BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Tujuan pembangunan
Nasioanl di bidang kesehatan adalah terciptanya hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh,
terpadu, merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran
serta aktif masyarakat (Depkes RI, 1995).
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa
upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang sehat
melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu, kesehatan gigi
dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang (Gultom,
2009).
Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman
karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, Prevalensi
karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks
DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3.
Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5
tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan
kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun
bebas gigi yang dicabut (komponen M = 0); penduduk umur 35-44 tahun memiliki
minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%,dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi
(edentulous ) ≤2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi
berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi ≤5%.
Hasil Karakteristik survei
kesehatan, Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar 81,7%.
Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita berusia
4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun
(60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%) (Suryawati,dkk, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh
Taverud (2009) menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak sangat
bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun
sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak
usia 4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian
golongan umur balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.
Pengetahuan ibu
terhadap kebersihan gigi dan mulut akan menuntaskan status kesehatan gigi anak
kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang
anak, orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi anaknya
tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik dan
benar. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkan
perhatian yang serius dari orang tua, karena gigi susu akan mempengaruhi
pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi banyak orang tua yang beranggapan
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap, sehingga
mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh
oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah. (Gultom, 2009). Persatuan
dokter gigi Australia pernah mengungkapkan bahwa: “kesehatan gigi geligi anak
adalah tanggung jawab ibunya”. Hal ini dapat dipahami karena umumnya yang
paling dekat dengan anak sejak usia menyusui adalah ibunya. (Machfoedz, 2008).
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan
untuk mengambarkan suatu keadaan sebahagian besar atau semua gigi susu yang
mengalami kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat. Walaupun
karies ini erat kaitannya dengan pemberian susu/cairan manis lainnya dengan
menggunakan botol secara berkepanjangan (mahafudo, 2008), pada umumnya susu
botol diberikan pada balita sepanjang hari sejak anak bermain sampai tidur,
efek dan tindakan ini adalah bila di gigi anak sudah bererupsi pada bulan ke -6
sehingga insiden rampan karies ini bias sangat tinggi terjadi pad anak.
(Afnilina, 2006)
Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang di
lakukan penulis pada balita di TK CUT MEUTIA
Banda Aceh bahwa, dari 18 balita yang di
lakukan pengamatan, terdapat 12 balita yang mengalami kerusakan gigi (rampan karies)
dan 6 balita yang memiliki gigi sehat.
Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang pengetahuan ibu terhadap kerusakan gigi
anak ( Rampan Karies). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui pengetahuan Ibu
tentang rampan karies di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan
masalah yang akan dikaji adalah, Bagaimana “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan
Karies Pada Balita di TK Cut Meutia Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh tahun2011.”
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Cut Meutia Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk mengetahui
pengetahuan Ibu tentang rampan karies pada balita di TK Cut Meutia Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
b.
Untuk
mengetahui ada atau tidak adanya rampan karies pada balita di TK Cut Meutia kecamatan Baiturrahman Banda Aceh tahun 2011.
D.
Manfaat penelitian
1. Bagi
Peneliti
Menambah
wawasan ilmu pengetahuan peneliti untuk meningkatkan diri dan disiplin ilmu
terutama yang menyangkut dengan kesehatan gigi.
2. Bagi
Akademi
Hasil
penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi atau di kajikan dipustaka bagi mahasiswa jurusan kesehatan
gigi poltekkes kemenkes NAD.
3. Bagi
Lokasi Penelitian
Hasil penelitian ini sebagai masukan atau
bahan informasi tentang status kesehatan gigi dan mulut pada balita di TK Cut
Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan
Secara umum pengertian pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2007), adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut Notoatmodjo (2007),
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
2.
Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan , yaitu
:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri
yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
b.
Memahami (Comprehensian)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.
Applikasi
(Application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih ada
di dalam suatu struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitan nya satu sama
lain.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3.
Pengetahuan Orangtua
Pengetahuan
orangtua terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi dan
mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat
baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak. Seorang ibu memerlukan peran penting dalam
keluarga, baik sebagai seorang istri, maupun sebagai seorang ibu dari
anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir adalah ibu, Oleh
karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak. Namun,
pengetahuan saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang
tepat. (Gultom, 2009).
Sebagai
orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan
gigi anak, pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman
manis lainnya, secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini
akan mendukung terjadinya karies pada anak. penyikatan gigi merupakan tindakan
yang paling mudah di lakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan
frekuensi penyikat gigi. peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam
membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna menghindarkan kerusakan gigi
anak dan penyakit mulut.
Kesehatan
gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap. Oleh
karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. (Gultom, 2009).
B. Rampant Karies
1.
Pengertian
Rampant Karies
Rampan
karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan terjadinya kerusakan
yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang
biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama terdapat pada gigi-
geligi sulung anak yang terus-menerus menghisap botol yang berisikan gula atau
dicelupkan dahulu ke dalam larutan gula( Kidd BGM Smith, 2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini dapat cepat meluas mengenai
seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut yaitu
pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi
permanen, Pada saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan
mempengaruhi kesehatan umum. Rampant
karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja, karena seringnya
mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik juga minuman yang
manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang dewasa ditandai dengan
karies pada bukal dan lingual dari premolar dan molar dan juga proximal dan labial
karies di insisiv Rahang bawah (Paradipta, 2009).
2.
Gambaran
Klinis Rampan Karies
Gambaran klinis dari Rampan
karies mempunyai pola dan tipe
yang khusus. Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada
bagian labial gigi insisif atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe
kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi insisif rahang atas. Proses
kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan
erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah
dan molar kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin
terjadi karena posisinya yang terlindung
oleh lidah (Paradipta, 2009).
3.
Faktor
Penyebab Terjadinya Rampan Karies
Penyebab
utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu dalam waktu yang
berkepanjangan.Susu akan berada di dalam mulut dalam jangka waktu yang lama dan
akan terjadi fermentasi. Sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena
infeksi. Pemberian ASI dengan periode yang lama, memakai dot kosong yang
dicelupkan ke dalam madu, sirup atau gula juga dapat menyebabkan rampan karies.
Sayangnya sebagian besar anak-anak yang menderita rampan karies tidak sesegera
mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan memberi perhatian,apabila
telah ada keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa
gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian oleh gigi tetap. Sehingga
perawatan terhadap gigi susu seringkali terabaikan ( Mamimendy, 2010).
Adapun
faktor lainnya yang dapat menyebabkan
Rampan karies yaitu :
a.
Faktor predisposisi yaitu terjadinya
rampant karies karena mengkonsumsi gula, Berkurangnya
saliva, Adanya streptokokus mutans dalam tingkat yang infeksius, Perubahan
fisiologi dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan oral hygiene yang buruk.
b.
Faktor herediter, orang tua yang peka
terhadap karies, hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola
kebiasaan makan yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula.
c.
Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes
mellitus.
d.
Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung karbohidrat terutama di antara waktu makan, waktu makan
merupakan faktor yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.
4. Proses
Terjadinya Rampan Karies
Penyebab
terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah pemberian susu botol
yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu atau cairan yang
mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai anak
tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan menyebar dari satu gigi
ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah jarang terjadi karena
gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap susu dari botol
(Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis bahwa posisi
tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan membasahi
permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada
keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental
sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan
meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan
bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi asam
permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya karies
(Kidd Edwina).
5. Pencegahan Rampan Karies
Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena semakin parah karies maka semakin kompleks pula
perawatan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies,
meliputi :
a.
Berikan
nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan nyaman saat
tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula (susu.
b.
formula atau sari buah), biasakan berikan anak
air putih dalam dot botol atau dot karet.
c.
Usahakan
jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan gula ke dalam dot
botol.
d.
Jangan
membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena ASI juga dapat
menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang berisi air.
e.
Jangan
menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
f.
Gunakan
kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi dan gusi
anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini akan
membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan gusi.
g.
Jika
air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka suplemen
fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant
dapat diberikan.
h.
Ajarkan
kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir menjelang
umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot botol setelah
umurnya 1 tahun.
i.
Berikan
nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila
tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam pada
gigi anak (Paradipta, 2009).
6.
Perawatan
Rampan Karies
Pada kasus rampan karies
dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai berikut :
a.
Relief of
pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi
apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan
melalui oral (antibiotic,analgetik)
b. Menghentikan
proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai
jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk membuang
semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
c.
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan
jelaskan mengenai DHE dan oral hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
d.
Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor
pada gigi sebagai preventif. Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian
pasta gigi yang mengandung fluor.
e.
Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai
diperoleh keadaan oral hygene yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran
koreksi faktor sistemik( bila ada) .
C. Balita
1. Pengertian
Balita
Balita dan bayi yang berusia di bawah 5 tahun
yang merupakan semua anak termasuk bayi yang baru lahir, umur bayi di hitung
dari 0 sampai 1 bulan neonatus, 1 bulan sampai 1 tahun di sebut juga dengan
toddler, di bawah 2 tahun di sebut baduta, dan di bawah 5 tahun disebut dengan
balita (sari, 2008)
2. Proses
Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Balita
Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin
dalam kandungan usia 8 minggu kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada
bayi berusia lebih dari 6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh secara berurutan
yang dimulai dengan gigi seri pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri
pertama atas, selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia
1 tahun, pada usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah
yang akan diikuti dengan tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi
geraham kedua atas dan bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak
berusia 2 tahun (Afrilina,2006).
Diet yang baik sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi perkembangan gigi geligi tampaknya
lebih banyak di pengaruhi oleh gangguan keseimbangan kalsium dan fosfor di
dalam aliran darah, panas badan yang tinggi atau infeksi usus dapat mengganggu
keseimbangan mineral dan lebih banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin
dibanding gangguan nutrisi ibu (Narendra, 2002).
3. Tahap-Tahap
Pertumbuhan Gigi
Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting
dari pertumbuhan seseorang anak, tahap-tahap penting tumbuh gigi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Gigi geligi
|
Waktu erupsi (bulan)
|
·
Geligi rahang
atas
·
Gigi seri pertama
·
Gigi seri kedua
·
Gigi taring
·
Gigi geraham
pertama
·
Gigi geraham
kedua
|
-
6,5
-
8
-
18
-
14
-
24
|
·
Geligi rahang
bawah
·
Gigi seri pertama
·
Gigi seri kedua
·
Gigi taring
·
Gigi geraham
pertama
·
Gigi geraham
kedua
|
-
6
-
7
-
16
-
10
-
20
|
sumber Child Development 2009
BAB
III
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
A. KERANGKA
KONSEP
Orangtua
terutama seorang ibu harus memiliki pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan
gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, pada
anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya,
secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek,
ini akan mendukung terjadinya karies pada anak (Gultom, 2009). Rampan karies
adalah nama yang di berikan kepada kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang
cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas
karies. Menyebar luas dan bahkan dapat menyebabkan terkena pulpa (Kidd Edwina).
Berdasarkan konsep pemikiran di atas
dapat di buat skema penelitian sebagai berikut :
Pengetahuan Ibu ➡➡➡➡➡ Rampan Karies
B. Variabel Penelitian
1.
Pengetahuan
Ibu.
2.
Rampan karies.
C. Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
1
2
|
Pengetahuan
ibu
Rampan
karies
|
pengetahuan ibu
bagaimana cara memelihara dan merawat kesehatan gigi dan mulut anak.
Suatu keadaan dimana
semua atau sebagian besar gigi susu
mengalami kerusakan secara meluas dan proses perkembangan nya sangat cepat.
|
Wawancara
pemeriksaan
|
Kuisioner
-Chek
lis
-Diagnosa
set
|
Baik
>50%
Kurang
baik ≤
50%
-Ada
-Tidak
ada
|
Ordinal
Nominal
|
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskiptif, yaitu
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita di
TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda
Aceh Tahun 2011.
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Cut Meutia Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh tahun 2011, alasan penulis memilih lokasi
tersebut karena belum ada yang melakukan penelitian serupa sebelumnya.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18- 20 juli 2011.
C. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
balita kelas B inti di TK Cut Meutia Banda Aceh yang jumlah balitanya 53 orang,
dan ibu balita sebagai responden.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari
total populasi yang jumlah balitanya 53 orang, dan diikut sertakan ibu balita
sebagai responden.
D. Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Alat
diagnosa : untuk memeriksa karies gigi yang terdiri dari sonde, pinset, kaca
mulut
b.
Kuesioner : untuk mengetahui pengatahuan ibutentang rampan karies pada anak balita
c.
Lembaran
chek list : untuk mencatat gigi yang karies.
E. Cara
Mengumpulkan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
langsung dengan melakukan pemeriksaan
gigi pada anak balita dan mewawancarai orang tua atau ibu balita dengan
kuisioner yang sudah di sediakan dan
data sekunder mengenai jumlah balita di TK CUT MEUTIA Banda Aceh Tahun 2011.
F. Pengolahan
dan Analisa Data
1. Pengolahan
Data
Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya
yang di lakukan adalah mengolah data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki
oleh data tersebut. Proses pengolahan data di lakukan dengan menggunakan
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa
kembali apakah sudah lengkap jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan
identitas responden, data yang di berikan berkesinambungan atau tidak dalam
arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan yang lain.
b. Coding
Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan
angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.
c.Tabulating
Pada tahap ini data di kelompokkan ke dalam table
tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian .
G. Analisis
Data
Data yang didapat dari hasil kuisioner secara deskriptif
dengan menghitung persentase setiap variabel.
H. Penyajian
Data
Data hasil penelitian dari tiap-tiap variabel di sajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan juga menggun nakan tabel silang.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan
20 juli tahun 2011 di TK Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2011. Sampel pada penelitian
ini adalah seluruh anak balita yang ada dikelas B inti di TK Cut Meutia Banda
Aceh sebanyak 53 orang dan diikut sertakan ibu balita sebagai
responden. Pengumpulan data di peroleh dari pemeriksaan status rampan karies pada
anak balita dan kuisioner yang di
berikan pada 53 ibu balita.
1. Data Umum
a.
Jeniskelamin
Tabel I
Distribusi frekuensi Responden anak balita berdasarkan
jenis kelamin di TK Cut Meutia Banda Aceh
No
|
JenisKelamin
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Laki-
laki
|
27
|
51
%
|
2
|
Perempuan
|
26
|
49
%
|
|
Total
|
53
|
100 %
|
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa
anak balita berjenis kelamin laki- laki sebanyak 27 orang (51%) dan balita perempuan sebanyak
26 orang (49%).
b. Umur
Tabel 2
Distribusi frekuensi Responden anak balita berdasarkan
umur di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh
No
|
Umur
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
4 Tahun
|
21
|
40%
|
2
|
5 Tahun
|
32
|
60%
|
|
Total
|
53
|
100%
|
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa
anak balita yang berumur 4 tahun sebanyak
21 orang (40%), dan balita yang berumur 5 tahun sebanyak 32 orang (60%).
1. Data
khusus
a. Rampan
Karies
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Anak Balita Berdasarkan Ada atau Tidaknya Rampan Karies di TK Cut
Meutia Keucamatan baiturrahman Banda Aceh
Tahun 2011
No
|
RampanKaries
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Ada
|
42
|
79%
|
2
|
Tidak
Ada
|
11
|
21%
|
|
Jumlah
|
53
|
100%
|
Berdasarkan tabel 3 dapat di lihat bahwa dari
53 responden yang mengalami rampan karies 79%, sedangkan yang tidak mengalami rampan
karies 21%.
b. Pengetahuan
Ibu
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman
Banda Aceh Tahun 2011
No
|
Pengetahuan Ibu
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Baik
|
17
|
32 %
|
2
|
Kurangbaik
|
36
|
68 %
|
|
Total
|
53
|
100
%
|
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
pengetahuan ibu dalam katagori baik berjumlah 17 orang (32%), Sedangkan yang
katagori kurang baik 36 orang (68%).
Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita
Tabel
5
Tabel Rata- rata Pengetahuan Ibu Tentang
Rampan Karies Pada Balita di Tk Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh
Tahun 2011
No
|
Pengetahuan Ibu
|
Frekuensi
|
Rata- rata
|
Kategori
|
1
|
Baik
|
980
|
|
|
2
|
Kurang Baik
|
1650
|
49,62
|
Kurang baik
|
|
Total
|
2630
|
|
|
Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa
tingkat pengetahuan ibu di TK Cut Meutia Banda Aceh rata –rata
kurang baik yaitu 49,62.
2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata –rata pengetahuan ibu di TK Cut
Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh termasuk katagori kurang baik yaitu
49,62 dan 42 balita yang mengalami rampan karies. Menurut penulis, rendahnya
pengetahuan ibu di karenakan ibu tidak memperdulikan kesehatan gigi anaknya
karna ibu beranggapan gigi anak akan terganti setelah mengalami kerusakan,
tetapi banyak ibu tidak mengetahui dampak dari kerusakan gigi anak, yang akan
menyebabkan anak susah makan, susah tidur
karena giginya sakit. Hal ini di karenakan rampan karies rawan terjadi
pada anak balita. Menurut Nelson (2002),
kebanyakan ibu tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
anak, ibu baru akan memberi perhatian apabila telah ada keluhan dari sang anak.
Pengetahuan ibu dalam peningkatan kebersihan gigi dan mulut harus di wujudkan
melalui kesadaran yang tinggi dari ibu dan anak. Segala sesuatu hal harus ada
kesinambungan antara pengetahuan dan sikap yang di cerminkan dalam bentuk
perbuatan, sebab sering kali ibu memperlihatkan sesuatu yang bertentangan
dengan pengetahuan dan sikapnya. Pengetahuan sangat berkaitan dengan
pengalaman, kesadaran dan informasi yang di terima terutama tentang kebersihan
gigi dan mulut. Pengetahuan yang tinggi merupakan hasil tau dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu atau
indera penglihatan (Notoadmojo, 2003).
Pentingnya menjaga kebersihan gigi anak usia dini agar terhindar dari
rampan karies,karena rampan karies sangat sering terjadi pada balita terlebih
yang mengkonsumsi susu botol dalam jangka waktu yang lama, posisi anak tidur dengan botol/dot
dalam rongga mulut maka cairan manis akan membasahi permukaan gigi sulung pada
keadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental
sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan
meningkatkan kualitas kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri
menurunkan PH saliva sehingga gigi mengalami demineralasasi email dan akhirnya
menjadi karies (Afrilina, 2006).
Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu sangat
mempengaruhi terjadinya rampan karies pada balita, Pengetahuan orangtua
terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat
penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi
dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik. Pengetahuan
ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya
kelak. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir adalah ibu, Oleh karena
itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak. Namun, pengetahuan
saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat. (Gultom,
2009)
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dari 53
balita,42 orang ( 79%) yang mengalami
rampan karies dan 11 orang (21%) yang tidak mengalami rampan karies.
2.
Pengetahuan
ibu dengan katagori kurang baik berjumlah 36 orang (68%) sedangkan yang katagoribaikhanya
17 orang (32%).
B.
Saran
1.
Disarankan
kepada orang tua (ibu) untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut anak terutama rampan karies pada anak balita sehingga dapat mencegah
terjadinya rampan karies.
2.
Disarankan
kepada para tenaga kesehatan gigi agar lebih meningkatkan promosi atau
penyuluhan tentang rampan karies pada ibu.
DAFTAR
PUSTAKA
Afrilina,
G,2006. 75 Masalah Gigi Anak Dan
Solusinya, Gramedia; Jakarta
Anonym, 2009.gigi kurang bersih picu terjadinya karies.http://www.lifestyle.okezone.com/read/2008/
gigi-kurang -bersih –picu-terjadinya-karies. Html
Child development, 2009. Pertumbuhan gigi, http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu35.html
Depkes,1995. Tata kerja pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, Jakarta
, 2009. Undang-undang kesehatan,
Jakarta.
Gultom,
M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan ibu-ibu Rumah Tanggal. http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter
I.pdf.html
Jelsoft,
2004. Merangkai meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melalui pelayanan,
pencegahan, untuk pendidikan, http://www.google.com
Kidd
Edwina,1991. Dasar-dasar karies, EGC
; Jakarta
Mamimendy,
2010. Rampant karies, http://mamymendy.Blogspot.com
Machfoedz
I, 2008. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak-Anak dan Ibu Hamil, Jakarta.
Narendra,
M.sularyo, dkk, 2002. tumbuh kembang anak
dan remaja,kesehatan gigi anak dan jaringan sekitarnya,sagang seto, Jakarta
Notoadmodjo,S.1993. Pendidikan kesehatan Dan ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta.
Paradipta,
A,2009. Karies botol (bottle milk caries).
Suwelo,
I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan
Berbagai Faktor Etiologi, EGC,
Jakarta.
Sari,
C, 2008. Balita Dan Gigi, http://www.google.com
Sutadi,H,
2002.penanggulangan rampan karies serta keluhan pada anak. http://isjd.pdii.lipi.go.id/indek
php.html
Suryawati,dkk,
2009. Prevalensi karies pada anak balita.
0 komentar:
Posting Komentar