Minggu, 17 Februari 2013

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA GIGI SENSITIF PADA MASYARAKAT DESA GLA MEUNASAH BARO KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
           Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis, dan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009).
           Peningkatan kesehatan gigi merupakan salah satu tujuan terwujud derajat kesehatan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting, maka penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan, hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut yang masih diderita oleh 90% penduduknya. (Antasari, 2005).
Gigi sensitif merupakan istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya dentine hypersensitive, yaitu terbukanya dentin akibat menipisnya lapisan email. Penderita gigi sensitif akan mengalami rasa rasa sakit yang berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan tersebut antara lain taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Rasa ngilu pada gigi sensitif dapat dipicu berbagai faktor penyebab, seperti menggosok gigi terlalu keras, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman dengan suhu ekstrem, serta sering mengonsumsi makanan yang terlalu asam atau manis. Walaupun rasa sakit yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika tidak dirawat. Rasa sakit yang terjadi pada hipersensitif dentin akan mempengaruhi kenyamanan dan fungsi rongga mulut dan bila tidak dirawat maka akan menimbulkan defisiensi nutrisi pada penderita. (Yuniarti, 2011).
      Gigi sensitif secara tidak langsung akan menimbulkan masalah lain, seperti terganggunya pembersihan gigi dan mulut sehingga kebersihan mulut kurang sempurna yang akhirnya akan menyebabkan kelainan periodontal, serta menimbulkan defisiensi nutrisi pada penderita. Untuk mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut maka gigi sensitif perlu dirawat maka penting melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab gigi sensitif ini sehingga dapat mencegah keparahan gigi sensitif yang lebih lanjut (Prijantijo, 1996).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan lembaga independen AC Nielsen terhadap kesehatan gigi masyarakat Indonesia pada 2010 ini, tercatat sekitar 50 % penduduk Indonesia mengalami masalah gigi ngilu yang merupakan indikasi gigi sensitif. Data tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia belum paham tentang masalah gigi sensitif. Biasanya mereka hanya membiarkan tanpa penanganan serius karena dianggap masalah yang wajar dan hanya terjadi musiman. Data menyebutkan, 50 % penderita tidak menyadarinya tanpa berkonsultasi ke dokter gigi, bahkan 50 % penderita tetap tidak tertangani untuk problem ini.(Maria,2010).
          Data terbaru Departemen Kesehatan RI dari hasil riset kesehatan dasar prevalensi penduduk Indonesia yang pernah mengalami gigi sensitif sebanyak 20% , yang mengalami gigi berlubang (karies) sebanyak 62,1 % dan sebanyak 36,5 % di antaranya karies aktif yang belum dirawat (Riskesdas, 2007). Data WHO juga menyebutkan bahwa 50 persen penduduk Indonesia mengalami masalah gigi sensitif bahkan tanpa mereka sadari kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan gangguan produktivitas sehari-hari (Yanti, 2010).
Berdasarkan hasil program penyuluhan Puskesmas Krueng Barona Jaya di Desa Gla Meunasah Baro, diperoleh dari 43 orang yang mengikuti penyuluhan 18 diantaranya mengalami gigi sensitif. Masyarakat mengeluh giginya terasa ngilu pada saat mengkonsumsi makanan dan minuman yang dingin, juga pada saat makan makanan yang manis dan asam. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa hampir 41 % masyarakat yang mengikuti penyuluhan mengalami gigi sensitif.
Dari pemeriksaan yang dilakukan peneliti pada 86 warga desa gla meunasah baro keucamatan krueng barona jaya aceh besar tahun 2012, didapatkan data warga yang mengalami gigi sensitif sebanyak 36 orang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Sensitive Pada Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Tahun 2012”.

B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mengetahui faktor- faktor penyebab gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012.
2.   Tujuan Khusus
a.       Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari status periodontal pada masyarakat di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
b.      Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari adanya penipisan email gigi pada masyarakat di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
c.       Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari adanya resesi gingiva pada masyarakat di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
d.      Mengetahui kejadian gigi sensitif ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif pada masyarakat di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012.

C.      Manfaat Penelitian           
1.      Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan,wawasan dan pengalaman  dibidang kesehatan gigi dan mulut, khususnya mengenai gigi sensitif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.        Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai kejadian gigi sensitif bila ditinjau dari faktor-faktor penyebab, sehingga dapat meningkatkan kesadaran diri dan senantiasa memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.

                                        

BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA

A. Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting, maka penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut (Antasari, 2005).
1.   Struktur Gigi Secara Mikroskopis
            Struktur atau susunan dari tiap gigi manusia terdiri 4 jaringan yaitu:



1.      Email
Email adalah jaringan yang paling keras, paling kuat, oleh karena itu ia merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan-rangsangan pada waktu pengunyahan.  Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggatikan bagian-bagian yang rusak, jadi bila email rusak ia harus ditambal (Itjiningsih, 1991).
2.       Dentin
Dentin merupakan lapisan kedua dari gigi terdapat pd mahkota dan akar sifatnya keras dan elastis warna agak kekuning-kuningan. Merupakan bagian yg terbanyak dari gigi. Bila rusak mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali. Dentin sangat sensitive terhadap berbagai rangsangan (termis, khemis, dan mekanis) bila gigi kehilangan lapisan email (Itjiningsih, 1991).
3.      Pulpa
Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun (Mozartha, 2010).
4.      Semen/ sementum
Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari periodontium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Jaringan sementum tidak mengalami resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi yakni makin tua umur makin tebal lapisan semen, pembentukan semen ini berjalan dari arah selaput periodontal sebagai lapisan (Itjiningsih, 1991).

A.    Gigi Sensitif
1.      Pengertian Gigi Sensitif
  Gigi sensitif atau hypersensitive tooth adalah gigi yang bereaksi lebih dari normal terhadap stimulus seperti panas, dingin, manis dan sebagainya (Harty, 1995). Dengan kata lain gigi sensitif merupakan istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya dentine hipersensitif. Dentin hipersensitif adalah rasa ngilu yang terjadi pada dentin/akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan dan luar seperti, panas, dingin,  serta asam, khususnya di daerah yang kehilangan lapisan periodontal. Dentin hipersensitif dihubungkan dengan adanya abrasi ketika menggosok gigi, penyakit periodontal, erosi dari makanan atau asam lambung dan mungkin meningkatnya scalling dan resesi gusi. Hal ini terjadi karena kurangnya perlindungan dentin oleh sementum. Apabila dilihat dari scanning electron atau microskop, permukaan dentin hipersensitif  terlihat banyak tubulus dentin yang terbuka, fraktur, dan permukaannya sangat halus (Cohen dan Hargreaves, 2006).
            Gigi terdiri dari lapisan-lapisan, dimana struktur gigi terluar adalah yang paling keras, disebut email. Email bisa keras karena tersusun oleh kristal hidroksi apatit. Di bawah email terdapat dentin yang terdiri dari tubuli atau pori, dan jauh lebih lunak daripada email. Dentin berbatasan dengan ruang pulpa yang berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada yang terletak di ujung tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di ujung tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan ini contohnya rangsangan thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin. (Ahmad, 2010)
            Dentin mempunyai saluran-saluran sangat kecil yang langsung berhubungan dengan saraf gigi. Ketika email sebagai lapisan pelindung itu hilang, rangsangan makanan dan minuman akan langsung mengenai dentin dan diteruskan ke saraf gigi sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri yang berkaitan dengan sensitivitas terjadi dalam saraf gigi, rasa nyeri sensitif tidak selamanya tetap, ada yang sementara dan ada sementara namun berkala.  Biasanya rasa ngilu yang timbul terasa sangat tajam, singkat dan seringkali tidak terdiagnosis bahkan terabaikan. (Yanti, 2010).

Penderita gigi sensitif dapat mengalami rasa tidak nyaman dalam jangka waktu tertentu khususnya ketika mengonsumsi makanan atau minuman dingin atau panas, bahkan ketika berada di tempat yang dingin dan udara dingin berinteraksi dengan gigi. Beberapa penderita juga mengalami ngilu ketika mengonsumsi makanan manis atau asam. dentin hypersensitive muncul sebagai masalah yang umum, menurut beberapa laporan, dan menunjukkan bahwa secara umum hal ini terjadi pada 4 sampai 74% masyarakat (di seluruh dunia). Banyak orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini dapat timbul kapan saja. Namun kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara 20-50 tahun, meskipun kasus ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja dan usia lanjut. Keluhan gigi sensitif juga lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Kerap mengonsumsi minuman bersoda, makan dan minum panas dingin dalam waktu hampir bersamaan dapat memicu terjadinya rasa ngilu pada gigi yang lazim disebut gigi sensitif (Abidin, 2010).
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin pada pasien hipersensitif dentin lebih besar dan banyak dibandingkan pada pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif dentin. Saat ini, sekitar 30 % penduduk dunia mengalami hipersensitif dentin (Brannström dan Astrom, 1973 cit. Prijantojo, 1996)
Menipisnya email gigi bisa disebabkan oleh beberapa hal di antaranya faktor genetik, ada beberapa orang yang dilahirkan dengan ketebalan lapisan emailnya tidak nomal seperti lainnya karena tipis rangsangan yang seharusnya masih dapat ditahan oleh email sampai juga ke dentin, sebab lainnya karena gigi sering melakukan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan lapisan email terkikis dan menipis, misalnya menggigit pulpen atau perokok sering ditemukan gigi yang sudah aus sebelum waktunya dan akibatnya rangsangan datang sampai ke dentin (Ardyan, 2010).
Penderita gigi sensitif banyak dialami wanita, karena menganut hidup bersih. Wanita ingin selalu tampil dengan gigi yang bersih dan putih, sehingga sering melakukan bleaching gigi, bahkan menggosok gigi dengan tekanan berlebih yang dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi. Akibatnya terjadi resesi gingival, leher gigi berlubang, lapisan email menipis sehingga bila minum air panas, dingin, asam, manis atau bahkan tersdentuh bulu sikat gigi pun terasa ngilu (Melisa, 2010).
 Selain itu Kebiasaan mengunyah yang salah serta beban kunyah yang tidak seimbang juga mengakibatkan email menjadi menipis dapat memicu timbulnya keluhan gigi sensitif. Gigi sensitif tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan.  Gigi sensitif juga berefek buruk secara psikis (Abidin, 2010).

1.    Etiologi Terjadinya Gigi Sensitif
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan teori hidrodinamik yang dikemukakan oleh Brannström. Berbagai teori telah dibuat untuk menjelaskan mengenai etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin, antara lain teori transducer, teori modulasi, teori gate control dan vibration dan teori hidrodinamik. Namun, sampai saat ini hanya teori hidrodinamik yang paling sering dipakai untuk menjelaskan etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin (Gambar 3 dan 4).
Teori hidrodinamik mulai dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Brannström dan tahun 1989 teori ini diterima dan dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin. Teori ini menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit. Rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka dapat berupa taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Namun, dingin merupakan rangsangan yang paling sering menyebabkan hipersensitif dentin. Pergerakan cairan tubulus dentin dipengaruhi oleh konfigurasi tubulus, diameter tubulus dan jumlah tubulus yang terbuka ( Prijantojo, 1996).
Gambar 3. (A) Tubulus dentin yang tertutup dan (B) Tubulus dentin yang terbuka (Walters PA. J Contemp Dent Pract Mei 2005; (6)2: 108).
 Gambar 4. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin (Strassler HE, Drisko CL, Alexander DC. http://www.insidedentalassisting.com 17 Juli 2012).
Gambar 5. Gambar ilustrasi mekanisme teori hidrodinamik yang diawali oleh adanya rangsangan terhadap syaraf intradental dan akhirnya menimbulkan rasa sakit (Orchardson R and Gillam DG. J Am Dent Assoc 2006; 137: 991).

Dentin merupakan lapisan sensitif yang menutupi struktur jaringan pulpa dan memiliki hubungan fungsional dengan jaringan pulpa. Dentin terdiri dari ribuan struktur tubulus mikroskopis yang menghubungkan dentin dengan jaringan pulpa. Diameter tubulus dentin sekitar 0,5-2 mikron. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin pada pasien hipersensitif dentin lebih besar dan banyak dibandingkan pada pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel
akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin ( Prijantojo, 1996). .
Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab terkikisnya lapisan enamel antara lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi. Bentuk-bentuk kerusakan gigi tersebut memiliki gambaran klinis dan etiologi yang berbeda-beda. Erosi adalah kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri ( Prijantojo, 1996).

1.      Penyebab terjadinya gigi sensitif
Gigi sensitif bisa disebabkan banyak hal, sehingga pengobatannya akan berbeda-beda antar pasien. Umumnya gigi sensitif disebabkan oleh email gigi yang terbuka, sehingga dentin (lapisan gigi setelah email) terbuka. Normalnya lapisan dentin tertutupi oleh email dan gusi. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan lapisan email dan gusi ini hilang sehingga mengakibatkan terbukanya dentin.  Di antaranya:
a.Kerusakan jaringan periodontal
Akar gigi berisi ribuan tabung kecil yang mengarah ke pusat saraf gigi. Biasanya akar gigi ditutup dan dilindungi oleh jaringan gusi. Tapi jika  memiliki penyakit periodontal, gusi dapat mulai menjauh dari gigi, menjadikan akar yang ultra-sensitif tersebut terbuka. Akibatnya bila terkena rangsangan suhu, manis asam gigi dapat menjadi ngilu (Aryadi, 2010). Penyakit periodontal adalah proses patologis yang mengenai jaringan periodontal sebagian besar penyakit periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri, kalkulus, impaksi makanan, abrasi karena penyikatan gigi, daya kunyah yang berlebihan dan masi banyak factor lainnya (fedi, dkk., 2004).
Penyakit periodontal adalah penyakit yang menyerang jaringan periodontal yang disebabkan penumpukan plak pada daerah tersebut. Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan gusi, serat pelekat dan tulang disekitar gigi ( Zazimario, 2009).
Gejala-gejala umum penyakit periodontal adalah sebagai berikut :
a.          Gusi merah
b.         Radang gusi
c.          Gusi bengkak
d.         Pendarahan gusi
e.          Gusi menarik diri dari gigi
f.          Kehilangan gigi
g.         Gigi sensitif
h.         Halitosis dan rasa tidak enak
i.           Rasa sakit sewaktu makan, menyikat gigi dan menguyah
j.           Gusi dapat menjadi longgar
k.         Perubahan gigitan
l.           Pemasangan prosthodonsi yang buruk
m.       Nyeri (Melisa, 2012).

b.Memberikan Tekanan Besar atau Berlebih Pada Saat Menggosok Gigi
            Dari hasil penelitian para ahli di USA, sebanyak 50-90%, penderita memberikan tekanan besar/berlebih pada saat menggosok gigi. Kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa ngilu (Aryadi, 2010).
Gambar 6. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut memiliki kecenderungan menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada gingiva dan semento-enamel yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi pada permukaan prominensia akar gigi (tanda panah).

Kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa sangat ngilu (Ardyan, 2010).
a.      Penggunaan Pasta Gigi Pemutih
Pasta gigi pemutih hanya bisa menghilangkan noda yang ada di permukaan gigi saja, misalnya akibat rokok, the, atau kopi. Pasta gigi ini biasanya bersifat abrasif yakni dapat mengikis permukaan email gigi, dan menakibatkan gigi menjadi sensitif (Ramadhan, 2010).
b.      Membersihkan Gigi Menggunakan Alat Yang Keras
Sikat gigi tidak merusak jaringan keras gigi, bila menyikatnya tanpa pasta gigi.  Sikat gigi dengan serabut-serabut alami dan serabut-serabut nilon tidak jauh berbeda dalam mempengaruhi keausan gigi, meskipun kekuatan serabut penting. Suatu sikat dengan kekerasan sedang mengakibatkan abrasi 1,4 kali lebih kuat daripada yang lunak, konon lagi pemakaian serabut-serabut alami seperti serabut kelapa, atau serabut kayu-kayuan pada proses pembersihan gigi. Sikat gigi listrik bekerja kurang abrasive dibandingkan sikat gigi biasa. Sikat gigi yang telah lama dipakai lebih banyak merusak gingiva, karena terbelahnya serabut-serabut tidak sejajar lagi. Abrasi ini dapat menyebabkan gigi hipersensitif terhadap suhu (schuurs,1993).
c.       Kebiasaan Bruxism (Menggesek-Gesekan Gigi)
Bruxism merupakan kebiasaan grinding (menggesek-gesekan gigi) ataupun clenching (mengatupkan rahang atas dan bawah kuat-kuat). Biasanya dilakukan secara tidak sadar ketika seseorang berada dalam situasi yang membuatnya merasa stres atau cemas, bahkan dapat pula dilakukan ketika sedang tidur. Kebiasaan bruxism yang parah dapat membuat email di permukaan kunyah gigi menjadi menipis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi dan merusak tambalan gigi yang ada. Akibatnya gigi-gigi akan terasa linu ketika.
 Gambar 7. Wanita 42 tahun dengan kebiasaan bruksism, tampak adanya atrisi yang sedang sampai yang parah.
makan atau minum. Kondisi ini biasanya terjadi pada lebih dari satu gigi. Selain berpengaruh ke gigi, bruxism juga dapat menimbulkan gangguan pada sendi rahang, sakit kepala ketika bangun pagi, dan rasa sakit pada daerah wajah yang tidak jelas penyebabnya. Penderita bruxism disebut bruxers (Ramadhan, 2010).
a.      Menggigit Benda Keras
Kebiasaan mengunyah makanan atau benda-benda yang keras dapat merusak gigi. Kebiasaan ini bisa membuat permukaan kunyah gigi menjadi terkikis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi. Hal ini dapat berdampak gigi menjadi linu-linu atau ngilu yang merupakan indikasi gigi sensitif (Ramadhan, 2010).
b.      Konsumsi Makanan Dan Minuman Mengandung Asam Terus Menerus
Sejumlah peneliti menegaskan buah-buahan sitrus (kadar pH antara 2,0 dan 3,8) , minuman dengan kandungan asam arang (cola/minuman berkarbonasi) memiliki hubungan erat terhadap pengikisan email, dan erosi gigi. Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung asam yaitu buah-buahan terutama buah jeruk; minuman bersoda yang mengandung asam karbonat dan asam sitrat; saus salad; teh herbal; dan alkohol (Gambar 8).  Bahan-bahan dengan pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi (enamel dan dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan aktivitas bakteri, yang disebut erosi (Gambar 9).  Lingkungan rongga mulut yang asam juga akan menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak lagi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sensitivitas gigi.
Gambar 8 .(A). Contoh makanan yang mengandung asam, (B). Erosi pada gigi akibat sering mengkonsumsi minuman yang asam.

Agak ironis bahwa sari buah-buahan sehat yang kadang-kadang dibubuhi vitamin C, sebagai pengganti minuman segar ternyata mengandung gula kariogenik yang membantu proses terjadinya erosi (keausan) gigi. Keausan karena penyikatan gigi mendukung proses erosi. Keausan meningkat karena asam melunakkan email akibatnya sering terlihat kerusakan dan keausan pada bagian servikal gigi, merupakan akibat kombinasi asam dan penyikatan gigi (Schuurs,1993).
a.      Menggunakan Mouthwash (Obat Kumur) Terlalu Sering
Terlalu sering memakai obat kumur sepanjang hari, dapat  berakibat rentan mengalami gigi sensitif. Hal ini disebabkan beberapa obat kumur mengandung asam yang dapat membuat gigi yang sebelumnya sensitif menjadi semakin buruk. Penderita gigi sensitif dapat mengalami rasa tidak nyaman dalam jangka waktu tertentu khususnya ketika mengonsumsi makanan atau minuman dingin atau panas, bahkan ketika berada di tempat yang dingin dan udara dingin berinteraksi dengan gigi. Beberapa penderita juga mengalami ngilu ketika mengonsumsi makanan manis atau asam. dentin hypersensitive muncul sebagai masalah yang umum, menurut beberapa laporan, dan menunjukkan bahwa secara umum hal ini terjadi pada 4 sampai 74% masyarakat (di seluruh dunia). Banyak orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini dapat timbul kapan saja. Namun kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara 20-40 tahun, meskipun kasus ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja dan usia lanjut. Keluhan gigi sensitif juga lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Kerap mengonsumsi minuman bersoda, makan dan minum panas dingin dalam waktu hampir bersamaan dapat memicu terjadinya rasa ngilu pada gigi yang lazim disebut gigi sensitif.  Selain itu Kebiasaan mengunyah yang salah serta beban kunyah yang tidak seimbang juga dapat memicu timbulnya keluhan gigi sensitive. sensitif tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan. Gigi sensitif juga berefek buruk secara psikis (Abidin, 2010).
1.      Akibat/ Efek dari Gigi Sensitif
Jika diabaikan, gigi sensitif ini bisa menyebabkan peradangan jaringan pulpa (jaringan syaraf dan pembuluh darah di dalam gigi) sehingga terjadi sakit berkepanjangan, sampai pada kematian gigi. Gigi sensitif juga bisa menyebabkan masuknya bakteri ke leher gigi yang terbuka, dan akhirnya dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti ginjal dan jantung, (Abidin, 2010).
2.       Pencegahan Dan Perwatan Gigi Sensitif
a.      Pengobatan Gigi Sensitif.
Mencegah itu lebih baik daripada mengobati begitulah pepatah mengatakan, jadi untuk mencegah terjadi gigi sensitif, kuncinya adalah mengurangi tekanan berlebih saat menggosok gigi, memakai sikat gigi dengan jenis bulu sikat yang tidak keras dan menggosok gigi dengan cara yang benar. Menggunakan pasta gigi yang khusus untuk gigi sensitif, periksakan gigi ke dokter gigi apabila nyeri pada gigi tidak berlangsung hilang, mungkin saja gigi memerlukan tindakan perawatan lebih lanjut dari dokter gigi seperti penambalan, dan usahakan jangan minum/makan panas dan dingin dalam waktu bersamaan (Sallika, 2010).
b.         Pengobatan Gigi Sensitif.
Pengobatan gigi sensitif, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Penderita gigi sensitif harus menghilangkan kebiasaan buruk menggosok gigi dengan tekanan berlebih, menggosok gigi dengan cara dan waktu yang tepat, memakai jenis bulu sikat gigi yang lunak atau soft tidak, menggunakan bulu sikat yang sudah rusak. Selain itu, penderita diharapkan menggunakan pasta gigi yang mengandung zat strontium chloride, potassium nitrate, fluoride atau berkumur-kumur dengan obat kumur yang mengandung zat-zat di atas. Menurut para peneliti, zat ini mampu membentuk ikatan kristalisasi serta menutupi porus-porus pada permukaan mahkota gigi yang mengandung banyak pembuluh syaraf (tubuli dentin), menutupi permukaan akar gigi yang terbuka, sehingga dapat menghilangkan keluhan-keluhan gigi sensitif. Penderita gigi sensitif, juga bisa berkumur-kumur dengan teh tanpa gula. Menurut Marhamah, teh tanpa gula atau ampas teh, mengandung fluoride yang bisa menguatkan gigi. Selain merawat gigi, gusi, juga perlu perawatan. Caranya dengan berkumur menggunakan air rebusan daun sirih (Marhamah, 2010).
Gigi sensitif akibat email yang menipis atau karena resesi gingival, maka ada berbagai metode yang dapat dilakukan:
1.      Perawatan oleh Petugas Kesehatan Gigi
-    Perawatan topical fluoride untuk menguatkan dentin dan email yang masih ada.
-    Aplikasi bonding agent. Bonding agent merupakan suatu bahan untuk merekatkan bahab tambal resin komposit dengan gigi. Bahan ini diaplikasikan pada dentin yang terbuka sehingga tubulus-tubulus dentin bias tertutup (Ramadhan, 2010)
2.Perawatan dirumah
-    Gunakan sikat gigi dengan bulu yang sangat lembut dan pasta gigi yang mengandung bahan abrasive ringan
-    Sikat gigi dengan cara yang benar
-    Gunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitive
-    Gunakan pasta gigi dengan konsentrasi fluoride tinggi (Ramadhan, 2010).

A.       Indeks Periodontal Komunitas
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Jika salah satu gigi molar dari gigi index tidak ada, tidak perlu dilakukan penggantian gigi tersebut.
2. Jika dalam sektan tidak terdapat  gigi index, semua gigi dalam sektan diperiksa dan dinilai, (diambil yang memiliki keadaan atau kondisi yang terparah dan mempunyai skor tertinggi disektan tersebut).
3. Untuk usia ≤ dari 19 tahun tidak perlu dilakukan pemeriksaan gigi molar kedua.
4. Untuk usia ≤ 15 tahun, pencatatan dilakukan bila ada pendarahan dan karang gigi saja tidak poket.
5. Bila tidak ada gigi index, gigi pengganti diberi nilai X.
Tata cara pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan jaringan periodontal yaitu gigi diraba dengan sonde untuk  mengetahui agar dapat terlihat :
            a. Pendarahan
            b. Karang gigi
            c. Kedalaman poket antara 4-5 mm dan 6 mm atau lebih
d. Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan periodontal
e. Menentukan relasi skor tertinggi dalam kategori kebutuhan perawatan.
Tekanan yang diberikan pada daerah proximal saku gusi besarnya tidak melebihi 25 gram. Cara untuk mengetahui adalah bila ujung sonde yang berbentuk bola ditekankan pada kulit ibu jari tangan, tidak menimbulkan rasa sakit, rasa tidak enak, atau tidak menyenangkan. Perabaan dengan ujung sonde probe mengikuti konfigurasi anatomi akar gigi dari distal ke mesial pada permukaan lingual atau bukal.  
Tabel  1
Cara Pemeriksaan Jaringan Periodontal

Nilai (Skor)
Kondisi Jaringan Periodontal
0
Periodontal sehat, tidak ada pendarahan, karang gigi dan poket
1
Ada pendarahan spontan atau selang beberapa saat diperiksa dengan sonde
2
Terasa ada kalkulus sub/supra gigingiva, daerah hitam pada sonde terlihat seluruhnya
3
Poket 4-5 mm tepi gusi terletak pada daerah hitam sonde
4
Poket 6 mm atau lebih, warna hitam pada sonde tidak terlihat.




BAB III
METODELOGI PENELITIAN
                                        
A.    Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode analisis situasi yaitu menganalisis situasi terhadap peristiwa, yakni menganalisis faktor-faktor penyebab gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gla Meunasah Baro Krueng Barona Jaya Aceh Besar, dan akan dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2012.

C.       Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Gla Meunasah Baro sebanyak 827 jiwa, yang berumur 15-60 tahun sebanyak 533 orang
2.    Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dengan besar sampel 84 orang . Dimana peneliti menggunakan perhitungan besar sampel menurut pendapat (Notoadmodjo S, 2005) dengan menggunakan rumus:

D.    Instrumen Penelitian
Untuk mendukung penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah yaitu alat diagnosa set dan prob, kamera digital, Kartu pemeriksaan gigi sensitif, KSP Indeks Periodontal, serta Kuesioner  kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif.

E.        Cara Pengumpulan Data
1.    Data Primer
Keadaan gigi sampel yakni status penderita gigi sensitif, Status Indeks Periodontal, penipisan email gigi, dan keadaan resesi gingiva  di dapat dari pemeriksaan langsung. Alat ukur yang digunakan adalah alat diagnosa. Sedangkan mengenai kebiasaan-kebiasaan penyebab gigi sensitif di dapat dari wawancara menggunakan quesioner.
2.    Data Skunder
Data gambaran umum Desa Gla Menasah Baro di ambil dari Kepala Desa Gla Meunasah Baro.

F.     Pengolahan Data dan Analisa
1.      Pengolahan Data
-          Seluruh data berupa status gigi sensitif, status Periodontal, keadaan penipisan email dan resei gingiva yang masih dalam bentuk KSP kemudian dituangkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat menggambarkan data yang lebih jelas dapat dianalisa secara tepat. Sedangkan quesioner hasil wawancara akan dimasukkan dalam tabel untuk dikelompokkan penyebab-penyebab faktor gigi sensitif sehingga diperoleh data yang lebih prakstis dalam penganalisaanya.
-          Kartu status pasien diberi kode data dengan angka kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.
2.    Analisa Data
Data yang terkumpul diorganisasi, dan diklasifikasikasikan data menjadi unit-unit yang kemudian dapat dikelola. Kumpulan data yang telah diolah ini kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penenelitian.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Penelitian

1.      Gambaran Umum Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Secara geografis Desa Gla Meunasah Baro terletak di wilayah kabupaten Aceh Besar, tepat di Jalan T.Iskandar Km ± 6 Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar dengan luas tanah sebesar 80 Ha dengan batas-batas Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Meunasah Intan, Sebelah Selatan dengan Gampong Gla Deah, Sebelah Barat dengan Desa Miruk, dan Sebelah Timur dengan Kanal / Krueng Aceh

2.      Gambaran Umum Reponden
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Desa Gla Meunasah Baro Aceh Besar yaitu pada tanggal 25 sampai dengan 30 Juli 2012. Responden dalam penelitian ini adalah semua masyarakat usia 20-50 tahun yang mengalami gigi sensitif yakni sebanyak 36 jiwa.

3.      Data Umum

a.      Jenis Kelamin
Frekuensi penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Frekuensi  penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012

No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1
2
Laki-laki
Perempuan
13
23
36,1%
63,9%
Total
36
100%
Berdasarkan tabel 1 bahwa masyarakat yang mengalami gigi sensitif mayoritasnya terdiri dari pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (63,9%).

b.      Umur
Distribusi penduduk yang mengalami gigi sensitif berdasarkan umur di Desa Gla Meunasah Baro   Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
Tabel 2
Distribusi penduduk yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
                                               Tahun 2012

No
Umur
Jumlah
%
1
2
3
4
5
6
7
20 – 26 Tahun
27 – 32 Tahun
33 – 38 Tahun
39 – 44 Tahun
45 – 50 Tahun
51 – 56 Tahun
57 – 60 Tahun
7
9
2
4
9
2
3
19,4 %
25 %
5,6 %
11,1 %
25 %
5,6 %
8,3 %
Total
36
100%

Berdasarkan tabel 2  diketahui bahwa dari 36 yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 paling banyak terdiri dari penduduk umur 27-32 tahun sebanyak 9 orang (25%), dan penduduk umur 45-50 tahun juga sebanyak 9 orang (25%).

4.      Data Khusus

a.             Distribusi status periodontal masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 pada dapat dilihat pada tabel berikut ini:
                                        
Tabel 3
Distribusi  Status Periodontal Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Berdasarkan Jumlah Responden Di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012
                                                                        
Pemeriksaan Jaringan Periodontal
∑ Responden
F
Se
hat
F
Berdarah
F
Ka
rang Gigi
F
Poket Dangkal
F
Poket Dalam
F
Tidak ada gigi
F
0

1

2

3

4

X

36
100%
9
25%
11
30,6%
29
80,6%
30
83,3%
13
36,1%
8
22,2%

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa dari 36 masyarakat yang menderita gigi sensitif hanya 9 orang (25%) yang memiliki status periodontal sehat ,  selebihnya mayoritas status periodontal berada pada kondisi adanya karang gigi sebanyak 29 orang dan poket dangkal yakni sebanyak 30 orang (83,3%)
Tabel 4
Distribusi Status Periodontal Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Berdasarkan Jumlah Responden Di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012

Pemeriksaan Jaringan Periodontal
Sextan
F
Sehat
F
Berdarah
F
Karang Gigi
F
Poket Dangkal
F
Poket Dalam
F
Tidak ada gigi
F
0

1

2

3

4

X

216
100%
12
5,6%
20
9,26%
82
37,96%
61
28,24%
23
10,64%
16
7,4%

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari pemeriksaan 216 sextan pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012 ternyata status periodontal berdasarkan jumlah sextan paling banyak berada pada kondisi adanya karang gigi  sebanyak 82 sextan atau 37,96 %.

b.      Distribusi responden yang mengalami penipisan email gigi pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012  dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Distribusi kejadian Menipisnya Email Gigi Pada Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Di Desa Gla Meunasah Baro
Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012

No
Menipisnya Email Gigi
F
%
1
Ada
21
58,3 %
2
Tidak Ada
15
41,8%

Total
36
100%

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 36 masyarakat yang mengalami gigi sensitif, terdapat 21 orang (58,3%) yang mengalami penipisan lapisan email di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012

c.       Distribusi Frekuensi responden yang mengalami resesi gingiva pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012  dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Distribusi Responden Yang Mengalami Resesi Gingiva Pada Masyarakat Dengan Gigi Sensitif  Di Desa Gla Meunasah Baro
 Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
No
Resesi Gingiva
F
%
1
Ada
24
66,7 %
2
Tidak Ada
12
33,3%

Total
36
100%

Berdasarkan tabel 6 diperoleh bahwa dari 36 masyarakat yang mengalami gigi sensitif, terdapat 24 orang (66,7%) yang mengalami resesi gingiva di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012.

d.      Distribusi kejadian gigi sensitif ditinjau dari kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif pada masyarakat yang mengalami gigi sensitif di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar Tahun 2012  dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Yang Menyebabkan Gigi Sensitif Pada Masyarakat Yang Mengalami Gigi Sensitif Di Desa Gla Meunasah Baro Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar
Tahun 2012
No
Penyebab
Kriteria
Total
Ada
Tidak Ada
F
%
F
%
F
%
3
Penggunaan sikat gigi yang telah rusak (bulu sikat yang telah rusak)
18
50%
18
50%
36
100%
4
Memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat gigi
35
97,2%
1
2,8%
36
100%
5
Membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang keras (serabut kelapa, serabut kayu-kayuan, arang, kain kasar)
3
8,3%
33
91,7%
36
100%
6
Penggunaan pasta gigi pemutih (berfungsi untuk memutihkan gigi
6
16,7%
30
83,3%
36
100%
7
Penggunaan obat kumur (mouthwash) yang berlebihan (sering)
11
30,6%
25
69,4%
36
100%
8
Bruxsim (kebiasaan menggesek-gesekkan gigi
1
2,8%
35
97,2%
36
100%
9
Menggigit atau mengunyah makanan atau benda keras
21
58,3%
15
41,7%
36
100%
10
Konsumsi makanan yang mengandung asam terus menerus
22
61,1%
14
38,9%
36
100%


Berdasarkan tabel 7 diperoleh kebiasaan penyebab gigi sensitive yang paling banyak dilakukan oleh 36 masyarakat yang mengalami gigi sensitive yakni kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat gigi, yang dilakukan oleh 35 orang responden (97,2%). Dari tabel juga terlihat kebiasaan mengkosumsi makanan yang mengandung asam terus menerus dilakukan oleh 22 orang responden (61,1 %) dan menggigit atau mengunyah benda keras yang dilakukan sebanyak 21 orang (58,3%)

B.     Pembahasan

a.       Penyebab Gigi Sensitif Ditinjau dari Status Periodontal
            Hasil pemeriksaan terhadap 84 orang sampel umur 20-60 tahun di Desa Gla Meunasah Baro, diperoleh 36 orang yang mengalami gigi sensitif (lampiran 4), penentuan usia dilakukan karena menurut (Abidin, 2010) banyak orang menderita gigi sensitif dan keluhan ini dapat timbul kapan saja. Namun kasus ini lebih sering dijumpai pada usia antara 20-50 tahun, meskipun kasus ini juga dijumpai pada mereka yang berusia remaja dan usia lanjut
            Pemeriksaan mikroskopis pada pasien hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin pada pasien hipersensitif dentin lebih besar dan banyak dibandingkan pada pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel
akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin ( Prijantojo, 1996). .
            Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab terkikisnya lapisan enamel antara lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi. Bentuk-bentuk kerusakan gigi tersebut memiliki gambaran klinis dan etiologi yang berbeda-beda. Berdasarkan asumsi tersebut peneliti melakukan pemeriksaan status periodontal terhadap 36 orang penderita gigi sensitif di Desa Gla Meunasah baro, hasil pengolahan data status periodontal memperlihatkan bahwa hanya 9 responden yang memiliki status periodontal sehat (tabel 3). Mayoritas responden yang mengalami gigi sensitif memperlihatkan 30 responden mengalami poket dangkal (80,6%). Kemudian berdasarkan jumlah sextan, dari 216 sextan hanya 12 sextan dalam kondisi sehat selebihnya paling banyak 82 sextan  mengalami adanya karang gigi, dan 61 sextan poket dangkal. Penulis berasumsi bahwa salah satu penyebab terjadinya gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro adalah karena rusaknya jaringan periodontal, penyakit periodontal pada rongga mulut yang apabila tidak dirawat akan memperparah jaringan periodontal pada gigi. Karang gigi yang menumpuk dan mengendap dan menekan saku gusi semakin dalam sehingga membuat leher gigi menjadi terbuka berdampak gigi  menjadi rentan terhadap paparan suhu. Hal ini diperkuat oleh (Aryadi, 2010) yang menyebutkan akar gigi berisi ribuan tabung kecil yang mengarah ke pusat saraf gigi. Biasanya akar gigi ditutup dan dilindungi oleh jaringan gusi. Tapi jika memiliki penyakit periodontal, gusi dapat mulai menjauh dari gigi, menjadikan akar yang ultra-sensitif tersebut terbuka. Akibatnya bila terkena rangsangan suhu, manis asam gigi dapat menjadi ngilu.

b.      Penyebab Gigi Sensitif Ditinjau Dari Keadaan Penipisan Email Gigi dan Resesi Gingiva
            Melihat penyebab lain terjadinya gigi sensitif pada masyarakat Desa Gla Meunasah Baro, peneliti melakukan pemeriksaan ada tidaknya penipisan email gigi dan resesi gingiva pada responden yang mengalami gigi sensitif. Pemeriksaan untuk keadaan menipisnya email gigi (tabel 5) menunjukkan terdapat 21 orang (58,3%) yang mengalami penipisan email gigi, sedangkan untuk pemeriksaan keadaan resesi gingiva (tabel 6) diperoleh 24 orang (66,7%)  yang mengalami resesi gingiva.
            Keadaan menipisnya email gigi responden berdampak gigi sensitif terhadap rangsangan suhu, manis/asam, bahkan mekanis. Ketika email sebagai lapisan pelindung gigi hilang, maka setiap paparan rangsangan makanan atau minuman langsung mengenai dentin dan diteruskan ke saraf gigi sehingga menimbulkan nyeri. (Ahmad, 2010)  menyebutkan gigi terdiri dari lapisan-lapisan, dimana struktur gigi terluar adalah yang paling keras, disebut email. Email bisa keras karena tersusun oleh kristal hidroksi apatit. Di bawah email terdapat dentin yang terdiri dari tubuli atau pori, dan jauh lebih lunak daripada email. Dentin berbatasan dengan ruang pulpa yang berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada yang terletak di ujung tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di ujung tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan ini contohnya rangsangan thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin.
             Resesi gingiva memiliki keadaan yang tidak jauh berbeda dengan menipisnya email gigi, keadaan permukaan akar gigi responden yang tersingkap membuat gigi sangat sensitif bila terpapar rangsangan makanan atau minuman karena  langsung mengenai akar gigi yang terdiri dari lapisan dentin. Rangsangan langsung masuk ke pusat saraf sehingga timbul rasa nyeri pada responden. (Prijantojo, 1996) menyebutkan terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif dentin.
            Faktor Pendukung lainnya pada penderita gigi sensitif di Desa Gla Meunasah baro mayoritasnya dialami oleh penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (63,9%), penulis berpendapat wanita lebih rentan mengalami gigi sensitif karena kebanyakan wanita ingin tampil dengan gigi  yang bersih, sehingga lebih sering membersihkan gigi mereka yakni dengan lebih sering menyikat gigi. Gigi yang disikat terus menerus dengan teknik yang tidak tepat di dukung pemakain pasta gigi dengan daya abrasive tinggi dapat menyebabkan antara lain penipisan email gigi dan resesi gingival. Hal ini turut diperkuat oleh  (Melisa, 2010)  yang menyebutkan penderita gigi sensitif banyak dialami wanita, karena menganut hidup bersih. Wanita ingin selalu tampil dengan gigi yang bersih dan putih, sehingga sering melakukan bleaching gigi, bahkan menggosok gigi dengan tekanan berlebih yang dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi. Akibatnya terjadi resesi gingival, leher gigi berlubang, lapisan email menipis sehingga bila minum air panas, dingin, asam, manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun terasa ngilu.

c.          Penyebab Gigi Sensitif ditinjau dari Kebiasaan-Kebiasaan Yang Menyebabkan Gigi Sensitif
            Kondisi rusaknya jaringan periodontal, menipisnya email gigi dan resesi gingiva  pada 36 responden yang mangalami gigi sensitif dapat disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan responden  yang menyebabkan gigi menjadi sensitif. (Ramadhan, 2010) menyebutkan penyebab dan kebiasaan yang mengakibatkan gigi menjadi sensitif yakni a) penggunaan sikat gigi yang telah rusak (bulu sikatnya telah rusak), (b) memberikan tekanan besar atau berlebih saat menyikat gigi, (c) membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang keras, (d) penggunaan pasta gigi pemutih, (e) penggunaan obat kumur (mouthwash) yang berlebihan, (f) bruxsim, (g) menggigit/ mengunyah makanan atau benda keras, (h) konsumsi makanan mengandung asam.
            Wawancara mengenai kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif terhadap responden yang mengalami gigi sensitif (tabel 7) menunjukkan bahwa penyebab terbesar responden mengalami gigi sensitive adalah kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat gigi. Kebiasaan ini dilakukan oleh hampir seluruh responden yang mengalami gigi sensitif yakni sebanyak 35 orang (97,2%). Penulis berasumsi responden yang menyikat gigi dengan tekanan  keras atau berlebih menyebabkan penipisan email atau resesi gingival pada responden sehingga berakibat gigi menjadi sensitif. Kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa sangat ngilu. Asumsi ini diperkuat oleh (Aryadi, 2010) yang menyebutkan kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa ngilu.
Penyebab gigi sensitif lainnya adalah kebiasaan konsumsi makanan mengandung asam yang dilakukan sebesar 22 responden (61,1%), konsumsi asam yang berlebihan dapat mengakibatkan penipisan email gigi (Schuurs,1993) menyebutkan keausan karena penyikatan gigi mendukung proses erosi. Keausan meningkat karena asam melunakkan email akibatnya sering terlihat kerusakan dan keausan pada bagian servikal gigi, merupakan akibat kombinasi asam dan penyikatan gigi. Selanjutnya menggigit atau mengunyah benda atau makanan keras yang dilakukan 21 (58,3%) Kebiasaan mengunyah makanan atau benda-benda yang keras dapat merusak gigi. Kebiasaan ini bisa membuat permukaan kunyah gigi menjadi terkikis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi. Hal ini dapat berdampak gigi menjadi linu-linu atau ngilu yang merupakan indikasi gigi sensitif (Ramadhan, 2010).
            Penyebab lain  gigi sensitif yaitu penggunaan sikat gigi yang bulu sikatnya telah rusak , ini dilakukan oleh 18 orang (50%) responden yang mengalami gigi sensitif. Bulu sikat yang telah rusak dapat menyebab pengikisan email gigi serta resesi gingival, bulu sikat yang rusak dapat mengiritasi gusi sehingga mengakibatkan penurunan gusi, keadaan ini akan membuat gigi menjadi sensitif terhadap berbagai rangsangan. Asumsi ini diperkuat oleh (Schuurs,1993) yang menyebutkan suatu sikat dengan kekerasan sedang mengakibatkan abrasi 1,4 kali lebih kuat daripada yang lunak, konon lagi pemakaian sikat gigi yang bulu sikatnya telah rusak.
      Kebiasaan penyebab gigi sensitif yang dilakukan responden juga memperlihatkan (tabel 7), terdapat 11 responden (30,6%) yang menggunakan obat kumur (mouthwash) yang berlebihan, responden mengaku obat kumur digunakan setiap kali sehabis menyikat gigi. (Abidin,2010) menyebutkan beberapa obat kumur mengandung asam yang dapat membuat gigi yang sebelumnya sensitif menjadi semakin buruk.  Selanjutnya 6 responden (16,7%) dengan gigi sensitif juga menggunakan pasta gigi pemutih, Pasta gigi pemutih berfungsi untuk menghilangkan noda yang ada di permukaan gigi saja, misalnya akibat rokok, teh, atau kopi. Pasta gigi ini biasanya bersifat abrasif yakni dapat mengikis permukaan email gigi, dan menakibatkan gigi menjadi sensitif (Ramadhan, 2010).
 Hasil wawancara terhadap responden juga ditemukan, masih terdapat masyarakat Desa Gla Meunasah Baro yang membersihkan giginya menggunakan alat selain sikat gigi, yakni sebanyak 3 responden (30,6%) membersihkan gigi menggunakan alat atau benda yang keras yakni menggunakan serabut kelapa, serabut kayu-kayuan, dan arang, hal ini tentu sangat mempengaruhi terjadinya gigi sensitif bila ditinjau dari teori.  Untuk kebiasaan bruxsim, hanya 1 orang responden bergigi sensitif yan memiliki kebiasaan ini.
                                     
d.      Perencanaan Penanggulangan Kasus
a.      Promotif
Petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan pada penderita gigi sensitif untuk mencegah, serta menanggulangi kejadian gigi sensitif. Jenis penyuluhan yang diberikan  sebagai berikut:
a.       Penyuluhan tentang kebiasaan yang menyebabkan gigi sensitif
b.      Penyuluhan tentang cara menyikat gigi dengan baik dan benar
c.       Penyuluhan tentang karang gigi
d.      Penyuluhan tentang makanan yang baik dan buruk untuk kesehatan gigi.
e.       Penyuluhan tentang cara merawat gigi yang sensitif
b.      Preventif
Tindakan preventif atau tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya gigi sensitif:
1.      Mengurangi tekanan berlebih saat menggosok gigi, dan memakai sikat gigi dengan jenis bulu sikat yang tidak keras dan menggosok gigi dengan cara yang benar
2.      Menyikat gigi tiga kali sehari dengan baik dan benar ( sesudah makan pagi, sesudah makan siang, dan sebelum tidur malam).
3.      Periksakan gigi ke dokter gigi apabila nyeri pada gigi tidak berlangsung hilang, mungkin saja gigi memerlukan tindakan perawatan lebih lanjut dari dokter gigi seperti penambalan. (Sallika, 2010).
e.       Kuratif
3.      Perawatan oleh Petugas Kesehatan Gigi
-    Perawatan topical fluoride untuk menguatkan dentin dan email yang masih ada.
-    Aplikasi bonding agent. Bonding agent merupakan suatu bahan untuk merekatkan bahab tambal resin komposit dengan gigi. Bahan ini diaplikasikan pada dentin yang terbuka sehingga tubulus-tubulus dentin bisa tertutup (Ramadhan, 2010)
4.Perawatan dirumah
-    Gunakan sikat gigi dengan bulu yang sangat lembut dan pasta gigi yang mengandung bahan abrasive ringan
-    Sikat gigi dengan cara yang benar
-    Gunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif
-    Gunakan pasta gigi dengan konsentrasi fluoride tinggi (Ramadhan, 2010).



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Peyebab terbesar masyarakat Desa Gla Meunasah Baro mengalami gigi sensitive adalah karena memiliki kebiasaan memberikan tekanan besar atau berlebih pada saat menyikat gigi yang dilakukan sebanyak 35 orang (97,2%).
2.      Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro memiliki status periodontal tidak sehat, dari 36 responden yang mengalami gigi sensitif hanya 9 responden yang memiliki status periodontal sehat.
3.      Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro yang mengalami gigi sensitif 18 orang (50%) diantaranya mengalami penipisan email gigi.
4.      Masyarakat Desa Gla Meunasah Baro yang mengalami gigi sensitif  sebanyak  24 orang (66,7%)  juga mengalami resesi gingiva.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan sebagai berikut:
1.    Bagi responden untuk dapat menyikat gigi dengan cara benar, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, serta lakukan pemeriksaan dan perawatan gigi sensitif pada petugas kesehatan gigi
2.      Bagi petugas kesehatan gigi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat yang mengalami gigi sensitif agar mampu menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.
3.      Agar lebih baik lagi dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor penyebab terjadinya gigi sensitif.




DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Trimurni. 2010. Bahan Konferensi Pers yang diadakan oleh Pepsodent
Adinawan, Cholik, 2002. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, Jakarta: PT. Gelora   Aksara  Pratama.
Ahmad, Suriadi. 2010. Mekanisme Terjadi Gigi Sensitif. http://ahmad.wordpress.com/page2/list=1.
Antasari, 2005, Peran Tenaga Kesehatan masyarakat, http://ikpk-l.indonesia.blogspot.com.
Aryadi. 2010. Faktor penyebab gigi sensitif. http://aryadi.info/faktor-penyebab-gigi-sensitif.html
Be, Kien Nio, 1995. Preventive Dentisry, Jakarta: EGC
Cohen, dan Hargreaves, 2010. Bruxsim Salah Satu Penyebab Gigi Sensitif. http://www.Formspring.me/sipoput.
Dalimunthe, Saidina Hamzah, dkk, 2005.  Peridontologi, Universitas Sumatera Utara. Medan 
Depkes RI, 1996, oral diagnostic, pusat pendidikan dan tenaga kesehatan. Jakarta.
, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tentang Kesehatan
Fedi, Peter F. Dkk. 2004. Silabus periodonti, Jakarta: EGC
Herijulianti, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta.
Itjingningsih W.H., NY. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Marhamah, 2010, pencegahan dan Pengobatan gigi sensitif. http://doktersehat.com.
Maria, Melisa. 2010. Sensodyne Expert Sharing Tanya Pepsodent. http: Kesehatan Kompas.com.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.  Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pratiwi, donna, 2007, Gigi Sehat. Kompas. Jakarta.
Prayitno, 1993. Periodontologi Klinik, Jakarta: Universitas Indonesia
Prijantijo, 1996, Makalah Hipersensitivitas Dentin. http://setengahbaya.info
Ramadhan, Ardyan Gilang, 2010. Serba-Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: bukune
Rima, todjakusuma, 2009. Mengunyah Saat Tidur Penyebab Gigi Sensitive. http://kesehatankompas.com
Sallika, 2010. Ilmu Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta: Gazza Media
Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi-geligi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Thomson, Hamish, 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
Yanti, hola, 2010. Penyebab terjadinya gigi sensititif. http://wordpress.com
Zazimario,2009. Gigi dan Penyakit Periodontal. http:prestasipustakaraya.com 





0 komentar:

Posting Komentar