Selasa, 06 Desember 2016

GAMBARAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DAN KARIES PADA MAHASISWA TINGKAT II JURUSANKESEHATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES NAD TAHUN 2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminatis serta norma-norma agama (Kemenkes RI, 2010).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat harus diupayakan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yakni : kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, yakni : preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal (Notoatmodjo, 2003).
Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).
Perawatan secara berkala dilakukan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan (Isnaniah, 2008).
Hidup aktif dan produktif seperti yang telah diketahui adalah bila seseorang dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial. Mahasiswa adalah sebutan untuk kelompok remaja. Dalam kesehariannya mahasiswa disibukkan dengan aktivitas kampus dan akademik. Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi atau universitas. Walaupun tingkat pendidikan yang dimilikinya merupakan jenjang tertinggi, tetapi belum tentu semua mahasiswa dapat baik menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Menurut Barnes (2006), gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan bertambahnya usia, perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia, tetapi itu merupakan suatu refleks, keausan pada gigi, kesehatan mulut dan kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut yang kurang baik.
Notoatmodjo (cit Fankari, 2004 cit. Kawuryan 2008), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.
Berdasarkan data RISKESDAS (2007) untuk wilayah NAD, persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang berprilaku benar dalam menyikat gigi adalah 4.9% dan yang tidak  sebanyak 95%. Persentase penduduk Indonesia yang berusia sepuluh tahun ke atas yang menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan atau sore 90,7%, pada waktu sesudah makan pagi 12,6%, sesudah bangun pagi 27,2%, sebelum tidur malam 28,7% dan lainnya 3,7%. Untuk daerah NAD, persentase masyarakat umur sepuluh tahun ke atas yang menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan atau sore sebanyak 88,6%, sesudah makan pagi 10%, sesudah bangun pagi 27,4%, sebelum tidur malam 20,8% dan lainnya sebanyak 2,1%.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada mahasiswa yang telah menempuh ilmu selama 3 tahun di Jurusan Kesehatan Gigi dan telah mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai kebersihan gigi dan mulut didapatkan kriteria kebersihan gigi dan mulut pada mahasiswa, yaitu 64,5 %. Sedangkan berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan juga pada mahasiswa yang sama mengenai status karies gigi, didapatkan bahwa 50% dari mahasiswa rata-rata masih menderita karies gigi dengan  kategori status karies gigi masih sedang.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti : “Bagaimana Gambaran Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi  Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011”.
C.  Tujuan Penelitian
1.     Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Pada mahasiswa tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui gambaran pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Pada mahasiswa tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
b.    Untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
c.    Untuk mengetahui status karies gigi pada mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
D.  Manfaat Penelitian
1.     Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk mengembangkan diri dan disiplin ilmu terutama yang menyangkut kesehatan gigi dan mulut.
2.    Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi.
3.    Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan agar lebih memperhatikan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Kebersihan Gigi dan Mulut
1.   Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan mulut yang terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan mulut seperti adanya plak. Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur serta mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan gigi (Houwink, 1993).
2.  Hal-hal yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
a.   Dental Plak
Plak adalah suatu endapan lunak dan basah yang terdiri dari kuman. Plak akan tumbuh dan melekat erat pada permukaa gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Jenis kuman di dalam plak tergantung dari umur plak, misalnya plak muda banyak mengandung kuman coccus. Kuman coccus menyukai gula (sukrosa), gula oleh kuman coccus dirubah menjadi asam dan suatu zat extracellulair (zat-zat yang berada di luar sel). Asam dapat melarutkan email gigi sehingga gigi menjadi berlubang (karies), sedangkan plak tua selain mengandung kuman coccus  juga terdapat kuman filament, spiril dan spirochaeta yang dapat menyebabkan gingivitis. Apabila plak karena hasil-hasil metabolisme menjadi bersifat basa, maka kalsium dalam ludah akan mengendap kedalam plak, maka akan terbentuklah karang gigi.. Plak tua yang bersifat basa yang dapat menyebabkan terbentuknya karang gigi (Be Kien Nio, 1995).
b.  Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan permukaan solid lainnya didalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak terkalsifikasi. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen anak muda usia. Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa (Megananda, 2009).
Jenis kalkulus dibagi menjadi :
a.    Supra Gingival Kalkulus
Supra gingival kalkulus adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat (Megananda, 2009). Supra gingival kalkulus berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skaler. Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau rokok. Kalkulus supra gingival dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi, lebih sering banyak terdapat pada bagian bucal molar rahang atas yang berhadapan dengan ductus Stensen’s, pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus Wharton’s, selain itu pula kalkulus sering banyak terdapat pada gigi yang sering tidak digunakan (Megananda, 2009).
b.    Sub Gingival Kalkulus
Sub gingival kalkulus adalah kalkulus yang berada dibawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dan explorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat kepermukaan gigi (Megananda, 2009).  
3.  Indeks OHI-S
Menurut Green dan Vermillion, untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut dapat digunakan suatu indeks yang disebut Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S). Nilai OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index (Herijulianti, dkk, 2002).
a.   Debris Indeks
1.   Pengertian debris indeks
Debris indeks adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu (Herijulianti, 2002).
2.  Gigi indeks
Gigi yang termasuk kriteria gigi indeks adalah :
Rahang atas yaitu :
                                                                     ·            Gigi 6 kanan atas pada permukaan bukal.
                                                                     ·            Gigi 1 kanan atas pada permukaan labial.
                                                                     ·            Gigi 6 kiri atas pada permukaan bukal.
Rahang bawah yaitu :
                                                                     ·            Gigi 6 kanan bawah pada permukaan lingual.
                                                                     ·            Gigi 1 kiri bawah pada permukaan labial.
                                                                     ·            Gigi 6 kiri bawah pada permukaan lingual.
Yang dimaksud dengan gigi indeks adalah :
1.6
(Bukal)
1.1
(Labial)
2.6
(Bukal)
4.6
(Lingual)
3.1
(Labial)
3.6
(Lingual)

3.  Kriteria penilaian debris indeks
No
Kriteria
Nilai
1
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris maupun pewarnaan ekstrinsik.
0
2
a.    Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga permukaan.
b.    Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak tetapi ada perwarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
1
3
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari sepertiga, tetapi kurang dari dua pertiga permukaan gigi.
2
4
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari dua pertiga, permukaan atau seluruh permukaan gigi.
3
4.  Rumus dan skor debris indeks
 Debris skor dikatakan :
Kriteria
Skor
Baik (good)
0,0 – 0,6
Sedang (fair)
0,7 – 0,8
Buruk (poor)
1,9 – 3,0
b.  Kalkulus Indeks
1.   Pengertian kalkulus indeks
Kalkulus Indeks adalah skor (nilai) dari suatu endapan keras yang terjadi karena proses pengapuran yang melekat pada gigi penentu (Depkes RI, 1995).
2.  Gigi indeks
Gigi yang termasuk kriteria gigi indeks adalah :
Rahang atas yaitu :
                                                                     ·            Gigi 6 kanan atas pada permukaan bukal.
                                                                     ·            Gigi 1 kanan atas pada permukaan labial.
                                                                     ·            Gigi 6 kiri atas pada permukaan bukal.
Rahang bawah yaitu :
                                                                     ·            Gigi 6 kanan bawah pada permukaan lingual.
                                                                     ·            Gigi 1 kiri bawah pada permukaan labial.
                                                                     ·            Gigi 6 kiri bawah pada permukaan lingual.
Yang dimaksud dengan gigi indeks adalah :
1.6
(Bukal)
1.1
(Labial)
2.6
(Bukal)
4.6
(Lingual)
3.1
(Labial)
3.6
(Lingual)
3.  Kriteria penilaian kalkulus indeks
No
Kriteria
Nilai
1
Tidak ada karang gigi
0
2
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival, menutupi permukaan gigi kurang dari sepertiga.
1
3
a.    Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival, menutupi permukaan gigi sepertiga permukaan atau kurang dari dua pertiga.
b.    Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival.
2
4
a.    Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi yang supra gingival, menutupi permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan atau seluruh permukaan gigi.
b.    Pada permukaan gigi ada karang gigi, subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh bagian servikal.
3
4.  Rumus cara menghitung kalkulus indeks
 
c.   OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index)
Simplified Oral Hygiene Index berguna untuk mengukur kebersihan mulut yang merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan kalkulus indeks (Be kien nio, 1987).
OHI-S = DEBRIS INDEKS + CALCULUS INDEKS
Atau
OHI-S = DI + CI
OHI-S skor dikatakan :
Kriteria
Skor
Baik (good)
0,0 – 1,2
Sedang (fair)
1,3 – 3,0
Buruk (poor)
3,1 – 6,0
4.  Tindakan Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
a.   Menyikat gigi
Pembersihan plak secara sempurna dapat dilakukan dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari. Menyikat gigi pada malam hari sangat penting karena sisa-sisa makanan yang dikunyah pada siang hari berkumpul dan terselip disela-sela gigi dan siap dihancurkan oleh bakteri. Pada malam hari air ludah yang keluar sedikit, oleh sebab itu makanan jadi menempel. Maka sikatlah gigi dua kali sehari dan juga lakukan pemijatan ringan pada gusi dan berkumurlah dengan air tawar (Srigupta, 2004).
b.  Berkumur dengan obat kumur (Mouthwash)
Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20 ml setiap habis bersikat gigi dua kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik kemudian dikeluarkan.  Bahan aktif yang terkandung dalam obat kumur antara lain timol, eukapitol, metalsalisilat, mentol, klorheksidin glukonat, hidrogen peroksida dan kadang-kadang juga mengandung enzim dan kalsium (Pratiwi, 2007).
c.   Flossing
Flossing adalah tindakan pembersihan gigi dengan mengunakan dental floss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan di antara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi.  Idealnya flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan gigi menjadi sempurna (Pratiwi, 2007).
B.  Karies Gigi
1.   Pengertian Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Edwina, 1991).
2.  Etiologi Karies
Penjelasan etiologi karies adalah sebagai berikut :
a.   Mikroorganisme
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsisitensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hak ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak (Edwina, 1991).
b.  Peran kaborhidrat makanan (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Substrat yang menempel di permukaan gigi berbeda dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh yang diperlukan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh (Suwelo, 1992).
c.   Kerentanan permukaan gigi (host dan gigi)
1)    Morfoligi gigi : daerah yang rentan
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah :
                                                               ·            Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif.
                                                               ·            Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
                                                               ·            Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.
                                                               ·            Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium.
                                                               ·            Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
                                                               ·            Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan (Edwina, 1991).
2)   Lingkungan gigi : saliva, cairan celah gusi dan flour
Saliva mempunyai peranan penting dalam membersihkan gigi dari sisa makanan dalam rongga mulut. Pada aliran saliva yang pekat atau kurang, maka pembersihan gigi menjadi kurang baik dan dapat menyebabkan retensi makanan pada permukaan gigi sehingga bakteri pembentuk asam akan meningkat (Monang, 1997 cit Lilik, 2004).
Pada daerah tepi gingiva, gigi dibasahi oleh cairan celah gusi walaupun dengan tiadanya inflamasi gingival volume cairan ini bias diabaikan. Cairan celah gusi mengandung antibodi yang didapat dari serum yang spesifik terhadap S. mutans. Kadar fluor (F) yang bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan F tersebut dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar F lebih tinggi tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam. Akan tetapi, tersedianya F disekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi. Disamping itu, F mempengaruhi bakteri plak dalam membentuk asam (Edwina, 1991).
d.  Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan tau tahun. Dengan demikian, sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Edwina, 1991).
3.  Gejala Karies
Menurut Pratiwi (2007), Gejala karies (gigi berlubang) pada umumnya adalah : 1).Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau dingin; 2).Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi; 3).Bau mulut (halitosis).
4.  Tanda Awal Karies
Tanda awal munculnya karies adalah : 1).Munculnya spot putih seperti kapur pada permukann gigi. Ini menunjukkan area demineralisasi akibat asam; 2).Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. Jika spot kecokelatan ini tampak mengkilap, maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut membaik. Sebaliknya, spot kecokelatan yang buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang aktif. Karena itu diperlukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini timbulnya lubang; 3).Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit atau timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau dingin. Apabila dokter gigi melakukan pemeriksaan, rasa ngilu terkadang dirasakan saat karies ditelusuri dengan alat sonde; 4).Apabila seorang pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja, berarti kerusakan gigi sudah mulai mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut akan terjadi apabila keluhan sakit terjadi terus-menerus yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari (Pratiwi, 2007).
5.  Lokasi Karies Gigi
Karies pada mahkota gigi dapat terbentuk pada daerah permukaan gigi yang berbeda-beda. Karies yang terbentuk pada daerah kunyah disebut oklusal. Pada permukaan gigi yang menghadap bibir/pipi disebut fasial, sedangkan pada permukaan gigi yang menghadap lidah disebut lingual. Lubang fasial pada gigi depan disebut labial dan pada gigi belakang disebut bukal.
Karies yang timbul di akar gigi muncul sebagai perpanjangan lubang gigi dari mahkota gigi melewati CEJ (cemento enamel junction). Karena lapisan sementum yang melapisi akar gigi tidak sekuat email pada mahkota, maka lubang di akar gigi prosesnya lebih cepat daripada permukaan gigi lainnya (Pratiwi, 2007).
6.  Indeks Karies Gigi
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.
a.   Indeks DMF-T
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1)    Setiap gigi dicatat satu kali
2)   D = Decay atau rusak
-          Ada karies pada gigi dan restorasi
-          Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3)   M = Missing atau hilang
-          Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
-          Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
4)   F = Filled atau tambal
-          Tambalan permanen dan sementara
-          Gigi dengan tambalan yang tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut : 1).Gigi molar ketiga; 2).Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption); 3).Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih (supernumerary teeth); 4).Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodontik; 5).Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan; 6).Gigi susu yang belum tanggal.
b.  Indeks def-t
Indeks def adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies. Tujuan dari indeks def adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut. Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1)    d = decayed / rusak
2)   e = indicated for extracted / indikasi untuk pencabutan
3)   f = filled / tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak tedapat karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :1).Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena kelainan genital; 2).Gigi supernumerary; 3).Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung sebagai filled (tambalan).
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997 cit. Anne, 2008) :
1.     Sangat rendah : 0,0 – 1,1
2.    Rendah : 1,2 – 2,6
3.    Sedang : 2,7 – 4,4
4.    Tinggi : 4,5 – 6,4
5.    Sangat tinggi : >6,6
C.  Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
1.   Pencegahan dan Perawatan Karies
a.   Pencegahan karies
1)    Hilangkan plak bakteri
Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies. Tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya (Edwina, 1991).
Karena karies timbul pada tempat dimana ada plak, maka penyikatan gigi yang benar dibantu oleh pembersihan interdental dengan benang gigi merupakan cara pencegahan yang baik. Oleh sebab itu, menghilangkan plak merupakan pekerjaan yang merepotkan dan sangat menyita waktu sehingga hampir tidak seorangpun yang berhasil melakukannya dengan baik (Schuurs, 1992).
Menyikat gigi pada malam hari sangat penting dan juga banyak dilupakan,  karena sisa-sisa makanan yang dikunyah pada siang hari berkumpul, terselip disela-sela gigi dan siap dihancurkan oleh bakteri. Pada malam hari air ludah yang keluar sedikit oleh sebab itu makanan jadi menempel. Maka sikatlah gigi dua kali sehari dan juga lakukan pemijatan ringan pada gusi dan berkumurlah dengan air tawar). Dan jangan lupa periksalah gigi ke dokter gigi selama 6 bulan sekali (Srigupta, 2004).
2)   Hilangkan substrat karbohidrat
Tidak perlu dilakukan menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja. Hal ini dianggap cara pencegahan yang paling efektif (Edwina, 1991).
3)   Tingkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memaparkannya terhadap fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupnya memakai resin (Edwina, 1991).
4)   Obat kumur
Klorheksidin adalah bahan yang dapat mengatasi plak secara efektif. Berkumur dua kali sehari dengan larutan 0,2% klorheksidin dapat sangat mereduksi kenaikan karies. Pengaruh antibakterial berlangsung beberapa jam, karena terjadi ikatan, kemungkinan pada selaput lendir mulut, mungkin juga pada pelikel diikuti oleh pelepasan yang lambat. Beberapa penderita mengeluh tentang rasanya yang pahit, kehilangan rasa dan hampir semua mengeluh tentang menjadi hitamnya gigi geligi (Schuurs, 1992).
b.  Perawatan karies
Pada dasarnya, terjadi lubang gigi dapat dihentikan melalui perawatan. Seperti halnya karies dini dapat dihentikan menggunakan laser. Sedangkan karies gigi kecil perlu dideteksi dengan alat dan rontgen gigi. Dan karies gigi besar yang terlihat mata, dapat dilakukan perawatan dengan alat secara langsung.
Jenis perawatan pun dapat dilakukan secara bervariasi, tergantung tahap kerusakan yang terjadi. Jika lubang gigi mencapai email dan dentin, maka dilakukan penambalan. Sedangkan struktur gigi yang rusak dibuang dengan pengeboran, dan setelah lubang bersih kemudian dimasukkan bahan penambal.
Lubang yang dangkal tapi besar dapat dirawat dengan inlayonlay (logam tuang yang dipasang permanen untuk merestorasi kerusakan gigi yang luas). Namun, bila kerusakan telah mencapai pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran akar (terapi endodontik).
Tahap perawatan saluran akar yaitu mengangkat sel saraf yang telah terinfeksi dan membersihkan salurannya dan mengisinya dengan bahan pengisi saluran akar. Tindakan ini kemudian dilanjutkan dengan pembuatan restorasi pada bagian mahkota sesuai besar kerusakan yang terjadi. Pembuatan mahkota tiruan (jacket crown) yaitu, gigi tiruan permanen yang berfungsi merestorasi struktur gigi yang rusak dengan membungkus gigi tersebut, dapat dilakukan jika kerusakan cukup besar yang meliputi sebagian besar permukaan gigi.
Pada intinya, jika struktur gigi sehat yang tersisa setelah pengeboran tidak cukup, bahan tambal tidak dapat bertahan melekat pada gigi. Pencabutan gigi adalah tindakan terakhir apabila kerusakan yang terjadi terlalu besar dan struktur gigi yang tersisa tidak dapat direstorasi lagi.
Beberapa metode baru untuk mengurangi rasa sakit saat pengeboran gigi, kini telah dikembangkan, laser adalah salah satunya, atau menggunakan anastesi (bius lokal) atau juga obat-obatan lainnya terkadang dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit selama pengeboran. Pada rasa sakit yang timbul karena rasa takut pada perawatan gigi, anastesi dengan gas nitro oksida kadang dibutuhkan (Pratiwi, 2007).
2.  Pengertian Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).
Mengubah tingkah laku individu atau masyarakat sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus karena untuk mengubah tingkah laku individu atau masyarakat, selalu melibatkan proses perubahan mental.
Menurut paham yang dicetuskan oleh Roger yang dikutip dari Azwar (1983), seseorang akan menganut tingkah laku yang baru, harus melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a)    Tingkat kesadaran
Untuk mencapai tahap ini, seseorang perlu mengetahui terlebih dahulu tentang sesuatu hal sebelum ia berbuat sesuatu untuk hal tersebut. Pada tingkat ini seseorang baru menyadari akan adanya suatu gagasan yang baru, misalnya seseorang sadar bahwa gigi yang berlubang dapat dirawat di poliklinik gigi dengan penambalan.
b)   Tingkat perhatian
Setelah seseorang sadar ia mempunyai keinginan untuk mengetahui apa gagasan itu, bagaimana gagasan tersebut, dan adakah keuntungannya bila gagasan tersebut diterima untuk dirinya maupun keluarganya. Dalam tingkat ini diperlukan data dan informasi yang lebih lengkap sehingga ia akan mencari keterangan atau informasi lebih lanjut tentang gagasan lanjut, apakah giginya jika ditambal dipoliklinik giginya merasa sakit.
c)    Tingkat evaluasi
Dalam tingkat ini apabila seseorang merasakan bahwa gagasan itu baik, ia akan mempertimbangkan masak-masak keuntungan dan kerugiannya dipandang dari beberapa hal, serta bagaimana kesan atau pandangan orang terhadap tindakannya itu. Dalam tingkat ini seseorang memerlukan dukungan moril dari orang lain yang lebih berpengalaman serta perlu contoh nyata untuk mencapai tingkat selanjutnya. Untuk meyakinkan gagasan tersebut baik bagi dirinya ia akan pergi ke poliklinik gigi.
d)   Tingkat percobaan
Setelah melalui tingkat percobaan ia akan mencoba gagasan baru tersebut, misalnya orang itu setelah datang ke poliklinik gigi mencoba untuk mendapatkan perawatan giginya. Dalam tingkat ini diperlukan informasi berupa pengalaman positif dan ada komunikasi yang baik antar-personal.
e)    Tingkat adopsi
Bila pengalaman dalam tingkat percobaan cukup menyenangkan, ia akan menerima gagasan tersebut. Pembinaan yang teratur sangat diperlukan agar makin mantap dengan gagasan serta memperkuat keyakinannya misalnya orang itu mau mengikuti tingkah laku yang baru dengan tidak segan-segan datang lagi ke poliklinik gigi bila ada kelainan yang dirasakan pada gigi dan mulutnya.
Dalam proses perubahan tersebut diatas, setiap individu di dalam masyarakat mempunyai perbedaan kecepatan untuk mencapai tingkat yang di atasnya, sampai ke tingkat adopsi, tetapi ada yang tidak pernah mencapai tingkat adopsi atau dengan kata lain gagasan yang pernah di terima ditolak karena tidak sesuai dengan dirinya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang menunjang keberhasilan tersebut (Herijulianti, 2001).


BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A.  Kerangka Teori

Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan mulut yang terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan mulut seperti adanya plak. Tujuan kebersihan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur serta mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan gigi (Houwink, 1993).
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya mineralisasi bagian anorganik dan demineralisasi substansi organik.  Karies dapat terjadi pada setiap gigi yang erupsi, pada tiap orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, bangsa, maupun status ekonomi (Monang, 1996).
Notoatmodjo cit Fankari, (2004  cit. Kawuryan  (2008), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Berdasarkan konsep pemikiran diatas, maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
B.  Variabel Penelitian
1.     Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
2.    Kebersihan gigi dan mulut
3.    Karies gigi
C.  Defenisi Operasional
No
Variabel
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil
Skala Ukur
1
Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

Melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) tentang cara merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.
Wawancara








Kuisioner
-   Baik 76-100%
-   Cukup 56-75%
-   Kurang <56%
Ordinal
2
-       Kebersihan gigi dan mulut

-       Karies gigi
-          Suatu keadaan mulut yang terbebas dari kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan mulut seperti adanya plak dan kalkulus.

-   Suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi bagian anorganik dan penghancuran dari subtansi organik yang dapat menyebabkan rasa nyeri.
Pemeriksaaan
-  Kartu status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)








-  Kartu status karies (DMF-T)


-  Alat diagnosa

-          Baik : 0,0-1,2
-          Sedang : 1,3-3,0
-          Buruk : 3,1-6,0








-          Sangat rendah : 0,0-1,1
-          Rendah : 1,2–2,6
-          Sedang : 2,7 – 4,4
-          Tinggi : 4,5–6,5
-          Sangat Tinggi :> 6,6

Ordinal













Ordinal







BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh gambaran tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
B.  Waktu dan Tempat Penelitian
1.     Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.    Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Tahun 2011.
C.  Populasi dan Sampel
1.     Populasi
Populasinya adalah seluruh mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.    Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian diambil secara judgement sampling,  dimana calon responden tersebut mempunyai syarat, yaitu: mahasiswa telah mempelajari mata kuliah preventif dentistry, dan telah mengikuti jenjang pendidikan di Jurusan Kesehatan Gigi selama 2 tahun.
D. Instrument Penelitian
1.     Alat diagnosa : Pinset, Sonde, Kaca Mulut. Alat ini digunakan untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut serta karies gigi.
2.    Kartu status kebersihan gigi dan mulut untuk mengetahui perbedaan antara kebersihan gigi dan mulut antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain.
3.    Kartu status karies gigi untuk mengetahui perbedaan karies gigi antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain.
4.    Kuisioner digunakan untuk mengetahui sejauh mana tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa tersebut.
E.   Teknik Pengumpulan Data
1.     Data Primer
Data ini diperoleh langsung dengan mewawancarai responden melalui kuesioner dan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut dan karies pada Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes NAD Tahun 2011.
2.    Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Kampus JKG yaitu : Data Mahasiswa Tingkat II Jurusan Kesehatan Gigi.
F.   Pengolahan Dan Analisa Data
Setelah mengumpulkan data melalui kuesioner dan pemeriksaan, dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)    Editing
Dimaksudkan untuk memperoleh data yang didapat, kemudian mengolahnya dengan baik sehingga menghasilkan informasi yang benar, kegiatan yang dilakukan berupa mengkoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian dan pengambilan data.
b)   Coding
Usaha yang dilakukan yaitu memberi kode jawaban dengan angka atau kode tertentu, sehingga lebih mudah dan sederhana.
c)    Tabulating
Data yang diperoleh dikelompokkan dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sedangkan hasil observasi langsung berbentuk data kuantitatif yang nantinya akan dianalisa, kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, I.E., 2006, Perawatan Gigi Terpadu Usia Lanjut. Hal : 39, EGC. Jakarta.

Be Kien Nio.,1995, Preventive Dentistry, Sekolah Pengatur Rawat Gigi, Bandung

Herijulianti, E., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi , EGC, Jakarta.

Hidayanti, Lilik., 2005, Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro Semarang.

Houwink., 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Hal : 1, Gadjah Mada University
Press.

Kawuryan, Uji., 2008, Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
dengan Kejadian Karies Gigi Anak SDN Kleco II Kelas V dan IV Kecamatan
Laweyan Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Kemenkes, RI., 2010 , Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar biasa

Kidd, E. 1991, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, Hal : 1-5, 8-9, 16
1, EGC, Jakarta.

Malik, Isnaniah., 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Makalah, Fakultas Kedokteran Gigi
Padjajaran Bandung.

Megananda., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi, Bandung, Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Depkes Bandung.

Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan , PT Asdi Mahasatya,
Jakarta.

Pratiwi, D., 2007, Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari., Hal : 23-24, 27-28,
Gramedia, Jakarta.

Riskesdas., 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Riyanti, Eriska., 2005, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini,
Seminar Sehari.
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf.

Schuurs., 1992, Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi, Hal :
158-162, Gadjah Mada University Press.

Suwargiani, A.A., 2008, Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh dan
Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, Makalah, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran Bandung.

Srigupta, A.A., 2004, Perawatan Gigi dan Mulut, Hal : 2, 99, Jakarta.

Suwelo, I.E., 1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi, Hal : 23,  
EGC, Jakarta.



0 komentar:

Posting Komentar