BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis, dan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009).
Peningkatan
kesehatan gigi merupakan salah satu tujuan terwujud derajat kesehatan
masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan,
kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan
perawatan. Kesehatan
gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi merupakan salah satu
bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan
bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting, maka penting untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam
rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari
harapan, hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut yang masih diderita oleh
90% penduduknya. (Antasari, 2005).
Perawatan kondisi kesehatan
gigi dianggap tidak terlalu penting,
padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan.
Kesehatan gigi dan mulut belum jadi prioritas bagi penduduk Indonesia. Hal ini
juga terlihat dari masih banyaknya masyarakat belum paham cara mencegah gigi
ngilu (gigi sensitif) (Susilawati, 2011)
Gigi sensitif merupakan istilah umum yang dipakai untuk
menunjukkan adanya dentine hypersensitive, yaitu terbukanya dentin
akibat menipisnya lapisan email. Penderita gigi sensitif akan mengalami rasa
rasa sakit yang berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba
akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan tersebut
antara lain taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau
dingin. Rasa ngilu pada gigi sensitif dapat dipicu berbagai faktor
penyebab, seperti menggosok gigi terlalu keras, kebiasaan mengonsumsi makanan
atau minuman dengan suhu ekstrem, serta sering mengonsumsi makanan yang terlalu
asam atau manis. Walaupun rasa sakit
yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat makan menjadi
sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika tidak dirawat. Rasa
sakit yang terjadi pada hipersensitif dentin akan mempengaruhi kenyamanan dan
fungsi rongga mulut dan bila tidak dirawat maka akan menimbulkan defisiensi
nutrisi pada penderita. (Yuniarti, 2011).
Gigi
sensitif secara tidak langsung akan menimbulkan masalah lain, seperti terganggunya pembersihan gigi
dan mulut sehingga kebersihan mulut kurang sempurna yang akhirnya akan
menyebabkan kelainan periodontal, serta menimbulkan defisiensi nutrisi pada
penderita. Untuk mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut maka gigi sensitif
perlu dirawat maka penting melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
gigi sensitif ini sehingga dapat mencegah keparahan gigi sensitif yang lebih
lanjut (Prijantijo, 1996).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
lembaga independen AC Nielsen terhadap kesehatan gigi masyarakat Indonesia pada
2010 ini, tercatat sekitar 50 % penduduk Indonesia mengalami masalah gigi ngilu
yang merupakan indikasi gigi sensitif. Data tersebut
memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia belum paham tentang masalah gigi
sensitif. Biasanya mereka hanya membiarkan tanpa penanganan serius karena
dianggap masalah yang wajar dan hanya terjadi musiman. Data menyebutkan, 50 % penderita tidak menyadarinya tanpa
berkonsultasi ke dokter gigi, bahkan 50 % penderita tetap tidak tertangani untuk problem ini.(Maria,2010).
Data terbaru
Departemen Kesehatan RI dari hasil riset kesehatan dasar prevalensi penduduk
Indonesia yang pernah mengalami gigi sensitif sebanyak 20% , yang mengalami gigi berlubang (karies)
sebanyak 62,1 % dan sebanyak 36,5 % di antaranya karies
aktif yang belum dirawat (Riskesdas,
2007). Data
WHO juga menyebutkan bahwa 50 persen penduduk
Indonesia mengalami masalah gigi sensitif bahkan tanpa mereka sadari kondisi ini
tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan gangguan
produktivitas sehari-hari (Yanti, 2010).
Berdasarkan hasil program penyuluhan Puskesmas
Krueng Barona Jaya di Desa Gla Meunasah Baro, diperoleh dari 43 orang yang
mengikuti penyuluhan 18 diantaranya mengalami gigi sensitif. Masyarakat mengeluh giginya terasa ngilu pada saat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang dingin, juga pada saat makan makanan yang
manis dan asam. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa hampir 41 % masyarakat
yang mengikuti penyuluhan mengalami gigi sensitif.
Dari pemeriksaan yang dilakukan
peneliti pada 86 warga desa gla meunasah baro keucamatan krueng barona jaya
aceh besar tahun 2012, didapatkan data warga yang mengalami gigi sensitif
sebanyak 36 orang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Sensitive
Pada Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Tahun
2012”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor- faktor penyebab gigi
sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya
Aceh Besar Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari status periodontal pada masyarakat di Desa Gla
Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
b. Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari adanya penipisan email gigi pada masyarakat di Desa
Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
c. Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari adanya resesi gingiva pada masyarakat di Desa Gla
Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
d. Mengetahui kejadian gigi sensitif
ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif pada
masyarakat di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012.
C.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah
pengetahuan,wawasan dan pengalaman dibidang kesehatan gigi dan mulut, khususnya mengenai gigi sensitif dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.
Manfaat
Praktis
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai
kejadian gigi sensitif bila ditinjau dari faktor-faktor penyebab, sehingga
dapat meningkatkan kesadaran diri dan senantiasa memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya.
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Gigi
Gigi
merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan
mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting, maka
penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat
bertahan lama dalam rongga mulut (Antasari, 2005).
1.
Struktur
Gigi Secara Mikroskopis
Struktur
atau susunan dari tiap gigi manusia terdiri 4 jaringan yaitu:
1.
Email
Email adalah jaringan yang paling keras, paling kuat,
oleh karena itu ia merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap
rangsangan-rangsangan pada waktu pengunyahan.
Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggatikan bagian-bagian yang
rusak, jadi bila email rusak ia harus ditambal (Itjiningsih,
1991).
2.
Dentin
Dentin merupakan lapisan kedua dari gigi terdapat pd
mahkota dan akar sifatnya keras dan elastis warna agak kekuning-kuningan.
Merupakan bagian yg terbanyak dari gigi. Bila rusak mempunyai kemampuan untuk
tumbuh kembali. Dentin sangat sensitive terhadap berbagai rangsangan (termis,
khemis, dan mekanis) bila gigi kehilangan lapisan email (Itjiningsih,
1991).
3.
Pulpa
Pulpa
adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki kemiripan
dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki karakteristik
yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh
darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel
seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun (Mozartha, 2010).
4. Semen/ sementum
Sementum
bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari periodontium karena
menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di
selaput periodontal. Jaringan sementum tidak mengalami resorpsi atau
pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi yakni makin tua umur makin tebal
lapisan semen, pembentukan semen ini berjalan dari arah selaput periodontal
sebagai lapisan (Itjiningsih, 1991).
A.
Gigi Sensitif
1.
Pengertian Gigi Sensitif
Gigi
sensitif atau hypersensitive tooth adalah gigi yang bereaksi lebih dari normal terhadap stimulus seperti
panas, dingin, manis dan sebagainya (Harty, 1995). Dengan kata lain gigi
sensitif merupakan istilah umum yang dipakai untuk
menunjukkan adanya dentine hipersensitif. Dentin hipersensitif adalah rasa ngilu yang terjadi pada dentin/akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan
dan luar seperti, panas, dingin, serta asam, khususnya di daerah yang kehilangan
lapisan periodontal. Dentin hipersensitif dihubungkan dengan adanya abrasi
ketika menggosok gigi, penyakit periodontal, erosi dari makanan atau asam
lambung dan mungkin meningkatnya scalling dan
resesi gusi. Hal ini
terjadi karena kurangnya perlindungan dentin oleh sementum. Apabila dilihat dari scanning electron atau
microskop, permukaan
dentin hipersensitif terlihat banyak tubulus dentin yang terbuka,
fraktur, dan permukaannya sangat halus (Cohen dan Hargreaves, 2006).
Gigi terdiri dari lapisan-lapisan, dimana struktur gigi terluar adalah yang paling
keras, disebut email. Email bisa keras karena tersusun oleh kristal hidroksi
apatit. Di bawah email terdapat dentin yang terdiri dari tubuli atau pori, dan
jauh lebih lunak daripada email. Dentin berbatasan dengan ruang pulpa yang
berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada yang terletak di ujung
tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di ujung
tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan ini
contohnya rangsangan thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin. (Ahmad, 2010)
Dentin mempunyai
saluran-saluran sangat kecil yang langsung berhubungan dengan saraf gigi.
Ketika email sebagai lapisan pelindung itu hilang, rangsangan makanan dan
minuman akan langsung mengenai dentin dan diteruskan ke saraf gigi sehingga
menimbulkan nyeri. Nyeri yang berkaitan dengan sensitivitas terjadi dalam saraf gigi,
rasa nyeri sensitif tidak selamanya tetap, ada yang sementara dan ada sementara
namun berkala. Biasanya rasa ngilu yang
timbul terasa sangat tajam, singkat dan seringkali tidak terdiagnosis bahkan
terabaikan. (Yanti,
2010).
Penderita gigi
sensitif dapat mengalami rasa tidak nyaman dalam jangka waktu tertentu
khususnya ketika mengonsumsi makanan atau minuman dingin atau panas, bahkan
ketika berada di tempat yang dingin dan udara dingin berinteraksi dengan gigi. Beberapa
penderita juga mengalami ngilu ketika mengonsumsi makanan manis atau asam. dentin hypersensitive muncul sebagai masalah yang
umum, menurut beberapa laporan, dan menunjukkan bahwa secara umum hal ini
terjadi pada 4 sampai 74% masyarakat (di seluruh dunia).
Banyak orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini
dapat timbul kapan saja. Namun kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara
20-50 tahun, meskipun kasus ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja
dan usia lanjut. Keluhan gigi sensitif juga lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Kerap mengonsumsi
minuman bersoda, makan dan minum panas dingin dalam waktu hampir bersamaan
dapat memicu terjadinya rasa ngilu pada gigi yang lazim disebut gigi sensitif (Abidin, 2010).
Etiologi
hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka. Pemeriksaan
mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin
pada pasien hipersensitif dentin lebih besar dan banyak dibandingkan pada
pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya dentin disebabkan
hilangnya enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta
rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva
atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel yang
menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya
hipersensitif dentin. Saat ini, sekitar 30 % penduduk dunia mengalami
hipersensitif dentin (Brannström dan
Astrom, 1973 cit. Prijantojo, 1996).
Menipisnya email gigi bisa disebabkan oleh beberapa hal
di antaranya faktor genetik, ada beberapa orang yang dilahirkan dengan
ketebalan lapisan emailnya tidak nomal seperti lainnya karena tipis rangsangan
yang seharusnya masih dapat ditahan oleh email sampai juga ke dentin, sebab
lainnya karena gigi sering melakukan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan lapisan
email terkikis dan menipis, misalnya menggigit pulpen atau perokok sering
ditemukan gigi yang sudah aus sebelum waktunya dan akibatnya rangsangan datang
sampai ke dentin (Ardyan, 2010).
Penderita gigi sensitif
banyak dialami wanita, karena menganut hidup bersih. Wanita ingin selalu tampil
dengan gigi yang bersih dan putih, sehingga sering melakukan bleaching gigi,
bahkan menggosok gigi dengan tekanan berlebih yang dapat membuat gusi mengalami
iritasi atau gusi menurun dari leher gigi. Akibatnya terjadi resesi gingival,
leher gigi berlubang, lapisan email menipis sehingga bila minum air panas,
dingin, asam, manis atau bahkan tersdentuh bulu sikat gigi pun terasa ngilu
(Melisa, 2010).
Selain itu Kebiasaan mengunyah yang salah serta beban kunyah yang
tidak seimbang juga mengakibatkan email menjadi menipis dapat memicu timbulnya
keluhan gigi sensitif. Gigi sensitif
tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan. Gigi sensitif juga berefek buruk secara psikis (Abidin, 2010).
1. Etiologi Terjadinya Gigi
Sensitif
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan
cairan tubulus dentin akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar
atau terbuka (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan teori hidrodinamik yang
dikemukakan oleh Brannström. Berbagai teori telah dibuat untuk menjelaskan
mengenai etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin, antara lain
teori transducer, teori modulasi, teori gate control dan vibration
dan teori hidrodinamik. Namun, sampai saat ini hanya teori hidrodinamik
yang paling sering dipakai untuk menjelaskan etiologi dan mekanisme terjadinya
hipersensitif dentin (Gambar 3 dan 4).
Teori
hidrodinamik mulai dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Brannström dan tahun
1989 teori ini diterima dan dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya
hipersensitif dentin. Teori ini menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai
dari dentin yang terpapar mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak
menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman
rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit. Rangsangan
terhadap tubulus dentin yang terbuka dapat berupa taktil atau sentuhan, uap,
kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Namun, dingin merupakan rangsangan
yang paling sering menyebabkan hipersensitif dentin. Pergerakan
cairan tubulus dentin dipengaruhi oleh konfigurasi tubulus, diameter tubulus
dan jumlah tubulus yang terbuka (
Prijantojo, 1996).
Gambar 3. (A) Tubulus dentin yang tertutup dan (B) Tubulus dentin yang terbuka
(Walters PA. J Contemp Dent Pract Mei 2005; (6)2: 108).
Gambar 4. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin
(Strassler HE, Drisko CL, Alexander DC. http://www.insidedentalassisting.com
17 Juli 2012).
Gambar 5. Gambar ilustrasi mekanisme teori hidrodinamik yang diawali oleh
adanya rangsangan terhadap syaraf intradental dan akhirnya menimbulkan rasa
sakit (Orchardson R and Gillam DG. J Am Dent Assoc 2006; 137: 991).
Dentin merupakan lapisan sensitif
yang menutupi struktur jaringan pulpa dan memiliki hubungan fungsional dengan
jaringan pulpa. Dentin terdiri dari ribuan struktur tubulus mikroskopis
yang menghubungkan dentin dengan jaringan pulpa. Diameter tubulus dentin
sekitar 0,5-2 mikron. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin
menunjukkan bahwa tubulus dentin pada pasien hipersensitif dentin lebih besar
dan banyak dibandingkan pada pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya
dentin disebabkan hilangnya enamel
akibat
dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap
permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan
periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipersensitif dentin (
Prijantojo, 1996). .
Terkikisnya
lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan
awal dari terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab terkikisnya lapisan enamel
antara lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi. Bentuk-bentuk kerusakan gigi
tersebut memiliki gambaran klinis dan etiologi yang berbeda-beda. Erosi adalah
kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses kimia tetapi
tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri ( Prijantojo, 1996).
1.
Penyebab terjadinya gigi sensitif
Gigi sensitif bisa disebabkan banyak hal, sehingga
pengobatannya akan berbeda-beda antar pasien. Umumnya gigi sensitif disebabkan
oleh email gigi yang terbuka, sehingga dentin (lapisan gigi setelah email)
terbuka. Normalnya lapisan dentin tertutupi oleh email dan gusi. Namun ada beberapa
hal yang menyebabkan lapisan email dan gusi ini hilang sehingga mengakibatkan
terbukanya dentin. Di antaranya:
a.Kerusakan jaringan
periodontal
Akar gigi berisi ribuan tabung kecil yang
mengarah ke pusat saraf gigi. Biasanya akar gigi ditutup dan dilindungi oleh
jaringan gusi. Tapi jika memiliki
penyakit periodontal, gusi dapat mulai menjauh dari gigi, menjadikan akar yang
ultra-sensitif tersebut terbuka. Akibatnya bila terkena rangsangan suhu, manis
asam gigi dapat menjadi ngilu (Aryadi, 2010). Penyakit periodontal adalah
proses patologis yang mengenai jaringan periodontal sebagian besar penyakit
periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri, kalkulus, impaksi makanan, abrasi
karena penyikatan gigi, daya kunyah yang berlebihan dan masi banyak factor lainnya
(fedi, dkk.,
2004).
Penyakit periodontal
adalah penyakit yang menyerang jaringan periodontal yang disebabkan penumpukan
plak pada daerah tersebut. Penyakit periodontal merupakan penyebab utama
tanggalnya gigi pada orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan
menimbulkan kerusakan gusi, serat pelekat dan tulang disekitar gigi (
Zazimario, 2009).
Gejala-gejala umum penyakit
periodontal adalah sebagai berikut :
a.
Gusi merah
b.
Radang gusi
c.
Gusi bengkak
d.
Pendarahan gusi
e.
Gusi menarik diri dari
gigi
f.
Kehilangan gigi
g.
Gigi sensitif
h.
Halitosis dan rasa
tidak enak
i.
Rasa sakit sewaktu
makan, menyikat gigi dan menguyah
j.
Gusi dapat menjadi
longgar
k.
Perubahan gigitan
l.
Pemasangan prosthodonsi
yang buruk
m. Nyeri
(Melisa, 2012).
b.Memberikan Tekanan Besar atau Berlebih Pada Saat Menggosok Gigi
Dari hasil
penelitian para ahli di USA, sebanyak 50-90%, penderita memberikan tekanan
besar/berlebih pada saat menggosok gigi. Kebiasaan menggosok gigi dengan
tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari
leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi
berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum
air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa
ngilu (Aryadi, 2010).
Gambar
6. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut
memiliki kecenderungan menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada
gingiva dan semento-enamel yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi
pada permukaan prominensia akar gigi (tanda panah).
Kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat
membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan
akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email
pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau
bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa sangat
ngilu
(Ardyan, 2010).
a.
Penggunaan
Pasta Gigi Pemutih
Pasta gigi pemutih hanya
bisa menghilangkan noda yang ada di permukaan gigi saja, misalnya akibat rokok,
the, atau kopi. Pasta gigi ini biasanya bersifat abrasif yakni dapat mengikis
permukaan email gigi, dan menakibatkan gigi menjadi sensitif (Ramadhan, 2010).
b.
Membersihkan
Gigi Menggunakan Alat Yang Keras
Sikat gigi tidak merusak
jaringan keras gigi, bila menyikatnya tanpa pasta gigi. Sikat gigi dengan serabut-serabut alami dan
serabut-serabut nilon tidak jauh berbeda dalam mempengaruhi keausan gigi,
meskipun kekuatan serabut penting. Suatu sikat dengan kekerasan sedang
mengakibatkan abrasi 1,4 kali lebih kuat daripada yang lunak, konon lagi
pemakaian serabut-serabut alami seperti serabut kelapa, atau serabut
kayu-kayuan pada proses pembersihan gigi. Sikat gigi listrik bekerja kurang
abrasive dibandingkan sikat gigi biasa. Sikat gigi yang telah lama dipakai
lebih banyak merusak gingiva, karena terbelahnya serabut-serabut tidak sejajar
lagi. Abrasi ini dapat menyebabkan gigi hipersensitif terhadap suhu (schuurs,1993).
c.
Kebiasaan Bruxism (Menggesek-Gesekan Gigi)
Bruxism merupakan kebiasaan grinding (menggesek-gesekan
gigi) ataupun clenching (mengatupkan rahang atas dan bawah kuat-kuat). Biasanya
dilakukan secara tidak sadar ketika seseorang berada dalam situasi yang
membuatnya merasa stres atau cemas, bahkan dapat pula dilakukan ketika sedang
tidur. Kebiasaan bruxism yang parah dapat membuat email di permukaan kunyah
gigi menjadi menipis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi dan
merusak tambalan gigi yang ada. Akibatnya gigi-gigi akan terasa linu ketika.
Gambar 7. Wanita 42 tahun dengan kebiasaan
bruksism, tampak adanya atrisi yang sedang sampai yang parah.
makan atau minum. Kondisi ini
biasanya terjadi pada lebih dari satu gigi. Selain berpengaruh ke gigi, bruxism
juga dapat menimbulkan gangguan pada sendi rahang, sakit kepala ketika bangun
pagi, dan rasa sakit pada daerah wajah yang tidak jelas penyebabnya. Penderita
bruxism disebut bruxers (Ramadhan,
2010).
a.
Menggigit
Benda Keras
Kebiasaan mengunyah
makanan atau benda-benda yang keras dapat merusak gigi. Kebiasaan ini bisa
membuat permukaan kunyah gigi menjadi terkikis bahkan bisa menimbulkan
keretakan pada struktur gigi. Hal ini dapat berdampak gigi menjadi linu-linu
atau ngilu yang merupakan indikasi gigi sensitif (Ramadhan, 2010).
b. Konsumsi Makanan Dan Minuman Mengandung Asam Terus Menerus
Sejumlah peneliti menegaskan buah-buahan sitrus (kadar pH antara 2,0 dan
3,8) , minuman dengan kandungan asam arang (cola/minuman berkarbonasi) memiliki
hubungan erat terhadap pengikisan email, dan erosi gigi. Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi seperti
mengkonsumsi makanan yang mengandung asam yaitu buah-buahan terutama buah
jeruk; minuman bersoda yang mengandung asam karbonat dan asam sitrat; saus
salad; teh herbal; dan alkohol (Gambar 8).
Bahan-bahan dengan pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya
jaringan keras gigi (enamel dan dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan
aktivitas bakteri, yang disebut erosi (Gambar 9). Lingkungan rongga mulut yang asam juga akan
menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak lagi yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan sensitivitas gigi.
Gambar
8 .(A). Contoh makanan yang mengandung asam, (B). Erosi pada gigi akibat sering
mengkonsumsi minuman yang asam.
Agak ironis bahwa sari buah-buahan sehat yang kadang-kadang dibubuhi
vitamin C, sebagai pengganti minuman segar ternyata mengandung gula kariogenik
yang membantu proses terjadinya erosi (keausan) gigi. Keausan karena penyikatan
gigi mendukung proses erosi. Keausan meningkat karena asam melunakkan email
akibatnya sering terlihat kerusakan dan keausan pada bagian servikal gigi,
merupakan akibat kombinasi asam dan penyikatan gigi (Schuurs,1993).
a. Menggunakan Mouthwash (Obat Kumur) Terlalu Sering
Terlalu sering memakai obat kumur sepanjang hari,
dapat berakibat rentan mengalami gigi
sensitif. Hal ini disebabkan beberapa obat kumur mengandung asam yang dapat
membuat gigi yang sebelumnya sensitif menjadi semakin buruk. Penderita gigi sensitif
dapat mengalami rasa tidak nyaman dalam jangka waktu tertentu
khususnya ketika mengonsumsi makanan atau minuman dingin atau panas, bahkan
ketika berada di tempat yang dingin dan udara dingin berinteraksi dengan gigi. Beberapa
penderita juga mengalami ngilu ketika mengonsumsi makanan manis atau asam. dentin hypersensitive muncul sebagai masalah yang
umum, menurut beberapa laporan, dan menunjukkan bahwa secara umum hal ini
terjadi pada 4 sampai 74% masyarakat (di seluruh dunia).
Banyak orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini
dapat timbul kapan saja. Namun kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara
20-40 tahun, meskipun kasus ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja
dan usia lanjut. Keluhan gigi sensitif juga lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Kerap mengonsumsi
minuman bersoda, makan dan minum panas dingin dalam waktu hampir bersamaan
dapat memicu terjadinya rasa ngilu pada gigi yang lazim disebut gigi sensitif. Selain itu Kebiasaan
mengunyah yang salah serta beban kunyah yang tidak seimbang juga dapat memicu
timbulnya keluhan gigi sensitive. sensitif tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan. Gigi
sensitif juga berefek buruk secara psikis (Abidin, 2010).
1. Akibat/ Efek dari Gigi
Sensitif
Jika
diabaikan, gigi sensitif ini bisa menyebabkan peradangan jaringan pulpa
(jaringan syaraf dan pembuluh darah di dalam gigi) sehingga terjadi sakit
berkepanjangan, sampai pada kematian gigi. Gigi sensitif juga bisa menyebabkan
masuknya bakteri ke leher gigi yang terbuka, dan akhirnya dapat menyebabkan
penyakit sistemik seperti ginjal dan jantung, (Abidin,
2010).
2.
Pencegahan Dan Perwatan Gigi Sensitif
a.
Pengobatan Gigi Sensitif.
Mencegah itu lebih baik daripada
mengobati begitulah pepatah mengatakan, jadi untuk mencegah terjadi gigi
sensitif, kuncinya adalah mengurangi tekanan berlebih
saat menggosok gigi, memakai sikat gigi dengan jenis bulu sikat yang tidak
keras dan menggosok gigi dengan cara yang benar. Menggunakan pasta gigi yang khusus untuk gigi
sensitif, periksakan gigi ke dokter
gigi apabila nyeri pada gigi tidak berlangsung hilang, mungkin saja gigi
memerlukan tindakan perawatan lebih lanjut dari dokter gigi seperti penambalan,
dan usahakan jangan minum/makan panas dan dingin dalam
waktu bersamaan (Sallika, 2010).
b.
Pengobatan Gigi Sensitif.
Pengobatan
gigi sensitif, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Penderita gigi
sensitif harus menghilangkan kebiasaan buruk menggosok gigi dengan tekanan
berlebih, menggosok gigi dengan cara dan waktu yang tepat, memakai jenis bulu
sikat gigi yang lunak atau soft tidak, menggunakan bulu sikat yang sudah rusak.
Selain itu, penderita diharapkan menggunakan pasta gigi yang mengandung zat strontium chloride, potassium nitrate,
fluoride atau berkumur-kumur dengan obat kumur yang mengandung zat-zat di atas.
Menurut para peneliti, zat ini mampu membentuk ikatan kristalisasi serta
menutupi porus-porus pada permukaan mahkota gigi yang mengandung banyak
pembuluh syaraf (tubuli dentin), menutupi permukaan akar gigi yang terbuka, sehingga dapat
menghilangkan keluhan-keluhan gigi sensitif. Penderita gigi sensitif, juga bisa
berkumur-kumur dengan teh tanpa gula. Menurut Marhamah, teh tanpa gula atau ampas teh,
mengandung fluoride yang bisa menguatkan gigi. Selain merawat gigi, gusi, juga
perlu perawatan. Caranya dengan berkumur menggunakan air rebusan daun sirih (Marhamah, 2010).
Gigi sensitif akibat
email yang menipis atau karena resesi gingival, maka ada berbagai metode yang
dapat dilakukan:
1. Perawatan
oleh Petugas Kesehatan Gigi
- Perawatan
topical fluoride untuk menguatkan dentin dan email yang masih ada.
- Aplikasi
bonding agent. Bonding agent merupakan suatu bahan untuk merekatkan bahab
tambal resin komposit dengan gigi. Bahan ini diaplikasikan pada dentin yang
terbuka sehingga tubulus-tubulus dentin bias tertutup (Ramadhan, 2010)
2.Perawatan
dirumah
- Gunakan
sikat gigi dengan bulu yang sangat lembut dan pasta gigi yang mengandung bahan
abrasive ringan
-
Sikat gigi dengan cara
yang benar
-
Gunakan pasta gigi
khusus untuk gigi sensitive
-
Gunakan pasta gigi
dengan konsentrasi fluoride tinggi (Ramadhan, 2010).
A.
Indeks Periodontal Komunitas
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Jika salah satu gigi molar dari
gigi index tidak ada, tidak perlu dilakukan penggantian gigi tersebut.
2. Jika dalam sektan tidak
terdapat gigi index, semua gigi dalam
sektan diperiksa dan dinilai, (diambil yang memiliki keadaan atau kondisi yang
terparah dan mempunyai skor tertinggi disektan tersebut).
3. Untuk usia ≤ dari 19 tahun tidak perlu dilakukan pemeriksaan gigi
molar kedua.
4. Untuk usia ≤ 15 tahun, pencatatan
dilakukan bila ada pendarahan dan karang gigi saja tidak poket.
5. Bila tidak ada gigi index, gigi pengganti diberi nilai X.
Tata cara pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan
jaringan periodontal yaitu gigi diraba dengan sonde untuk mengetahui agar dapat terlihat :
a. Pendarahan
b. Karang gigi
c. Kedalaman poket
antara 4-5 mm dan 6 mm atau lebih
d. Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan
periodontal
e. Menentukan relasi skor tertinggi dalam kategori
kebutuhan perawatan.
Tekanan yang diberikan pada daerah proximal saku gusi
besarnya tidak melebihi 25 gram. Cara untuk mengetahui adalah bila ujung sonde
yang berbentuk bola ditekankan pada kulit ibu jari tangan, tidak menimbulkan
rasa sakit, rasa tidak enak, atau tidak menyenangkan. Perabaan dengan ujung
sonde probe mengikuti konfigurasi anatomi akar gigi dari distal ke mesial pada
permukaan lingual atau bukal.
Tabel 1
Cara Pemeriksaan Jaringan
Periodontal
Nilai (Skor)
|
Kondisi Jaringan
Periodontal
|
0
|
Periodontal sehat, tidak ada pendarahan,
karang gigi dan poket
|
1
|
Ada pendarahan spontan atau selang
beberapa saat diperiksa dengan sonde
|
2
|
Terasa ada kalkulus sub/supra gigingiva,
daerah hitam pada sonde terlihat seluruhnya
|
3
|
Poket 4-5 mm tepi gusi terletak pada
daerah hitam sonde
|
4
|
Poket 6 mm atau lebih, warna hitam pada
sonde tidak terlihat.
|
BAB
III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian dilakukan dengan
metode analisis situasi yaitu menganalisis situasi terhadap peristiwa, yakni
menganalisis faktor-faktor penyebab gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Krueng Barona Jaya
Aceh Besar Tahun 2012.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gla Meunasah Baro Krueng Barona
Jaya Aceh Besar, dan akan dilaksanakan pada bulan Juli
Tahun 2012.
C. Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Gla
Meunasah Baro sebanyak 827 jiwa, yang berumur 15-60 tahun sebanyak 533 orang
2.
Sampel
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dengan menggunakan purposive
sampling dengan besar sampel 84 orang . Dimana peneliti menggunakan perhitungan besar
sampel menurut pendapat (Notoadmodjo S, 2005) dengan menggunakan rumus:
D. Instrumen
Penelitian
Untuk mendukung penelitian
ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah yaitu alat diagnosa set
dan prob, kamera digital, Kartu pemeriksaan gigi sensitif, KSP Indeks
Periodontal, serta Kuesioner kebiasaan
yang menyebabkan gigi sensitif.
E.
Cara
Pengumpulan Data
1. Data
Primer
Keadaan
gigi sampel yakni status penderita gigi sensitif, Status Indeks Periodontal,
penipisan email gigi, dan keadaan resesi gingiva di dapat dari pemeriksaan langsung. Alat ukur
yang digunakan adalah alat diagnosa. Sedangkan mengenai kebiasaan-kebiasaan
penyebab gigi sensitif di dapat dari wawancara menggunakan quesioner.
2. Data
Skunder
Data gambaran umum Desa
Gla Menasah Baro di ambil dari Kepala Desa Gla Meunasah Baro.
F.
Pengolahan
Data dan Analisa
1. Pengolahan
Data
-
Seluruh data berupa
status gigi sensitif, status Periodontal, keadaan penipisan email dan resei
gingiva yang masih dalam bentuk KSP kemudian dituangkan dalam bentuk tabulasi
sehingga dapat menggambarkan data yang lebih jelas dapat dianalisa secara
tepat. Sedangkan quesioner hasil wawancara akan dimasukkan dalam tabel untuk
dikelompokkan penyebab-penyebab faktor gigi sensitif sehingga diperoleh data
yang lebih prakstis dalam penganalisaanya.
-
Kartu status pasien
diberi kode data dengan angka kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.
2. Analisa
Data
Data yang terkumpul
diorganisasi, dan diklasifikasikasikan data menjadi unit-unit yang kemudian
dapat dikelola. Kumpulan data yang telah diolah ini kemudian dianalisis untuk
mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi,
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penenelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
1.
Gambaran Umum Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng
Barona Jaya Aceh Besar
Secara geografis Desa Gla Meunasah Baro terletak di
wilayah kabupaten Aceh Besar, tepat di Jalan T.Iskandar Km ± 6 Kecamatan Krueng
Barona Jaya Aceh Besar dengan luas tanah sebesar 80 Ha dengan batas-batas
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Meunasah Intan,
Sebelah Selatan dengan Gampong Gla Deah, Sebelah Barat dengan Desa Miruk, dan Sebelah Timur dengan Kanal / Krueng Aceh
2.
Gambaran Umum Reponden
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
dilaksanakan di Desa Gla Meunasah Baro Aceh Besar yaitu pada tanggal 25 sampai
dengan 30 Juli 2012. Responden dalam penelitian ini adalah semua masyarakat usia 20-50 tahun
yang mengalami gigi sensitif yakni sebanyak 36
jiwa.
3.
Data Umum
a.
Jenis Kelamin
Frekuensi penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa
Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Frekuensi penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa
Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
13
23
|
36,1%
63,9%
|
Total
|
36
|
100%
|
Berdasarkan tabel 1 bahwa masyarakat yang mengalami gigi
sensitif mayoritasnya terdiri dari pasien yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 23 orang (63,9%).
b.
Umur
Distribusi penduduk yang mengalami gigi sensitif berdasarkan umur
di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan
Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
Tabel 2
Distribusi
penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan
Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun
2012
No
|
Umur
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
|
20 – 26 Tahun
27 – 32 Tahun
33 – 38 Tahun
39 – 44 Tahun
45 – 50 Tahun
51 – 56 Tahun
57 – 60 Tahun
|
7
9
2
4
9
2
3
|
19,4 %
25 %
5,6 %
11,1 %
25 %
5,6 %
8,3 %
|
Total
|
36
|
100%
|
Berdasarkan tabel 2
diketahui bahwa dari 36 yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla
Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 paling banyak
terdiri dari penduduk umur 27-32 tahun sebanyak 9 orang (25%), dan penduduk
umur 45-50 tahun juga sebanyak 9 orang (25%).
4.
Data Khusus
a.
Distribusi status periodontal masyarakat yang mengalami gigi
sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012 pada dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Distribusi Status Periodontal Masyarakat Yang Mengalami
Gigi Sensitif Berdasarkan Jumlah Responden Di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan
Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
Pemeriksaan
Jaringan Periodontal
|
|||||||||||||
∑ Responden
|
F
|
Se
hat
|
F
|
Berdarah
|
F
|
Ka
rang Gigi
|
F
|
Poket
Dangkal
|
F
|
Poket Dalam
|
F
|
Tidak ada
gigi
|
F
|
0
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
X
|
|
||
36
|
100%
|
9
|
25%
|
11
|
30,6%
|
29
|
80,6%
|
30
|
83,3%
|
13
|
36,1%
|
8
|
22,2%
|
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa dari 36
masyarakat yang menderita gigi sensitif hanya 9 orang (25%) yang memiliki
status periodontal sehat , selebihnya
mayoritas status periodontal berada pada kondisi adanya karang gigi sebanyak 29
orang dan poket dangkal yakni sebanyak 30 orang (83,3%)
Tabel 4
Distribusi Status
Periodontal Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Berdasarkan Jumlah
Responden Di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
Pemeriksaan
Jaringan Periodontal
|
|||||||||||||
∑
Sextan
|
F
|
Sehat
|
F
|
Berdarah
|
F
|
Karang Gigi
|
F
|
Poket
Dangkal
|
F
|
Poket Dalam
|
F
|
Tidak ada
gigi
|
F
|
0
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
X
|
|
||
216
|
100%
|
12
|
5,6%
|
20
|
9,26%
|
82
|
37,96%
|
61
|
28,24%
|
23
|
10,64%
|
16
|
7,4%
|
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari pemeriksaan 216
sextan pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro
Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 ternyata status periodontal
berdasarkan jumlah sextan paling banyak berada pada kondisi adanya karang
gigi sebanyak 82 sextan atau 37,96 %.
b. Distribusi responden yang mengalami penipisan email gigi pada
masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya
Aceh Besar Tahun 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5
Distribusi kejadian Menipisnya Email Gigi Pada Masyarakat Yang
Mengalami Gigi Sensitif Di Desa Gla Meunasah Baro
Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh
Besar
Tahun 2012
No
|
Menipisnya
Email Gigi
|
F
|
%
|
1
|
Ada
|
21
|
58,3 %
|
2
|
Tidak Ada
|
15
|
41,8%
|
|
Total
|
36
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 5 diketahui bahwa dari 36 masyarakat yang mengalami gigi sensitif,
terdapat 21 orang (58,3%) yang mengalami penipisan
lapisan email di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
c.
Distribusi
Frekuensi responden yang mengalami resesi gingiva pada masyarakat yang
mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya
Aceh Besar Tahun 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 6
Distribusi Responden Yang Mengalami Resesi Gingiva Pada Masyarakat
Dengan Gigi Sensitif Di Desa Gla
Meunasah Baro
Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Resesi
Gingiva
|
F
|
%
|
1
|
Ada
|
24
|
66,7 %
|
2
|
Tidak Ada
|
12
|
33,3%
|
|
Total
|
36
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 6 diperoleh bahwa dari 36 masyarakat yang mengalami gigi sensitif,
terdapat 24 orang (66,7%) yang mengalami resesi gingiva di Desa Gla Meunasah
Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012.
d. Distribusi kejadian gigi sensitif ditinjau dari kebiasaan
yang menyebabkan gigi sensitif pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di
Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Yang Menyebabkan Gigi
Sensitif Pada Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Di Desa Gla Meunasah Baro
Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Penyebab
|
Kriteria
|
Total
|
||||
Ada
|
Tidak Ada
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
||
3
|
Penggunaan sikat gigi yang telah rusak (bulu sikat yang telah rusak)
|
18
|
50%
|
18
|
50%
|
36
|
100%
|
4
|
Memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat gigi
|
35
|
97,2%
|
1
|
2,8%
|
36
|
100%
|
5
|
Membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang keras (serabut kelapa,
serabut kayu-kayuan, arang, kain kasar)
|
3
|
8,3%
|
33
|
91,7%
|
36
|
100%
|
6
|
Penggunaan pasta gigi pemutih (berfungsi untuk memutihkan gigi
|
6
|
16,7%
|
30
|
83,3%
|
36
|
100%
|
7
|
Penggunaan obat kumur (mouthwash) yang berlebihan (sering)
|
11
|
30,6%
|
25
|
69,4%
|
36
|
100%
|
8
|
Bruxsim (kebiasaan menggesek-gesekkan gigi
|
1
|
2,8%
|
35
|
97,2%
|
36
|
100%
|
9
|
Menggigit atau mengunyah makanan atau benda keras
|
21
|
58,3%
|
15
|
41,7%
|
36
|
100%
|
10
|
Konsumsi makanan yang mengandung asam terus menerus
|
22
|
61,1%
|
14
|
38,9%
|
36
|
100%
|
Berdasarkan tabel 7 diperoleh kebiasaan penyebab
gigi sensitive yang paling banyak dilakukan oleh 36 masyarakat yang mengalami
gigi sensitive yakni kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat
menyikat gigi, yang dilakukan oleh 35 orang responden (97,2%). Dari tabel juga
terlihat kebiasaan mengkosumsi makanan yang mengandung asam terus menerus
dilakukan oleh 22 orang responden (61,1 %) dan menggigit atau mengunyah benda
keras yang dilakukan sebanyak 21 orang (58,3%)
B.
Pembahasan
a. Penyebab Gigi Sensitif Ditinjau dari
Status Periodontal
Hasil
pemeriksaan terhadap 84 orang sampel umur 20-60 tahun di Desa Gla Meunasah
Baro, diperoleh 36 orang yang mengalami gigi sensitif (lampiran 4), penentuan
usia dilakukan karena menurut (Abidin,
2010) banyak
orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini dapat timbul kapan saja. Namun
kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara 20-50 tahun, meskipun kasus
ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja dan usia lanjut.
Pemeriksaan
mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin
pada pasien hipersensitif dentin lebih besar dan banyak dibandingkan pada
pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya dentin
disebabkan hilangnya enamel
akibat
dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap
permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan
periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipersensitif dentin (
Prijantojo, 1996). .
Terkikisnya lapisan
enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari
terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab terkikisnya lapisan enamel antara
lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi. Bentuk-bentuk kerusakan gigi
tersebut memiliki gambaran klinis dan etiologi yang berbeda-beda. Berdasarkan
asumsi tersebut peneliti melakukan pemeriksaan status periodontal terhadap 36
orang penderita gigi sensitif di Desa Gla Meunasah baro, hasil pengolahan data
status periodontal memperlihatkan bahwa hanya 9 responden yang memiliki status
periodontal sehat (tabel 3). Mayoritas responden yang mengalami gigi sensitif
memperlihatkan 30 responden mengalami poket dangkal (80,6%). Kemudian berdasarkan jumlah sextan,
dari 216 sextan hanya 12 sextan dalam kondisi sehat selebihnya paling banyak 82
sextan mengalami adanya karang gigi, dan
61 sextan poket dangkal. Penulis berasumsi bahwa salah satu penyebab terjadinya
gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro adalah karena rusaknya
jaringan periodontal, penyakit periodontal pada rongga mulut yang apabila tidak
dirawat akan memperparah jaringan periodontal pada gigi. Karang gigi yang
menumpuk dan mengendap dan menekan saku gusi semakin dalam sehingga membuat
leher gigi menjadi terbuka berdampak gigi
menjadi rentan terhadap paparan suhu. Hal ini diperkuat oleh (Aryadi, 2010)
yang menyebutkan akar gigi berisi ribuan tabung kecil
yang mengarah ke pusat saraf gigi. Biasanya akar gigi ditutup dan dilindungi
oleh jaringan gusi. Tapi jika memiliki penyakit periodontal, gusi dapat mulai
menjauh dari gigi, menjadikan akar yang ultra-sensitif tersebut terbuka.
Akibatnya bila terkena rangsangan suhu, manis asam gigi dapat menjadi ngilu.
b. Penyebab Gigi Sensitif Ditinjau Dari
Keadaan Penipisan Email Gigi dan Resesi Gingiva
Melihat
penyebab lain terjadinya gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro,
peneliti melakukan pemeriksaan ada tidaknya penipisan email gigi dan resesi
gingiva pada responden yang mengalami gigi sensitif. Pemeriksaan untuk keadaan
menipisnya email gigi (tabel 5) menunjukkan terdapat 21 orang (58,3%) yang
mengalami penipisan email gigi, sedangkan untuk pemeriksaan keadaan resesi
gingiva (tabel 6) diperoleh 24 orang (66,7%)
yang mengalami resesi gingiva.
Keadaan
menipisnya email gigi responden berdampak gigi sensitif terhadap rangsangan
suhu, manis/asam, bahkan mekanis. Ketika email sebagai lapisan pelindung gigi
hilang, maka setiap paparan rangsangan makanan atau minuman langsung mengenai
dentin dan diteruskan ke saraf gigi sehingga menimbulkan nyeri. (Ahmad,
2010) menyebutkan gigi terdiri dari lapisan-lapisan, dimana struktur gigi terluar
adalah yang paling keras, disebut email. Email bisa keras karena tersusun oleh
kristal hidroksi apatit. Di bawah email terdapat dentin yang terdiri dari
tubuli atau pori, dan jauh lebih lunak daripada email. Dentin berbatasan dengan
ruang pulpa yang berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada yang terletak
di ujung tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di
ujung tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan
ini contohnya rangsangan thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin.
Resesi gingiva memiliki keadaan yang tidak
jauh berbeda dengan menipisnya email gigi, keadaan permukaan akar gigi
responden yang tersingkap membuat gigi sangat sensitif bila terpapar rangsangan
makanan atau minuman karena langsung
mengenai akar gigi yang terdiri dari lapisan dentin. Rangsangan langsung masuk
ke pusat saraf sehingga timbul rasa nyeri pada responden. (Prijantojo, 1996)
menyebutkan terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses
atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar
yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan periodontal. Semua
proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan
tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif
dentin.
Faktor
Pendukung lainnya pada penderita gigi sensitif di Desa Gla Meunasah baro
mayoritasnya dialami oleh penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang
(63,9%), penulis berpendapat wanita lebih rentan mengalami gigi sensitif karena
kebanyakan wanita ingin tampil dengan gigi
yang bersih, sehingga lebih sering membersihkan gigi mereka yakni dengan
lebih sering menyikat gigi. Gigi yang disikat terus menerus dengan teknik yang
tidak tepat di dukung pemakain pasta gigi dengan daya abrasive tinggi dapat
menyebabkan antara lain penipisan email gigi dan resesi gingival. Hal ini turut
diperkuat oleh (Melisa, 2010) yang menyebutkan penderita gigi sensitif
banyak dialami wanita, karena menganut hidup bersih. Wanita ingin selalu tampil
dengan gigi yang bersih dan putih, sehingga sering melakukan bleaching gigi,
bahkan menggosok gigi dengan tekanan berlebih yang dapat membuat gusi mengalami
iritasi atau gusi menurun dari leher gigi. Akibatnya terjadi resesi gingival,
leher gigi berlubang, lapisan email menipis sehingga bila minum air panas,
dingin, asam, manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun terasa ngilu.
c.
Penyebab
Gigi Sensitif ditinjau dari Kebiasaan-Kebiasaan Yang Menyebabkan Gigi Sensitif
Kondisi rusaknya jaringan periodontal, menipisnya email gigi dan
resesi gingiva pada 36 responden yang
mangalami gigi sensitif dapat disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan
responden yang menyebabkan gigi menjadi
sensitif. (Ramadhan, 2010) menyebutkan penyebab dan kebiasaan yang
mengakibatkan gigi menjadi sensitif yakni a) penggunaan sikat gigi yang telah
rusak (bulu sikatnya telah rusak), (b) memberikan tekanan besar atau berlebih
saat menyikat gigi, (c) membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang
keras, (d) penggunaan pasta gigi pemutih, (e) penggunaan obat kumur (mouthwash)
yang berlebihan, (f) bruxsim, (g) menggigit/ mengunyah makanan atau benda
keras, (h) konsumsi makanan mengandung asam.
Wawancara mengenai
kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif terhadap responden yang mengalami gigi
sensitif (tabel 7) menunjukkan bahwa penyebab terbesar responden mengalami gigi
sensitive adalah kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat
menyikat gigi. Kebiasaan ini dilakukan oleh hampir seluruh responden yang
mengalami gigi sensitif yakni sebanyak 35 orang (97,2%). Penulis berasumsi
responden yang menyikat gigi dengan tekanan
keras atau berlebih menyebabkan penipisan email atau resesi gingival
pada responden sehingga berakibat gigi menjadi sensitif. Kebiasaan menggosok
gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi
menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva),
leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila
minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa sangat ngilu. Asumsi ini
diperkuat oleh (Aryadi, 2010) yang menyebutkan kebiasaan menggosok gigi dengan
tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari
leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi
berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum
air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa
ngilu.
Penyebab gigi sensitif lainnya adalah kebiasaan konsumsi
makanan mengandung asam yang dilakukan sebesar 22 responden (61,1%), konsumsi
asam yang berlebihan dapat mengakibatkan penipisan email gigi (Schuurs,1993)
menyebutkan keausan karena penyikatan gigi mendukung proses
erosi. Keausan meningkat karena asam melunakkan email akibatnya sering terlihat
kerusakan dan keausan pada bagian servikal gigi, merupakan akibat kombinasi
asam dan penyikatan gigi. Selanjutnya menggigit atau mengunyah benda atau
makanan keras yang dilakukan 21 (58,3%) Kebiasaan mengunyah makanan atau benda-benda
yang keras dapat merusak gigi. Kebiasaan ini bisa membuat permukaan kunyah gigi
menjadi terkikis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi. Hal ini
dapat berdampak gigi menjadi linu-linu atau ngilu yang merupakan indikasi gigi
sensitif (Ramadhan, 2010).
Penyebab lain gigi sensitif yaitu penggunaan sikat gigi
yang bulu sikatnya telah rusak , ini dilakukan oleh 18 orang (50%) responden
yang mengalami gigi sensitif. Bulu sikat yang telah rusak dapat menyebab
pengikisan email gigi serta resesi gingival, bulu sikat yang rusak dapat
mengiritasi gusi sehingga mengakibatkan penurunan gusi, keadaan ini akan
membuat gigi menjadi sensitif terhadap berbagai rangsangan. Asumsi ini diperkuat
oleh (Schuurs,1993) yang menyebutkan suatu sikat dengan kekerasan sedang mengakibatkan abrasi 1,4 kali lebih
kuat daripada yang lunak, konon lagi pemakaian sikat gigi yang bulu sikatnya
telah rusak.
Kebiasaan penyebab gigi sensitif yang dilakukan responden juga
memperlihatkan (tabel 7), terdapat 11 responden (30,6%) yang menggunakan obat kumur (mouthwash) yang berlebihan, responden
mengaku obat kumur digunakan setiap kali sehabis menyikat gigi. (Abidin,2010)
menyebutkan beberapa obat kumur mengandung asam yang dapat membuat gigi yang
sebelumnya sensitif menjadi semakin buruk.
Selanjutnya 6 responden (16,7%) dengan gigi sensitif juga menggunakan
pasta gigi pemutih,
Pasta gigi pemutih berfungsi untuk menghilangkan noda yang ada di permukaan
gigi saja, misalnya akibat rokok, teh, atau kopi. Pasta gigi ini biasanya
bersifat abrasif yakni dapat mengikis permukaan email gigi, dan menakibatkan
gigi menjadi sensitif (Ramadhan,
2010).
Hasil wawancara terhadap responden
juga ditemukan, masih terdapat masyarakat Desa Gla Meunasah Baro yang
membersihkan giginya menggunakan alat selain sikat gigi, yakni sebanyak 3 responden (30,6%) membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang keras yakni
menggunakan serabut kelapa, serabut kayu-kayuan, dan arang, hal ini tentu sangat
mempengaruhi terjadinya gigi sensitif bila ditinjau dari teori. Untuk kebiasaan bruxsim, hanya 1 orang
responden bergigi sensitif yan memiliki kebiasaan ini.
d.
Perencanaan
Penanggulangan Kasus
a.
Promotif
Petugas
kesehatan harus memberikan penyuluhan pada penderita gigi sensitif untuk
mencegah, serta menanggulangi kejadian gigi sensitif. Jenis penyuluhan yang
diberikan sebagai berikut:
a. Penyuluhan
tentang kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif
b. Penyuluhan
tentang cara menyikat gigi dengan baik dan benar
c. Penyuluhan
tentang karang gigi
d. Penyuluhan
tentang makanan yang baik dan buruk untuk kesehatan gigi.
e. Penyuluhan
tentang cara merawat gigi yang sensitif
b.
Preventif
Tindakan preventif atau
tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya gigi sensitif:
1. Mengurangi
tekanan berlebih saat menggosok gigi, dan memakai sikat gigi dengan jenis bulu
sikat yang tidak keras dan menggosok gigi dengan cara yang benar
2. Menyikat
gigi tiga kali sehari dengan baik dan benar ( sesudah makan pagi, sesudah makan
siang, dan sebelum tidur malam).
3. Periksakan gigi ke dokter gigi apabila nyeri pada gigi
tidak berlangsung hilang, mungkin saja gigi memerlukan tindakan perawatan lebih
lanjut dari dokter gigi seperti penambalan. (Sallika, 2010).
e.
Kuratif
3. Perawatan
oleh Petugas Kesehatan Gigi
- Perawatan
topical fluoride untuk menguatkan dentin dan email yang masih ada.
- Aplikasi
bonding agent. Bonding agent merupakan suatu bahan untuk merekatkan bahab
tambal resin komposit dengan gigi. Bahan ini diaplikasikan pada dentin yang
terbuka sehingga tubulus-tubulus dentin bisa tertutup (Ramadhan, 2010)
4.Perawatan
dirumah
- Gunakan
sikat gigi dengan bulu yang sangat lembut dan pasta gigi yang mengandung bahan
abrasive ringan
-
Sikat gigi dengan cara
yang benar
-
Gunakan pasta gigi
khusus untuk gigi sensitif
-
Gunakan pasta gigi
dengan konsentrasi fluoride tinggi (Ramadhan, 2010).
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peyebab terbesar masyarakat Desa Gla Meunasah Baro mengalami gigi sensitive adalah karena
memiliki kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat
gigi yang dilakukan sebanyak 35 orang (97,2%).
2. Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro memiliki status periodontal tidak
sehat, dari 36 responden yang mengalami gigi sensitif hanya 9 responden yang
memiliki status periodontal sehat.
3. Masyarakat
Desa Gla Meunasah Baro yang mengalami gigi sensitif 18 orang (50%) diantaranya
mengalami penipisan email gigi.
4. Masyarakat
Desa Gla Meunasah Baro yang mengalami gigi sensitif sebanyak
24 orang (66,7%) juga mengalami
resesi gingiva.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan sebagai berikut:
1.
Bagi responden untuk
dapat menyikat gigi dengan cara benar, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, serta lakukan pemeriksaan dan
perawatan gigi sensitif pada petugas kesehatan gigi
2. Bagi
petugas kesehatan gigi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat
yang mengalami gigi sensitif agar mampu menjaga dan memelihara kesehatan gigi
dan mulutnya.
3. Agar
lebih baik lagi dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor penyebab
terjadinya gigi sensitif.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Trimurni. 2010. Bahan Konferensi Pers yang diadakan oleh Pepsodent
Adinawan, Cholik, 2002. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Ahmad, Suriadi. 2010. Mekanisme Terjadi Gigi
Sensitif. http://ahmad.wordpress.com/page2/list=1.
Aryadi. 2010. Faktor penyebab gigi sensitif. http://aryadi.info/faktor-penyebab-gigi-sensitif.html
Be, Kien Nio, 1995. Preventive Dentisry, Jakarta: EGC
Cohen,
dan Hargreaves, 2010. Bruxsim Salah Satu
Penyebab Gigi Sensitif. http://www.Formspring.me/sipoput.
Dalimunthe, Saidina
Hamzah, dkk, 2005. Peridontologi, Universitas Sumatera Utara. Medan
Depkes RI, 1996, oral
diagnostic, pusat pendidikan dan tenaga kesehatan. Jakarta.
, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No. 36
Tentang Kesehatan
Fedi, Peter F. Dkk. 2004. Silabus periodonti, Jakarta: EGC
Herijulianti, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta.
Itjingningsih W.H., NY. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Marhamah,
2010, pencegahan dan Pengobatan gigi
sensitif. http://doktersehat.com.
Maria, Melisa. 2010. Sensodyne Expert Sharing Tanya Pepsodent. http:
Kesehatan Kompas.com.
Mozartha, Martha. 2010, http://klikdokter.com/healthnewstopics/read
/2010/05/21/150310/kesehatan-gigi-dan-mulut-pada-penderita-diabetes-mellitus
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta
Pratiwi, donna, 2007, Gigi Sehat. Kompas. Jakarta.
Prayitno, 1993. Periodontologi
Klinik, Jakarta: Universitas Indonesia
Prijantijo, 1996, Makalah Hipersensitivitas Dentin. http://setengahbaya.info
Ramadhan,
Ardyan Gilang, 2010. Serba-Serbi
Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: bukune
Rima,
todjakusuma, 2009. Mengunyah Saat Tidur
Penyebab Gigi Sensitive. http://kesehatankompas.com
Sallika, 2010. Ilmu Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta: Gazza Media
Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi-geligi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Thomson, Hamish, 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
Yanti, hola, 2010. Penyebab terjadinya gigi sensititif. http://wordpress.com
Zazimario,2009.
Gigi dan Penyakit Periodontal.
http:prestasipustakaraya.com
0 komentar:
Posting Komentar