BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender, nondiskriminatis serta norma-norma agama (Kemenkes RI, 2010).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu,
kelompok, atau masyarakat harus diupayakan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua
aspek, yakni : kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan
kesehatan mencakup dua aspek, yakni : preventif (pencegahan penyakit) dan
promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan
karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu
upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok,
atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal (Notoatmodjo,
2003).
Mulut merupakan pintu
gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses
di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan.
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut
bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan
mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).
Perawatan secara berkala
dilakukan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Perawatan dapat
dimulai dari memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang
mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan
yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak
terhadap struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi
yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa
dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter
gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan
(Isnaniah, 2008).
Hidup aktif dan produktif seperti yang telah diketahui
adalah bila seseorang dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial.
Mahasiswa adalah sebutan untuk kelompok remaja. Dalam kesehariannya mahasiswa
disibukkan dengan aktivitas kampus dan akademik. Mahasiswa merupakan sebutan
bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi atau universitas.
Walaupun tingkat pendidikan yang dimilikinya merupakan jenjang tertinggi,
tetapi belum tentu semua mahasiswa dapat baik menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya. Menurut Barnes (2006), gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda
perubahan dengan bertambahnya usia, perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari
usia, tetapi itu merupakan suatu refleks, keausan pada gigi, kesehatan mulut
dan kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut yang kurang baik.
Notoatmodjo (cit Fankari, 2004 cit. Kawuryan 2008), menjelaskan bahwa
penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah faktor
perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut
dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan
mulut.
Berdasarkan data RISKESDAS (2007) untuk wilayah NAD,
persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang berprilaku benar dalam
menyikat gigi adalah 4.9% dan yang tidak
sebanyak 95%. Persentase penduduk Indonesia yang berusia sepuluh tahun
ke atas yang menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan atau sore 90,7%, pada
waktu sesudah makan pagi 12,6%, sesudah bangun pagi 27,2%, sebelum tidur malam
28,7% dan lainnya 3,7%. Untuk daerah NAD, persentase masyarakat umur sepuluh
tahun ke atas yang menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan atau sore sebanyak
88,6%, sesudah makan pagi 10%, sesudah bangun pagi 27,4%, sebelum tidur malam
20,8% dan lainnya sebanyak 2,1%.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada mahasiswa yang
telah menempuh ilmu selama 3 tahun di Jurusan Kesehatan Gigi dan telah
mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai kebersihan gigi dan mulut didapatkan
kriteria kebersihan gigi dan mulut pada mahasiswa, yaitu 64,5 %. Sedangkan berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan juga pada mahasiswa
yang sama mengenai status karies gigi, didapatkan bahwa 50% dari mahasiswa
rata-rata masih menderita karies gigi dengan
kategori status karies gigi masih sedang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti : “Bagaimana Gambaran Tindakan Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut Pada Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011”.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut Pada mahasiswa tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui gambaran pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Pada mahasiswa tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes NAD Tahun 2011.
b.
Untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada
mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD
Tahun 2011.
c.
Untuk mengetahui status karies gigi pada mahasiswa Tingkat II
Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk
mengembangkan diri dan disiplin ilmu terutama yang menyangkut kesehatan gigi dan
mulut.
2.
Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi.
3.
Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan agar lebih memperhatikan dan
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kebersihan Gigi dan Mulut
1.
Pengertian Kebersihan Gigi dan
Mulut
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan mulut yang
terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan
mulut seperti adanya plak. Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah
menghilangkan plak secara teratur serta mencegah agar plak tidak tertimbun dan
lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan gigi (Houwink, 1993).
2.
Hal-hal yang Mempengaruhi
Kebersihan Gigi dan Mulut
a.
Dental Plak
Plak
adalah suatu endapan lunak dan basah yang terdiri dari kuman. Plak akan tumbuh
dan melekat erat pada permukaa gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Jenis kuman di dalam plak tergantung dari umur plak, misalnya plak muda
banyak mengandung kuman coccus. Kuman coccus menyukai gula (sukrosa), gula oleh
kuman coccus dirubah menjadi asam dan suatu zat extracellulair (zat-zat yang
berada di luar sel). Asam dapat melarutkan email gigi sehingga gigi menjadi
berlubang (karies), sedangkan plak tua selain mengandung kuman coccus juga terdapat kuman filament, spiril dan
spirochaeta yang dapat menyebabkan gingivitis. Apabila plak karena hasil-hasil
metabolisme menjadi bersifat basa, maka kalsium dalam ludah akan mengendap
kedalam plak, maka akan terbentuklah karang gigi.. Plak tua yang bersifat basa
yang dapat menyebabkan terbentuknya karang gigi (Be Kien Nio, 1995).
b.
Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan permukaan solid
lainnya didalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus
adalah plak terkalsifikasi. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering
ditemukan pada gigi permanen anak muda usia. Meskipun demikian, pada anak usia
9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan
pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa (Megananda, 2009).
Jenis kalkulus dibagi
menjadi :
a.
Supra Gingival Kalkulus
Supra gingival kalkulus adalah kalkulus yang melekat pada
permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat
(Megananda, 2009). Supra gingival kalkulus berwarna putih kekuning-kuningan,
konsistensinya keras seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi
dengan skaler. Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau
rokok. Kalkulus supra gingival dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi
atau pada seluruh gigi, lebih sering banyak terdapat pada bagian bucal molar
rahang atas yang berhadapan dengan ductus Stensen’s, pada bagian lingual gigi
depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus Wharton’s, selain itu pula
kalkulus sering banyak terdapat pada gigi yang sering tidak digunakan
(Megananda, 2009).
b.
Sub Gingival Kalkulus
Sub gingival kalkulus adalah kalkulus yang berada dibawah
batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat
pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus
dilakukan probing dan explorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua
atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat
erat kepermukaan gigi (Megananda, 2009).
3.
Indeks OHI-S
Menurut Green dan Vermillion, untuk mengukur kebersihan
gigi dan mulut dapat digunakan suatu indeks yang disebut Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S). Nilai OHI-S diperoleh dengan
cara menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index (Herijulianti, dkk, 2002).
a. Debris Indeks
1. Pengertian debris indeks
Debris indeks adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang
terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu
(Herijulianti, 2002).
2. Gigi indeks
Gigi
yang termasuk kriteria gigi indeks adalah :
Rahang atas yaitu :
·
Gigi 6 kanan atas pada permukaan bukal.
·
Gigi 1 kanan atas pada permukaan labial.
·
Gigi 6 kiri atas pada permukaan bukal.
Rahang
bawah yaitu :
·
Gigi 6 kanan bawah pada permukaan lingual.
·
Gigi 1 kiri bawah pada permukaan labial.
·
Gigi 6 kiri bawah pada permukaan lingual.
Yang
dimaksud dengan gigi indeks adalah :
1.6
(Bukal)
|
1.1
(Labial)
|
2.6
(Bukal)
|
4.6
(Lingual)
|
3.1
(Labial)
|
3.6
(Lingual)
|
3. Kriteria penilaian debris indeks
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1
|
Pada
permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris maupun pewarnaan ekstrinsik.
|
0
|
2
|
a.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga
permukaan.
b.
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak tetapi ada
perwarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
|
1
|
3
|
Pada
permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari sepertiga, tetapi kurang dari dua pertiga
permukaan gigi.
|
2
|
4
|
Pada
permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari dua pertiga, permukaan atau seluruh permukaan
gigi.
|
3
|
4. Rumus dan skor debris indeks
Debris skor dikatakan :
Kriteria
|
Skor
|
Baik (good)
|
0,0
– 0,6
|
Sedang (fair)
|
0,7
– 0,8
|
Buruk (poor)
|
1,9
– 3,0
|
b. Kalkulus Indeks
1. Pengertian kalkulus indeks
Kalkulus Indeks adalah skor (nilai) dari suatu endapan
keras yang terjadi karena proses pengapuran yang melekat pada gigi penentu
(Depkes RI, 1995).
2. Gigi indeks
Gigi
yang termasuk kriteria gigi indeks adalah :
Rahang atas yaitu :
·
Gigi 6 kanan atas pada permukaan bukal.
·
Gigi 1 kanan atas pada permukaan labial.
·
Gigi 6 kiri atas pada permukaan bukal.
Rahang
bawah yaitu :
·
Gigi 6 kanan bawah pada permukaan lingual.
·
Gigi 1 kiri bawah pada permukaan labial.
·
Gigi 6 kiri bawah pada permukaan lingual.
Yang
dimaksud dengan gigi indeks adalah :
1.6
(Bukal)
|
1.1
(Labial)
|
2.6
(Bukal)
|
4.6
(Lingual)
|
3.1
(Labial)
|
3.6
(Lingual)
|
3. Kriteria penilaian kalkulus indeks
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1
|
Tidak ada karang gigi
|
0
|
2
|
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival,
menutupi permukaan gigi kurang dari sepertiga.
|
1
|
3
|
a.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival,
menutupi permukaan gigi sepertiga permukaan atau kurang dari dua pertiga.
b.
Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival.
|
2
|
4
|
a.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival,
menutupi permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan atau seluruh
permukaan gigi.
b.
Pada permukaan gigi ada karang gigi, subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh bagian servikal.
|
3
|
4. Rumus cara menghitung kalkulus
indeks
c. OHI-S (Simplified Oral Hygiene
Index)
Simplified Oral Hygiene Index berguna untuk mengukur
kebersihan mulut yang merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan kalkulus
indeks (Be kien nio, 1987).
OHI-S = DEBRIS
INDEKS + CALCULUS INDEKS
Atau
OHI-S = DI + CI
OHI-S skor dikatakan :
Kriteria
|
Skor
|
Baik (good)
|
0,0
– 1,2
|
Sedang (fair)
|
1,3
– 3,0
|
Buruk (poor)
|
3,1
– 6,0
|
4.
Tindakan Pemeliharaan
Kebersihan Gigi dan Mulut
a.
Menyikat gigi
Pembersihan
plak secara sempurna dapat dilakukan dengan menyikat gigi minimal dua kali
sehari. Menyikat gigi pada malam hari sangat penting karena sisa-sisa makanan
yang dikunyah pada siang hari berkumpul dan terselip disela-sela gigi dan siap
dihancurkan oleh bakteri. Pada malam hari air ludah yang keluar sedikit, oleh
sebab itu makanan jadi menempel. Maka sikatlah gigi dua kali sehari dan juga
lakukan pemijatan ringan pada gusi dan berkumurlah dengan air tawar (Srigupta,
2004).
b.
Berkumur dengan obat kumur (Mouthwash)
Obat
kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya
plak, radang gusi, dan bau mulut. Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20 ml
setiap habis bersikat gigi dua kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut
selama 30 detik kemudian dikeluarkan.
Bahan aktif yang terkandung dalam obat kumur antara lain timol,
eukapitol, metalsalisilat, mentol, klorheksidin glukonat, hidrogen peroksida
dan kadang-kadang juga mengandung enzim dan kalsium (Pratiwi, 2007).
c.
Flossing
Flossing
adalah tindakan pembersihan gigi dengan mengunakan dental floss atau yang lebih
dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan di
antara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Idealnya flossing dilakukan setelah menyikat
gigi sehingga upaya pembersihan gigi menjadi sempurna (Pratiwi, 2007).
B. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi,
yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad
renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri
(Edwina, 1991).
2. Etiologi Karies
Penjelasan etiologi
karies adalah sebagai berikut :
a. Mikroorganisme
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta
produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri
ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian
tahapan. Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang
kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat
menempel pada permukaan
gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket
dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer
glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsisitensi seperti gelatin.
Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat
satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hak ini akan menghambat fungsi
saliva dalam menetralkan plak (Edwina, 1991).
b. Peran kaborhidrat makanan
(substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang
dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Substrat yang menempel di
permukaan gigi berbeda dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh yang diperlukan
untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh (Suwelo, 1992).
c. Kerentanan permukaan gigi (host
dan gigi)
1)
Morfoligi gigi : daerah yang rentan
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi
terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan
plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies
tersebut adalah :
·
Pit
dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit
palatal insisif.
·
Permukaan
halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
·
Email
pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.
·
Permukaan
akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien
dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium.
·
Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
·
Permukaan
gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan (Edwina, 1991).
2)
Lingkungan gigi : saliva, cairan celah
gusi dan flour
Saliva
mempunyai peranan penting dalam membersihkan gigi dari sisa makanan dalam
rongga mulut. Pada aliran saliva yang pekat atau kurang, maka pembersihan gigi
menjadi kurang baik dan dapat menyebabkan retensi makanan pada permukaan gigi
sehingga bakteri pembentuk asam akan meningkat (Monang, 1997 cit Lilik, 2004).
Pada daerah tepi gingiva, gigi dibasahi oleh cairan celah
gusi walaupun dengan tiadanya inflamasi gingival volume cairan ini bias
diabaikan. Cairan celah gusi mengandung antibodi yang didapat dari serum yang
spesifik terhadap S. mutans.
Kadar fluor (F) yang bergabung dengan email selama proses
pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan F tersebut dalam air minum atau
makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar F lebih tinggi
tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam. Akan tetapi,
tersedianya F disekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi
proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi.
Disamping itu, F mempengaruhi bakteri plak dalam membentuk asam (Edwina, 1991).
d. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali
mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh
karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan tau
tahun. Dengan demikian, sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk
menghentikan penyakit ini (Edwina, 1991).
3. Gejala Karies
Menurut Pratiwi (2007), Gejala karies (gigi berlubang)
pada umumnya adalah : 1).Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau
minum manis, asam, panas, atau dingin; 2).Terlihat atau terasa adanya lubang
pada gigi; 3).Bau mulut (halitosis).
4. Tanda Awal Karies
Tanda awal munculnya karies adalah : 1).Munculnya spot
putih seperti kapur pada permukann gigi. Ini menunjukkan area demineralisasi
akibat asam; 2).Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi cokelat,
kemudian mulai membentuk lubang. Jika spot kecokelatan ini tampak mengkilap,
maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut membaik.
Sebaliknya, spot kecokelatan yang buram menunjukkan proses demineralisasi yang
sedang aktif. Karena itu diperlukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini
timbulnya lubang; 3).Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh
sakit atau timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau
dingin. Apabila dokter gigi melakukan pemeriksaan, rasa ngilu terkadang
dirasakan saat karies ditelusuri dengan alat sonde; 4).Apabila seorang pasien
mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja, berarti kerusakan gigi
sudah mulai mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut akan terjadi apabila
keluhan sakit terjadi terus-menerus yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari
(Pratiwi, 2007).
5. Lokasi Karies Gigi
Karies pada mahkota gigi dapat terbentuk pada daerah
permukaan gigi yang berbeda-beda. Karies yang terbentuk pada daerah kunyah
disebut oklusal. Pada permukaan gigi yang menghadap bibir/pipi disebut fasial,
sedangkan pada permukaan gigi yang menghadap lidah disebut lingual. Lubang
fasial pada gigi depan disebut labial dan pada gigi belakang disebut bukal.
Karies yang timbul di akar gigi muncul sebagai
perpanjangan lubang gigi dari mahkota gigi melewati CEJ (cemento enamel junction). Karena lapisan sementum yang melapisi
akar gigi tidak sekuat email pada mahkota, maka lubang di akar gigi prosesnya
lebih cepat daripada permukaan gigi lainnya (Pratiwi, 2007).
6. Indeks Karies Gigi
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari
keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu.
Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu
penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang
status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan
pemeriksa sama atau seragam.
a. Indeks DMF-T
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen.
Indeks DMF-T adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak,
yang dicabut dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk
menentukan jumlah total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang
sekarang. Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1)
Setiap gigi dicatat satu kali
2)
D = Decay atau rusak
-
Ada karies pada gigi dan restorasi
-
Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3)
M = Missing atau hilang
-
Gigi yang telah dicabut karena karies
gigi
-
Karies yang tidak dapat diperbaiki dan
indikasi untuk pencabutan
4)
F = Filled atau tambal
-
Tambalan permanen dan sementara
-
Gigi dengan tambalan yang tidak bagus
tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen,
adapun gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut : 1).Gigi molar ketiga;
2).Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang
menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian
(partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption); 3).Gigi
yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih (supernumerary
teeth); 4).Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau
perawatan ortodontik; 5).Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan
jembatan; 6).Gigi susu yang belum tanggal.
b. Indeks def-t
Indeks def adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang
telah terkena karies. Tujuan dari indeks def adalah untuk menentukan pengalaman
karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut. Untuk pencatatan
def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1)
d = decayed
/ rusak
2)
e = indicated
for extracted / indikasi untuk pencabutan
3)
f = filled
/ tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal
pada permukaan yang tidak tedapat karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun
gigi-gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :1).Gigi yang hilang
termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena kelainan genital; 2).Gigi supernumerary; 3).Gigi tiruan yang
disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung sebagai filled (tambalan).
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t
berupa derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997 cit. Anne, 2008) :
1.
Sangat rendah : 0,0 – 1,1
2.
Rendah : 1,2 – 2,6
3.
Sedang : 2,7 – 4,4
4.
Tinggi : 4,5 – 6,4
5.
Sangat tinggi : >6,6
C. Tindakan Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut
1. Pencegahan dan Perawatan Karies
a. Pencegahan karies
1)
Hilangkan plak bakteri
Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan
menjadi karies. Tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah
pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula
sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman
yang kariogeniknya (Edwina, 1991).
Karena karies timbul pada tempat dimana ada plak, maka
penyikatan gigi yang benar dibantu oleh pembersihan interdental dengan benang
gigi merupakan cara pencegahan yang baik. Oleh sebab itu, menghilangkan plak
merupakan pekerjaan yang merepotkan dan sangat menyita waktu sehingga hampir
tidak seorangpun yang berhasil melakukannya dengan baik (Schuurs, 1992).
Menyikat gigi pada malam hari sangat penting dan juga
banyak dilupakan, karena sisa-sisa
makanan yang dikunyah pada siang hari berkumpul, terselip disela-sela gigi dan
siap dihancurkan oleh bakteri. Pada malam hari air ludah yang keluar sedikit
oleh sebab itu makanan jadi menempel. Maka sikatlah gigi dua kali sehari dan
juga lakukan pemijatan ringan pada gusi dan berkumurlah dengan air tawar). Dan
jangan lupa periksalah gigi ke dokter gigi selama 6 bulan sekali (Srigupta, 2004).
2)
Hilangkan substrat karbohidrat
Tidak perlu dilakukan menghilangkan secara total
karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi
konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja. Hal ini dianggap cara
pencegahan yang paling efektif (Edwina, 1991).
3)
Tingkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten
terhadap karies dengan memaparkannya terhadap fluor secara tepat. Pit dan fisur
yang dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupnya memakai resin
(Edwina, 1991).
4)
Obat kumur
Klorheksidin adalah bahan yang dapat mengatasi plak
secara efektif. Berkumur dua kali sehari dengan larutan 0,2% klorheksidin dapat
sangat mereduksi kenaikan karies. Pengaruh antibakterial berlangsung beberapa
jam, karena terjadi ikatan, kemungkinan pada selaput lendir mulut, mungkin juga
pada pelikel diikuti oleh pelepasan yang lambat. Beberapa penderita mengeluh
tentang rasanya yang pahit, kehilangan rasa dan hampir semua mengeluh tentang
menjadi hitamnya gigi geligi (Schuurs, 1992).
b. Perawatan karies
Pada dasarnya, terjadi lubang gigi dapat dihentikan
melalui perawatan. Seperti halnya karies dini dapat dihentikan menggunakan
laser. Sedangkan karies gigi kecil perlu dideteksi dengan alat dan rontgen
gigi. Dan karies gigi besar yang terlihat mata, dapat dilakukan perawatan
dengan alat secara langsung.
Jenis perawatan pun dapat dilakukan secara bervariasi,
tergantung tahap kerusakan yang terjadi. Jika lubang gigi mencapai email dan
dentin, maka dilakukan penambalan. Sedangkan struktur gigi yang rusak dibuang
dengan pengeboran, dan setelah lubang bersih kemudian dimasukkan bahan
penambal.
Lubang yang dangkal tapi besar dapat dirawat dengan inlayonlay (logam tuang yang dipasang
permanen untuk merestorasi kerusakan gigi yang luas). Namun, bila kerusakan
telah mencapai pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran akar (terapi endodontik).
Tahap perawatan saluran akar yaitu mengangkat sel saraf
yang telah terinfeksi dan membersihkan salurannya dan mengisinya dengan bahan
pengisi saluran akar. Tindakan ini kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
restorasi pada bagian mahkota sesuai besar kerusakan yang terjadi. Pembuatan
mahkota tiruan (jacket crown) yaitu,
gigi tiruan permanen yang berfungsi merestorasi struktur gigi yang rusak dengan
membungkus gigi tersebut, dapat dilakukan jika kerusakan cukup besar yang
meliputi sebagian besar permukaan gigi.
Pada intinya, jika struktur gigi sehat yang tersisa
setelah pengeboran tidak cukup, bahan tambal tidak dapat bertahan melekat pada
gigi. Pencabutan gigi adalah tindakan terakhir apabila kerusakan yang terjadi
terlalu besar dan struktur gigi yang tersisa tidak dapat direstorasi lagi.
Beberapa metode baru untuk mengurangi rasa sakit saat
pengeboran gigi, kini telah dikembangkan, laser adalah salah satunya, atau
menggunakan anastesi (bius lokal) atau juga obat-obatan lainnya terkadang
dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit selama pengeboran. Pada rasa sakit yang
timbul karena rasa takut pada perawatan gigi, anastesi dengan gas nitro oksida
kadang dibutuhkan (Pratiwi, 2007).
2. Pengertian Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang
disebut praktek (practice) kesehatan,
atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).
Mengubah tingkah laku individu atau masyarakat sangat
diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus karena untuk mengubah tingkah
laku individu atau masyarakat, selalu melibatkan proses perubahan mental.
Menurut paham yang dicetuskan oleh Roger yang dikutip
dari Azwar (1983), seseorang akan menganut tingkah laku yang baru, harus
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a)
Tingkat kesadaran
Untuk mencapai tahap ini, seseorang perlu mengetahui
terlebih dahulu tentang sesuatu hal sebelum ia berbuat sesuatu untuk hal
tersebut. Pada tingkat ini seseorang baru menyadari akan adanya suatu gagasan
yang baru, misalnya seseorang sadar bahwa gigi yang berlubang dapat dirawat di
poliklinik gigi dengan penambalan.
b)
Tingkat perhatian
Setelah seseorang sadar ia mempunyai keinginan untuk
mengetahui apa gagasan itu, bagaimana gagasan tersebut, dan adakah
keuntungannya bila gagasan tersebut diterima untuk dirinya maupun keluarganya.
Dalam tingkat ini diperlukan data dan informasi yang lebih lengkap sehingga ia
akan mencari keterangan atau informasi lebih lanjut tentang gagasan lanjut,
apakah giginya jika ditambal dipoliklinik giginya merasa sakit.
c)
Tingkat evaluasi
Dalam tingkat ini apabila seseorang merasakan bahwa
gagasan itu baik, ia akan mempertimbangkan masak-masak keuntungan dan
kerugiannya dipandang dari beberapa hal, serta bagaimana kesan atau pandangan
orang terhadap tindakannya itu. Dalam tingkat ini seseorang memerlukan dukungan
moril dari orang lain yang lebih berpengalaman serta perlu contoh nyata untuk
mencapai tingkat selanjutnya. Untuk meyakinkan gagasan tersebut baik bagi
dirinya ia akan pergi ke poliklinik gigi.
d)
Tingkat percobaan
Setelah melalui tingkat percobaan ia akan mencoba gagasan
baru tersebut, misalnya orang itu setelah datang ke poliklinik gigi mencoba
untuk mendapatkan perawatan giginya. Dalam tingkat ini diperlukan informasi
berupa pengalaman positif dan ada komunikasi yang baik antar-personal.
e)
Tingkat adopsi
Bila pengalaman dalam tingkat percobaan cukup
menyenangkan, ia akan menerima gagasan tersebut. Pembinaan yang teratur sangat
diperlukan agar makin mantap dengan gagasan serta memperkuat keyakinannya
misalnya orang itu mau mengikuti tingkah laku yang baru dengan tidak
segan-segan datang lagi ke poliklinik gigi bila ada kelainan yang dirasakan
pada gigi dan mulutnya.
Dalam proses perubahan tersebut diatas, setiap individu
di dalam masyarakat mempunyai perbedaan kecepatan untuk mencapai tingkat yang
di atasnya, sampai ke tingkat adopsi, tetapi ada yang tidak pernah mencapai
tingkat adopsi atau dengan kata lain gagasan yang pernah di terima ditolak
karena tidak sesuai dengan dirinya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan yang menunjang keberhasilan tersebut (Herijulianti, 2001).
BAB
III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A.
Kerangka Teori
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan mulut yang
terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan
mulut seperti adanya plak. Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah menghilangkan
plak secara teratur serta mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama kelamaan
akan menyebabkan kerusakan gigi (Houwink, 1993).
Karies gigi adalah
penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya mineralisasi
bagian anorganik dan demineralisasi substansi organik. Karies dapat terjadi pada setiap gigi yang
erupsi, pada tiap orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, bangsa, maupun
status ekonomi (Monang, 1996).
Notoatmodjo cit Fankari, (2004 cit.
Kawuryan (2008), menjelaskan bahwa
penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah faktor
perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Berdasarkan
konsep pemikiran diatas, maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai
berikut:
B. Variabel Penelitian
1.
Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut
2.
Kebersihan gigi dan mulut
3.
Karies gigi
C. Defenisi Operasional
No
|
Variabel
|
Defenisi Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil
|
Skala Ukur
|
1
|
Tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
|
Melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik) tentang cara merawat dan memelihara kesehatan gigi
dan mulut.
|
Wawancara
|
Kuisioner
|
- Baik 76-100%
- Cukup 56-75%
- Kurang
<56%
|
Ordinal
|
2
|
- Kebersihan
gigi dan mulut
- Karies gigi
|
-
Suatu keadaan
mulut yang terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat
kebersihan mulut seperti adanya plak dan kalkulus.
- Suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan
terjadinya demineralisasi bagian anorganik dan penghancuran dari subtansi
organik yang dapat menyebabkan rasa nyeri.
|
Pemeriksaaan
|
- Kartu status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)
- Kartu status karies (DMF-T)
- Alat diagnosa
|
-
Baik : 0,0-1,2
-
Sedang : 1,3-3,0
-
Buruk : 3,1-6,0
-
Sangat rendah :
0,0-1,1
-
Rendah : 1,2–2,6
-
Sedang : 2,7 –
4,4
-
Tinggi : 4,5–6,5
-
Sangat Tinggi
:> 6,6
|
Ordinal
Ordinal
|
BAB
IV
METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk
memperoleh gambaran tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD
Tahun 2011.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Kampus Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun
2011.
2.
Waktu penelitian
Penelitian
ini telah
dilaksanakan pada Tahun 2011.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasinya adalah seluruh mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.
Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian diambil secara judgement sampling, dimana calon responden tersebut mempunyai
syarat, yaitu: mahasiswa telah mempelajari mata kuliah preventif dentistry, dan
telah mengikuti jenjang pendidikan di Jurusan Kesehatan Gigi selama 2 tahun.
D. Instrument
Penelitian
1.
Alat diagnosa : Pinset, Sonde, Kaca Mulut. Alat ini digunakan
untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut serta karies gigi.
2.
Kartu status
kebersihan gigi dan mulut untuk mengetahui perbedaan antara kebersihan gigi dan
mulut antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain.
3.
Kartu status karies gigi untuk mengetahui perbedaan karies gigi
antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain.
4.
Kuisioner digunakan untuk mengetahui sejauh mana tindakan
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mahasiswa tersebut.
E.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Data
Primer
Data
ini diperoleh langsung dengan mewawancarai responden melalui kuesioner dan
pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut dan karies pada Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.
Data
Sekunder
Data
ini diperoleh dari Kampus JKG yaitu : Data Mahasiswa Tingkat II Jurusan
Kesehatan Gigi.
F.
Pengolahan Dan Analisa Data
Setelah
mengumpulkan data melalui kuesioner dan pemeriksaan, dilakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Editing
Dimaksudkan
untuk memperoleh data yang didapat, kemudian mengolahnya dengan baik sehingga
menghasilkan informasi yang benar, kegiatan yang dilakukan berupa mengkoreksi
kesalahan-kesalahan dalam pengisian dan pengambilan data.
b)
Coding
Usaha
yang dilakukan yaitu memberi kode jawaban dengan angka atau kode tertentu,
sehingga lebih mudah dan sederhana.
c)
Tabulating
Data
yang diperoleh dikelompokkan dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, sedangkan hasil observasi langsung berbentuk data kuantitatif yang
nantinya akan dianalisa, kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes,
I.E., 2006, Perawatan Gigi Terpadu Usia
Lanjut. Hal : 39, EGC. Jakarta.
Be
Kien Nio.,1995, Preventive Dentistry, Sekolah
Pengatur Rawat Gigi, Bandung
Herijulianti,
E., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi ,
EGC, Jakarta.
Hidayanti,
Lilik., 2005, Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasaan Konsumsi
Makanan
Kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas
Diponegoro Semarang.
Houwink.,
1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan,
Hal : 1, Gadjah Mada University
Press.
Kawuryan,
Uji., 2008, Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
dengan
Kejadian Karies Gigi Anak SDN Kleco II Kelas V dan IV Kecamatan
Laweyan
Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Kemenkes,
RI., 2010 , Pedoman Pelayanan Kesehatan
Anak di Sekolah Luar biasa
(SLB) Bagi Petugas
Kesehatan, http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/PEDOMAN-YANKES-ANAK-DI-SLB-BAGI-PETUGAS-KESEHATAN.pdf
Kidd,
E. 1991, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, Hal : 1-5, 8-9, 16
1,
EGC, Jakarta.
Malik,
Isnaniah., 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Makalah,
Fakultas Kedokteran Gigi
Padjajaran
Bandung.
Megananda.,
2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi,
Bandung, Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Depkes Bandung.
Notoatmodjo,
S., 2003, Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan , PT Asdi Mahasatya,
Jakarta.
Pratiwi,
D., 2007, Gigi Sehat Merawat Gigi
Sehari-hari., Hal : 23-24, 27-28,
Gramedia,
Jakarta.
Riskesdas.,
2007, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Riyanti,
Eriska., 2005, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini,
Seminar Sehari.
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf.
Schuurs., 1992,
Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan
Jaringan Keras Gigi, Hal :
158-162, Gadjah
Mada University Press.
Suwargiani,
A.A., 2008, Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh dan
Desa Mekarsari
Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, Makalah,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran Bandung.
Srigupta, A.A.,
2004, Perawatan Gigi dan Mulut, Hal :
2, 99, Jakarta.
Suwelo, I.E.,
1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan
Pelbagai Faktor Etiologi, Hal : 23,
EGC,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar