) Menambah pengetahuan,
wawasan dan pengalaman dalam bidang ilmu kesehatan gigi dan mulut.
2) Dapat
memberikan informasi tentang gambaran penyakit gingivitis pada pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh tahun 2011.
3) Sebagai
bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan gigi dan mulut,
khususnya mengenai penyakit radang gusi.
4) Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bacaan dan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Gingiva
(gusi)
1.
Pengertian
Gingiva (gusi)
Gingiva
adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir
(ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium,
dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi
jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi geligi, gingiva juga ada
dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Manson,1993).
Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali
dipakai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga
dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2.
Gambaran
Klinis Gingiva Normal
Gambaran
klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang
terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Gambaran gingiva normal
terdiri dari :
a)
Warna
Gingiva
Warna gingiva normal
umumnya berwarna merah jambu (corak pink).
Hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin
epitelium serta sel-sel
pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu
yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada
alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar muccosa tidak
mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b)
Besar
Gingiva
Besar gingiva
ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan
besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit
periodontal.
c)
Kontur
Gingiva
Kontur dan besar
gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi
geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi
embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi
bagian interdental, sehingga tampak lancip
d)
Kosistensi
Gingiva
melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa
sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
e)
Teksture
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit
jeruk. Bintik-
bintik ini di sebut stipiling. Stipiling
akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan (Herijulianti, 2009).
B.
Gingivitis
1.
Pengertian
Gingivitis
Gingivitis
adalah akibat proses peradangan gusi. Biasanya disebabkan oleh plak, dan tanpa
plak penyakit gusi tidak dapat terjadi. Ini berarti, dapat disembuhkan bilang
rajin membersihkan semua plak dari gigi-giginya
(Besford, 1996).
Gingivitis
adalah peradangan pada gusi yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna
pada gusi, atau gingivitis adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan
atau radang pada gusi (gingiva).
2. Macam-Macam Gingivitis
Gingivitis
terdiri dari 5 macam yaitu :
a.
Gingivitis Marginalis
adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang merupakan stadium awal dari
penyakit periodontal (Rosad, 2008).
b. Gingivitis Pubertas
adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usia pubertas, yang ditandai dengan
gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah sampai kebiru-biruan, konsistensi
gingiva berubah menjadi lunak atau oedematous, licin dan berkilat dan permukaan
gingiva, terutama papila interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.
c. Gingivitis
Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya
ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi
mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna
menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan
dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva interdental adalah lunak dan getas
(mudah tercabik).
d. Scorbutic
Gingivitis adalah merupakan gingivitis yang terjadi karena defisiensi vitamin
C, ditandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang atau merah
menyala.
e. Anug
(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis) merupakan satu-satunya gingivitis yang
akut, terjadi sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi pada masa
pergantian gigi di mana anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama lain dari Anug
adalah Vincent’s Gingivitis atau Trench Mouth (Daliemunthe,
2008).
3.
Proses
Terjadinya Gingivitis
Menurut John Besford (1996), proses terjadinya
gingivitis dimulai dari :
a.
Tahap
Pertama
Plak yang terdapat pada
gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu),
sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti
kulit jeruk), mudah berdarah ketika di sikat (karena adanya luka kecil pada
poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b.
Tahap
Kedua
Setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. plak pada gigi
dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi
membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat
perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang
rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika
disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
c.
Tahap
Ketiga
Setelah
beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga.
Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin
turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam
(lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, dan
gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak
ada rasa sakit.
d.
Tahap
Terakhir
Tahap-tahap ini
biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi terkadang dapat lebih
awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plak yang baik dan
perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang kebanyakan tulang
disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat
goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang
dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu
periodontitis.
4.
Faktor-Faktor
Penyebab Gingivitis
Faktor-faktor etiologi
penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan
keberadaannya, faktor-faktor tersebut dapat
di klasifikasikan atas :
1.
Faktor
Etiologi
a. Plak dental/plak
bakteri adalah deposit lunak yang
membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya
di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
b. Kalkulus
dental adalah massa terkalsifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli maupun
gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami
mineralisasi. Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingiva,
kalkulus dental dapat dibedakan atas kalkulus suprangingiva dan subgingiva.
c. Material
alba adalah deposit lunak, bersifat
melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan,
dan daya melekatnya lebih rendah di bandingkan plak dental.
d. Stein
dental adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi.
e. Debris/sisa
makanan (Daliemunthe, 2008).
2.
Faktor
Etiologi Sistemik
Faktor-faktor
sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan misalnya :
a. Genetik.
b. Nutrisional.
c. Hormonal
misalnya : kehamilan dan diabetes.
d. Hematologi/penyakit
darah misalnya : anemia dan leukemia.
e. Obat-obatan
misalnya : dilantin, fenitoin, dan DPH (Mason, 1993).
5.
Cara Menentukan Gingivitis
Indeks
yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness ini digunakan untuk
menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada empat sisi gigi
geligi yang diperiksa : papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila
mesiovestibular, dan tepi gingiva oral (Daliemunthe, 2008).
Kriteria untuk penentuan skor sebagai
berikut :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Gingiva
sehat
|
0
|
2.
|
Inflamasi
ringan pada gingiva yang di tandai dengan perubahan warna, sedikit oedema,
pada palpasi tidak terjadi pendarahan
|
1
|
3.
|
Inflamasi
gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema dan berkilat, pada palpasi
terjadi pendarahan
|
2
|
4.
|
Inflamasi
gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, oedematous, terjadi ulserasi,
gingiva cenderung berdarah spontan.
|
3
|
Skor
setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa,
lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang dipriksa). Jumlah skor semua gigi
yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor
indeks gingiva untuk individu.
Gingiva indeks
Keparahan
inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks Gingiva
dengan kriteria sebagai berikut :
Skor indek gingival
|
Kondisi
|
Gingiva
|
0,1 – 1,0
|
Gingivitis
|
Ringan
|
1,1 – 2,0
|
Gingivitis
|
Sedang
|
2,1 – 3,0
|
Gingivitis
|
Parah
|
6.
Tanda-Tanda
Gingivitis
Menurut
Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu
:
1. Saat
menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2. Saat
meludah, ada darah didalam air liur.
3. Gusi
bisa dipisahkan dari gigi menggunakan sikat gigi.
4. Warna
gusi mengkilat dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5. Tidak
selalu disertai rasa sakit.
6. Terdapat
akumulasi disekitar karang gigi.
7.
Akibat
Lanjut Dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan
plak dan perawatan gusi yang baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan
mengendap pada lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras
menjadi kalkulus. Hal ini di sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak
kuman, permukaan yang kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium
di bawahnya (Besford, 1996).
8.
Penanggulangan
Gingivitis
Menurut Kanal (2009), dalam upaya
penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu
:
1.
Upaya
Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis
adalah sebagai berikut:
a. Dokter
gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b. Memberikan
informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c. Mendidik
pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason,
1993)
2.
Upaya
Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam
penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
a. Menjaga
oral hygiene.
b.
sikat gigi merupakan
salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah dilakukan
setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang
tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi
dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal
umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun
dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi,
penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
c. Dental floss atau benang gigi meruapakan cara yang akhir-akhir ini mulai
banyak diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan disela-sela gigi.
Tapi teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih
mencegah penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat
radang.
d.
Kontrol ke dokter gigi
secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah
ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada
gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit
periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke dokter gigi setiap 3
bulan sekali.
3.
Upaya
Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam
penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a. Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus
(karang gigi). Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi
sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi
2 yaitu supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi
pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari
gigi-gigi anterior rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna
hitam.
b. Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi
banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila
pocket sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah
tindakan kuretase.
c.
Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai
kumur-kumur. Yang dijual bebas
umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine), sedangkan
yang perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk
Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat.
Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %.
Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan
proses peradangan pada jaringan periodontal.
d.
Antibiotik digunakan
apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis,
maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang digunakan pada
penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering
menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit
periodontal, terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan keterlibatan
kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan
antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan
aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena
efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal
seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga dibantu
dengan analgetik - anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
e.
Kemudian di bantu
konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan
kesehatan gusi.
Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang
berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol
plak. Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi
secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.
C.
Kebersihan
Gigi Dan Mulut
1.
Pengertian
Kebersihan Gigi Dan Mulut
Kebersihan gigi dan
mulut adalah keadaan dimana mulut bebas dari plak dan karang gigi. Kebersihan
gigi yang baik akan membuat jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian lain dari
tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit. Oleh karena
itu, kebersihan gigi harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik
(Beodihardjo, 1985).
Kebersihan
gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut terbebas dari plak dan calculus (Depkes R.I, 1995)
2.
Cara
Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut
Menurut Herijulianti (2002), untuk
menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang dilihat adalah adanya debris (plak)
dan calculus (karang gigi) pada
permukaan gigi. Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu
dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang
atas yang diperiksa :
a. Gigi
M1 kanan atas pada permukaan bucal.
b. Gigi
I1 kanan atas pada permukaan labial.
c. Gigi
M1 kiri atas pada permukaan bucal.
Untuk
rahang bawah yang diperikasa :
a. Gigi
M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
b. Gigi
I1 kiri bawah pada permukaan labial.
c. Gigi M1 kanan bawah
pada permukaan lingual.
Bila ada kasus salah satu dari
gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal akar), penilaian dilakukan
pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu :
1. Bila
gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M2 rahang ata /rahang bawah.
2. Bila
gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
3. Bila
gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan
penilaian.
4. Bila
gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri
rahang atas.
5. Bila
gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6. Bila
gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan
rahang bawah.
7. Bila
gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a.
Debris
indeks
Debris
adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu dilakukan
pemeriksaan debris.
Kriteria debris
:
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada
permukaan gigi tidak ada debris / pewarnaan extrintik
|
0
|
2.
|
Pada
permukaan gigi terlihat debris yang lunak yang menutupi gigi seluas 1/3
permukaan / lebih 1/3 permukaan
|
1
|
3.
|
Pada
permukaan gigi tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan extrinsik yang
menutupi sebagian / seluruh permukaan gigi
|
1
|
4.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak yang menutupi permukaan gigi
lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
|
2
|
5.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak menutupi permukan gigi seluas
2/3 sampai seluruh permukaan gigi
|
3
|
Cara menghitung
debris indeks :
Debris indek
Skor debris indeks :
Baik : 0 – 0,6
Sedang : 0,7 – 1,8
Buruk : 1,9 – 3,0
b.
Calculus Indeks
Calculus adalah angka yang
menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu pemeriksaan calkulus.
Kriteria
calkulus :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada
permukaan gigi tidak ada karang gigi
|
0
|
2.
|
Pada
permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi gigi lebih 1/3 permukaan
gigi
|
1
|
3.
|
Pada permukaan gigi
terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang
dari 2/3 permukaan gigi
|
2
|
4.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi sebagian
daerah servikal gigi
|
2
|
5.
|
Pada
permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari
2/3 permukaan / seluruh permukaan gigi
|
3
|
6.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi dan
melingkari seluruh permukaan gigi
|
3
|
Cara menghitung
calkulus indeks :
Calkulus indeks
Skor calculus indeks : Baik : 0 – 0,6
Sedang : 0,7 – 1,8
Buruk : 1,9 – 3,0
c.
OHIS
OHIS
adalah oral hygiene - simlified merupakan
hasil penjumlahan debris indeks dan calkulus.
Cara
menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus
indeks
Skor
OHIS : Baik : 0 – 1,2
Sedang
: 1,3 – 3,0
Buruk
: 3,1 – 6,0
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penyakit
radang gusi dipicu oleh bertumpuknya
bakteri di mulut akibat terabaikannya kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut,
yang akan menyebabkan radang gusi yang disebut gingivitis. Gusi akan berwarna
kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, (Kuntari, 2009). Dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah :
Kebersihan gigi dan mulut dan Gingivitis
|
B.
Variabel
Penelitian
1.
Kebersihan gigi dan
mulut
2.
Gingivitis
C.
Defenisi
Operasional
No
|
Variable
|
Defenisi
operasional
|
Cara
ukur
|
Alat
ukur
|
Skala
ukur
|
Hasil
ukur
|
1.
|
Kebersihan
gigi dan mulut
|
Terbebasnya gigi dan
mulut dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi
dan mulut.
|
Pemeriksaan
|
KSP
Alat
diagnosa set
OHIS
|
Ordinal
|
Baik
:
(
0 – 1,2 )
Sedang
:
(
1,3 – 3,0 )
Buruk
:
(
3,1 – 6,0 )
(Herijulianti, 2001)
|
2.
|
Gingivitis
|
Peradangan pada gusi
yang ditandai dengan pembengkakan pada gusi.
|
Pemeriksaan
|
Alat
diagnosa set
Indeks
gingiva
|
Ordinal
|
Ringan
:
(0,1 – 1,0)
Sedang
:
(1,1 – 2,0)
Parah
:
(2,1 – 3,0)
(Saidina, 2008)
|
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini bersifat deskriptif, yaitu mengetahui gambaran penyakit gingivitis ditinjau
dari kebersihan gigi dan mulut yang
berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh tahun 2011.
B. Tempat Dan Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak
Banda Aceh tahun 2011, tanggal
17 s/d 24 Juni
2011.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua jumlah
pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh,
dengan jumlah rata-rata kunjungan
perhari 22 orang.
2. Sampel
Dalam
pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik accidental sampling. pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil
kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
D.
Instrument
Penelitian
Untuk
melakukan penelitian, penulis menggunakan diantaranya : kartu status pasien
(KSP), alat diagnosa set, dan indeks
gingiva.
E.
Cara
Pengumpulan Data
1.
Data
Primer
Data
ini diperoleh melalui pemeriksaan langsung pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, untuk data
gingivitis dan kebersihan gigi
dan mulut.
2.
Data
Sekunder
Data
ini diperoleh dari data bulanan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
F.
Cara
Pengolahan Data
Proses
pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
1.
Editing
Editing
yang dimaksud adalah untuk memperoleh data yang didapat dan diolah dengan baik
sehingga menghasilkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah
memeriksa atau mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan
data.
2.
Coding
Pada
langkah ini data yang telah didapat dari hasil penelitian ini dikumpulkan dan
diberikan kode tertentu.
3.
Tabulasi
Data yang didapat dari
laporan bulanan dan kartu registrasi pasien, dimasukkan kedalam tabel, kemudian
di olah
dan disajikan dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kerangka
yang ada.
G.
Analisa
Data
Data
yang telah dikumpulkan dengan cara deskriptif, dengan menghitung distribusi
frekuensi persentase (%) untuk mengetahui gambaran tentang situasi tertentu
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
BAB V
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 24 Juni
2011 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Jumlah pasien yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, berdasarkan pengolahan
data diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
Frekuensi Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Jenis kelamin
|
Frekuensi
|
Persentase %
|
1.
|
Laki-laki
|
11
|
36,67%
|
2.
|
Perempuan
|
19
|
63,3 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan
yang menderita penyakit gingivitis lebih tinggi dibandingkan laki-laki,
perempuan sebanyak 19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%).
2.
Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan Mulut
Distribusi frekuensi kebersihan gigi dan mulut pada
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada
Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Kebersihan gigi dan mulut
|
frekuensi
|
Persentase %
|
1.
|
Baik ( 0 – 1,2 )
|
4
|
13,3 %
|
2.
|
Sedang ( 1,3 – 3,0 )
|
14
|
46,7 %
|
3.
|
Buruk ( 3,1 – 6,0 )
|
12
|
40 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari 30 pasien yang
diperiksa sebagian besar mempunyai kebersihan gigi dan mulut dengan katagori
sedang sebanyak 14 orang (46,7%).
3.
Distribusi Frekuensi Gingivitis
Distribusi frekuensi gingivitis pada pasien yang berkunjung
ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Gingivitis Pada Pasien Yang
Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun
2011.
No
|
Gingivitis
|
Frekuensi
|
Persentase %
|
1.
|
Ringan (0,1 – 1,0)
|
14
|
46,7 %
|
2.
|
Sedang (1,1 – 2,0)
|
10
|
33,3 %
|
3.
|
Parah (2,1 – 3,0)
|
6
|
20 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari 30 pasien yang
diperiksa sebagian besar yang mempunyai penyakit gingivitis dengan katagori ringan
sebanyak 14 orang (46,7%).
4.
Tabel Rata-Rata Penyakit Gingivitis Dan Kebersihan Gigi
Dan Mulut
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Tabel Rata-Rata Penyakit Gingivitis
Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Variabel
|
Rata-rata
|
Katagori
|
1.
|
Gingivitis
|
1,36
|
Sedang
|
2.
|
Kebersihan gigi dan mulut
|
2,43
|
Sedang
|
Berdasarkan tabel di atas penyakit gingivitis dengan
rata-rata 1,36 dengan katagori sedang. Dan kebersihan gigi dan mulut rata-rata 2,43
dengan katagori sedang.
5.
Distribusi Frekuensi Tabel Silang Berdasarkan Penyakit
Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut
Distribusi frekuensi berdasarkan tabel silang pada pasien
yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Tabel Silang Berdasarkan Penyakit
Gingivitis Dan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Yang Berkunjung Ke Rumah
Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Penyakit
gingivitis
|
Kebersihan
gigi dan mulut
|
Frekuensi
|
%
|
|||||
Baik
|
Sedang
|
Buruk
|
|||||||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||||
1
|
Ringan
|
4
|
28,5 %
|
10
|
71,5 %
|
0
|
0 %
|
14
|
100 %
|
2
|
Sedang
|
0
|
0 %
|
4
|
40 %
|
6
|
60 %
|
10
|
100 %
|
3
|
Parah
|
0
|
0 %
|
0
|
0 %
|
6
|
100 %
|
6
|
100 %
|
Sumber : Data primer 2011.
Berdasarkan
tabel di atas dapat dilihat dari 30 pasien yang diperiksa yang mengalami
penyakit gingivitis ringan sebanyak 14 orang (46,7%) dengan kebersihan gigi dan
mulut baik sebanyak 4 orang (28,5%), sedang sebanyak 10 orang (71,5%), dan buruk
0%. Dan penyakit gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%) dengan katagori
kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang sebanyak 4 oarang (40%), dan buruk
sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan untuk penyakit gingivitis parah dengan
katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang 0%, dan buruk sebanyak 6
orang (100%).
B. Pembahasan
Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa dari 30 orang
pasien yang diperiksa, yang menderita penyakit gingivitis pada pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, yang paling
banyak diderita yaitu dengan kriteria ringan 14 orang (46,7%), disusul
gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%). Dan untuk kebersihan gigi dan
mulut yang paling tinggi adalah denagn katagori sedang sebanyak 14 orang
(46,7%) dan buruk sebanyak 12 orang (40%), dengan rata-rata penyakit gingivitis
dan kebersihan gigi dan mulut sedang. Menurut penulis ini disebabkan karena
pasien tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga plak/sisa makanan yang
menempel dipermukaan gigi lama-kelamaan mengeras sehingga terbentuk calculus
dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang ditandai
pembengkakan pada gusi. Pada umumnya penyakit gingivitis merupakan akibat dari
keadaan kebersihan mulut yang buruk (Houwink, 1993). Dan penyebab lain terjadinya
gingivitis adalah adanya plak dan calculus. Plak yang menumpuk pada permukaan
gigi lama-kelamaan akan menjadi calculus, dan calculus kemudian akan mengiritasi
gusi yang mengakibatkan terjadinya gingivitis (Daliemunthe, 2008).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis
berasumsi bahwa penyebab terjadinya gingivitis pada pasien dalam penelitian ini
adalah kurangnya menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut sehingga
calculus mudah berkembangbiak dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Penulis berpendapat
bahwa diperlukan upaya-upaya dari petugas kesehatan untuk membangkitkan
motivasi dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilakukan
melalui peningkatan program kesehatan gigi langsung pada masyarakat, dengan
adanya upaya tersebut sebagian orang tidak begitu menimbulkan keluhan pada
giginya. Sebagian orang tidak menyadari kalau tidak menjaga kebersihan gigi dan
mulut merupakan penyebab terjadinya penyakit gusi terutama penyakit gingivitis
yang apa bila akan dibiarkan akan menimbulkan penyakit lain (Jurnal PDGI,
1994).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.
Pasien yang
mengalami penyakit gingivitis di Rumah Sakit Ibu dan anak tahun 2011, perempuan
sebanyak 19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%), dengan
rata-rata mengalami penyakit sedang.
2.
Untuk status
kebersihan gigi dan mulut dengan katagori baik sebanyak 4 orang (13,3%), sedang
sebanyak 14 orang (46,7%), dan buruk
sebanyak 12 orang (40%).
3.
Pasien yang mengalami
penyakit gingivitis ringan sebanyak 14 orang (46,7%) dengan kebersihan gigi dan
mulut baik sebanyak 4 orang (28,5%), sedang sebanyak 10 orang (71,5%), dan buruk
0%. Dan penyakit gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%) dengan katagori
kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang sebanyak 4 oarang (40%), dan buruk
sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan untuk penyakit gingivitis parah dengan
katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang 0%, dan buruk sebanyak 6
orang (100%).
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan
sebagai berikut :
1.
Disarankan kepada
pasien untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi tiga
kali sehari terutama sesudah makan dan sebelum tidur, agar terhindar dari
terbentuknya plak yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gingivitis. Dan
banyak mengkonsumsi makanan yang berserat, memeriksa kesehatan gigi dan mulut
secara teratur ke rumah sakit atau puskesmas selama enam bulan sekali.
2.
Diharapkan pada
petugas rumah sakit atau puskesmas khususnya pada perawat gigi, agar dapat
mengadakan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan dapat memberikan
pelayanan yang baik pada masyarakat. Dan dapat melatih kader-kader dari
masyarakat baik dari posyandu maupun UKGS, agar dapat membantu tenaga kesehatan
gigi dan mulut pada masyarakat.
3.
Diharapkan pada Dinas Kesehatan agar dapat meningkatkan
program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang masih sangat perlu untuk
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Besford,
John, 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk
Bagi Orang Tua Edisi 2, Jakarta. hal : 127 – 130
Boedihardjo,
1995. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Keluarga. Erlangga, University
Press, Surabaya, hal : 32
Daliemunthe,
Hamzah Saidina, 2008. Periodonsia,
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan.
hal : 50 – 51, 105, 118, 124- 125,
158 – 160, dan 173.
Depkes R.I, 1996. Pedoman Pelaksanaan UKGS. Jakarta. hal :
16 – 30
Herijulianti,
2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta. Hal : 25 dan 30 – 32.
2002.
Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta.
Hal : 100 – 101
Houwink, Noise, et al, 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Kanal,
2009. Pencegahan Penyakit Periodontal,
Jakarta.
Kuntari, Rien, 2009.
Jangan Remehkan Radang gusi Dan Sariawan.
www.google.co.id http;//.pdgi-online.com
Manson,
1996. Buku Ajar Periodonti Edisi 2, Jakarta.
hal : 1, 67 – 75, dan 107.
Rosad,
2009. Gingivitis, Perawatan Kesehatan
Gigi dan Mulut, jakarta.
Suwelo,
1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan
Pelbagai Faktor Etiologi. hal : 1. Jakarta.
Situmorang,
N, 2005. Dampak Karies Gigi dan Penyakit
Periodontal Terhadap Kualitas Hidup, Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap USU.hal : 4 http://library.usu.ac.id/download/ebook/Nurmala%20Situmorang.pdf, diakses
pada tanggal 22 februari 2010 pukul 21:03
0 komentar:
Posting Komentar