BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan adalah
hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan
bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan
upaya kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).
Kesehatan
merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam pembangunan unsur
manusia agar memiliki kualitas, mampu bersaing diera yang penuh tantangan saat
ini maupun masa yang akan datang. Pembangunan kesehatan menjadi perhatian
serius dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda perioritas pembangunan
selain pembangunan bidang lainnya (Arifin, 2007). Masalah kesehatan di
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun
perilaku-perilaku kelompok masyarakat, diantaranya adalah yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan, gizi, masalah dengan pemeliharaan diri sendiri yang
didalamnya termasuk juga pemeliharaan kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan
dalam pemeliharaan diri (Effendy, 1998).
Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek
lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi
termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut saling berhubungan dan saling
mempengaruhi baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya
kesehatan gigi masyarakat) maupun penaggulangan keadaan kesehatan gigi
masyarakat. Untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya dalam upaya kesehatan gigi
(pencegahan penyakit gigi), perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan
proses terjadinya kerusakan gigi (karies gigi) termasuk etiologi karies gigi,
resiko yang menyebabkan timbulnya karies gigi (Suwelo, 1992).
Karies
adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat adanya kombinasi 4 faktor
utama yaitu host (gigi dan saliva),
mikroorganisme di dalam plak gigi terutama streptococcus
mutans, substrak dan waktu terbentuknya kavitas (Haris, 2004). Faktor
predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya
karies salah satunya adalah perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut (Tarigan,1992).
Memasuki usia pra sekolah resiko anak mengalami karies cukup
tinggi.
Pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua terutama ibu
dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh signifikan terhadap sikap dan perilaku
anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Pada umumnya anak sangat mengemari
makanan manis seperti permen, gulali dan coklat yang diketahui sebagai subtsrak
dan disukai oleh bakteri yang selanjutnya dapat melarutkan sruktur gigi. Keadaan ini
diperburuk oleh kemalasan anak dalam membersihkan giginya
(Nanda, 2005).
Karies yang terjadi
pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri, maka anak akan
kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta proses mengunyah
makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi
kurus. Dalam hal ini, secara tidak lansung, karies pada anak akan mempengaruhi
proses timbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak (Syarifi, 2008).
Karies
gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan
gigi yang parah mengenai sebagian besar giginya. Penyakit yang ditandai
dengan munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan gigi geraham besar itu
kini banyak ditemukan pada anak usia 3-6 tahun di negara berkembang dengan
prevalensi 90 %.
Rampan
karies merupakan penyakit multifaktorial
dimana faktor faktor tersebut saling berinteraksi. Ada beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam
menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak. Faktor kejadian karies gigi
antara lain faktor dari makanan, kebersihan mulut, kebiasaan kebiasaan yang
tidak sesuai dengan kesehatan seperti mengemut makanan dan pemberian makanan
melalui botol. Selain dari faktor kebiasaan dan
faktor makanan, kondisi yang memperparah terjadinya karies pada anak ini adalah
karena ketidakpahaman orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies
tersebut, dimana karies tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang manis,
seperti air susu, soft drink menggunakan botol, serta air susu ibu yang cara
pemberian, frekuensi serta intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut
berada di rongga mulut, seperti ketika anak tertidur sambil mengemut (mengedot)
soft drink air air susu dalam botol lebih memeperparah terjadinya rampan karies
pada gigi anak (Yuwie, 2007).
Pada
anak balita pengaruh orang tua sangat berperan dalam membentuk perilaku anak.
Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya orang terdekat dengan
anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup
signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Pengetahuan ibu tentang kesehatan
gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak (PDGI online,
2009 cit Gultom 2010). Sehingga,
pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak agar
mereka mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan
benar (Natamiharja, 2010).
Anak-anak
memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan
kebijaksanakan yang luar biasa, dan memerlukan cara baik (Machfoedz, 2005).
Sehingga peran orang tua khususnya ibu sangat diperlukan dalam membimbing,
memberikan pengertian, meningkatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Selain itu ibu juga mempunyai peran
yang cukup besar didalam mencegah terjadinya rampan karies pada anak
(Anggriana, 2004).
Pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan menentukan
status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses yang
penting dari pertumbuhan anak. Ibu harus
mengetahui cara merawat gigi anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya
cara merawat gigi dengan baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak
harus memiliki perhatian yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat
menentukan pertumbuhan gigi permanen anak (Gultom, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2011) menunjukan bahwa
prevalensi karies
gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana
anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak
usia 2 tahun 10%, anak usia 3 tahun 40%, anak 4 tahun 55 %, anak usia 5 tahun
75%. Dengan demikian golongan umur balita merupakan golongan rawan terjadinya
karies gigi. Pada balita dan anak pra sekolah
sering di jumpai kelainan karies gigi yang menyeluruh (rampan karies) yaitu
karies yang terjadi tiba tiba, mengenai
banyak gigi dalam waktu singkat, dan cepat melibatkan pulpa. Karies rampan
mempunyai karakteristik terkenanya permukaan proximal gigi insicivus
bawah yang berkembang hingga mengenai daerah servikal (Porwanto,
2009).
Karies gigi sejauh ini masih merupakan masalah kesehatan anak. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies pada
anak masih sebesar 60 -90%. Karies merupakan
penyakit gigi dan mulut yang paling umum terjadi di Indonesia. Data SKRT
(Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2007, menyatakan bahwa prevalensi karies
gigi mencapai 76,92 % yang menyerang penduduk Indonesia.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Ulee Kareng
Kecamatan Ulee Kareng, menjelaskan bahwa prevalensi rampan karies pada anak
usia 3-5 tahun mencapai 37,00 %. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh peneliti, diperoleh bahwa 49 orang anak (51,58 %) menderita rampan karies
dan 46 orang anak (48,42 %) tidak
menderita rampan karies di TK IT Mon Kuta, yang rata-rata menyerang gigi anak
bagian depan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, bisa dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai
berikut yaitu:” Bagaimanakah kejadian rampan karies pada anak ditinjau dari faktor
perilaku ibu di TK
Mon Kuta Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui
gambaran terjadinya rampan karies pada anak ditinjau
dari faktor perilaku ibu di TK IT Mon Kuta Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2012.
2. Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui gambaran kejadian rampan karies pada anak ditinjau dari
pengetahuan ibu di TK IT Mon Kuta Lambhuk Kecamatan Ulee
Kareng Banda Aceh tahun 2012.
b.
Mengetahui gambaran kejadian rampan karies pada anak ditinjau dari sikap ibu di TK
IT Mon Kuta Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2012.
c.
Mengetahui gambaran kejadian rampan karies pada anak ditinjau dari tindakan ibu di
TK IT Mon Kuta Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2012.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian studi kasus di
bidang kesehatan gigi dan mulut.
Khususnya tentang penyakit rampan karies pada anak di TK IT Mon Kuta Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat dimanfaatkna sebagai bahan
bacaan dan informasi dasar untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dasar untuk peningkatan perilaku orang tua
anak TK IT Mon Kuta dalam memelihara kesehatan gigi anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rampan Karies
1. Pengertian
Rampan Karies
Rampan karies merupakan salah satu
penyakit gigi berlubang yang akut dan parah pada pasien anak dengan ditandai
munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan gigi geraham besar (Rahmi, 2011).
Menurut Massler (2002), rampan karies adalah karies yang timbul dengan cepat, menyebar
secara luas dan menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa.
lesi ini ditandai dengan terkenanya gigi anterior bawah
yang biasanya imun terhadap karies. Winter (2007), mengatakan bahwa rampan karies adalah lesi akut yang
meliputi sebagian atau semua gigi yang telah erupsi,
menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat termasuk
permukaan yang biasanya imun terhadap karies gigi. Rampan karies adalah merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan suatu keadaan sebagian besar, semua
gigi susu, yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan
berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008). Karakteristik karies rampan adalah terkenanya permukaan proksimal gigi insisivus (dentes
Insicivus) bawah, yang berkembang hingga mengenai servikal, proses karies
rampan sama dengan proses karies biasa hanya terjadinya lebih cepat.
2.
Tahap Perkembangan Rampan Karies
Menurut
(Rohani, 2009), ada empat tahap
perkembangan terjadinya rampan karies yang terjadi yaitu
:
1)
Tahap Awal
Pada proses terjadinya rampan karies, pertama tama di
tandai dengan terlihatnya warna putih seperti kapur pada bagian servik dan proksimal gigi anterior atas akibat demineralisasi pada enamel. Keadaan ini disebut juga karies dini
atau white spot, white spot karies
yang terjadi pada sub surfice enamel
sedangkan survise enamel belum rusak.
2)
Tahap Kerusakan
Ditandai
dengan meluasnya lesi ke dentin gigi anterior atas sehingga membentuk kavitas dan menunjuk kan perubahan warna
coklat tua atau hitam disekeliling leher gigi. Pada tahap ini anak sudah mulai
mengeluh sakit pada saat makan atau minum dingin.
3)
Tahap Lesi Dalam
Ditandai
dengan meluasnya lesi ke pulpa gigi anterior
maksila, tahap ini dicapai dalam waktu 10 sampai 14 bulan, pada tahap ini sering
ada keluhan rasa sakit beberapa menit sewaktu makan
, minum panas atau dingin, rasa
sakit spontan sewaktu menyikat gigi.
4)
Tahap Traumatik
Ini
terjadi karena diabaikan nya gejala dari tahap sebelumnya, ditandai dengan
keadaan gigi anterior atas yang mulai
menimbulkan rasa sakit, dimana tekanan ringan dapat menyebabkan fraktur pada
gigi. Pada setiap tahap perkembangan karies, dapat terhenti bila penyebab dari
rampan karies dapat di
batasi.
3. Proses Terjadinya
Rampan Karies
Pada
awalnya karies mengenai email gigi dengan ditandai oleh munculnya garis
berwarna kecoklatan pada gigi seri atas anak. Pada awalnya hanya ada pada satu
gigi, tetapi lama kelamaan mengenai gigi seri lainya. Garis berwarna kecoklatan
tersebut tidak bisa dihilangkan dengan menyikat gigi ataupun digosok dengan
cotton bud. Garis berwarna kecoklatan tersebut menandai awalnya proses
kerusakan email. Proses kerusakan email terus berlanjut jika penyebabnya tidak
segera dihilangkan, pemeliharaan kebersihan gigi tidak tepat, dan pola makan
kurang baik. Kerusakan email ini kemudian bisa berkembang menjadi karies pada gigi, yang selanjutnya menyebar hingga
gigi lainya (Afrilina, 2006).
4. Patogenesis Rampan
Karies
Bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis
bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan
membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,
pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental
sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan
meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan
bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi asam
permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya karies
(Kidd, 1992).
5. Pencegahan Rampan
Karies
Menurut Mahafudo (2008),
ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :
a.
Rajin membersihkan gigi
anak setiap hari
b.
Jangan biarkan anak
sering terlena dalam menikmati makanan/minuman terutama jus, susu formula
c.
Perkenalkan dan ajarkan
pada anak minum dengan cup,gelas saat mulai menginjak usia 2 tahun
d.
Gunakan sedikit atau
bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada makanan/minuman anak
e.
Konsultasilah dengan
dokter gigi akan membutuhkan flour pada gigi anak anda
f.
Melakukan pemeriksaan
secara rutin kedokter gigi.
6. Perawatan Rampan Karies
Menurut Riden (2002), pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa
perawatan sebagai berikut:
a. Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi
apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan
melalui oral (antibiotic,analgetik).
b. Menghentikan proses karies, tiap kavitas
meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas
dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies
terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol
d. Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor
pada gigi sebagai preventif. Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian
pasta gigi yang mengandung fluor.
e. Instruksi kebersihan gigi dan mulut
Sikat gigi yang berbulu halus dan basah dapat digosokkan
lembut ke gigi anak. Sangat dianjurkan menyikat gigi anak dua kali sehari, pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
B. Perilaku Ibu Terhadap Rampan Karies
Ibu merupakan panutan bagi setiap anak
dalam segala hal termasuk dalam segi kesehatan gigi, ibu sangat erat hubungannya
dengan anak , karena anak-anak memang
masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan kebijaksanakan
yang luar biasa, dan memerlukan cara baik (Machfoedz, 2005). Sehingga peran
orang tua khususnya ibu sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan
pengertian, meningkatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulut. Selain itu ibu juga mempunyai peran yang
cukup besar didalam mencegah terjadinya rampan karies pada anak (Anggriana,
2004).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
terhadap kesehatan gigi dan mulut akan menentukan status kesehatan gigi anak
kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses yang penting dari pertumbuhan
anak. Ibu harus mengetahui cara merawat
gigi anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan
baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak harus memiliki perhatian
yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat menentukan pertumbuhan gigi
permanen anak (Gultom, 2009).
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting
adalah peranan ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak
lahir, perilaku dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi
anaknya, begitu juga dalam hal makanan. Apa yang anak pelajari tentang apa dan
bagaimana makan akan membentuk pola makan tertentu sampai dia dewasa. Ibu
mempunyai peran penting dalam membentuk pola makan anak terutama pada fase
perkembangan anak usia di bawah 5 tahun (Dwi, 2010).
Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi
pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang
benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan karies,
serta pentingnya kunjungan ke dokter gigi
secara berkala (Sutadi, 2002, cit,
Dwi, 2010). Bagi sebagian besar ibu,
pemberian kasih sayang pada anak masih kecil cukup dengan memberikan kepuasan
emosi pada anak-anak mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak anak, bahkan
biasanya disiplin tidak terlalu ketat. Ibu banyak yang memberikan makanan yang
menjadi keinginan anak tanpa melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik
dikonsumsi bagi anak. Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis.
Kebiasaan ini terbentuk karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi makanan yang
manis dengan atau tanpa mereka sadari. Melalui penambahan gula pada susu,
makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam bentuk sirup, lama-lama kebiasaan
ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (Lindia, 2009).
Rampan
karies pada anak sering terjadi namun kurang mendapat perhatian khusus dari
orang tua khususnya ibu karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi
tetap sehingga mereka menganggap bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan
oleh oral higiens yang buruk bukan merupakan suatu masalah (Gultom, 2010). Ibu kurang menyadari
bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan
perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Karies yang
terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit/ nyeri, maka anak akan
rewel dan susah makan serta proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga
anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus. Secara tidak langsung,
karies pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan pertumbuhan gigi
permanen anak (Purwati, 2010).
Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap
dan gigi sulung tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih
cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini selain
disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel gigi sulung
yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih
memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang
menjadi faktor risiko anak terhadap proses kerusakan gigi seperti keadaan
kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak lebih banyak dan sering
makan dan minum kariogenik dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya faktor
risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung pada anak usia prasekolah
dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua dalam merawat kesehatan gigi.
Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang
berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang menguntungkan
kesehatan gigi dan cara makan minum yang benar (Lindia,2009).
Kebanyakan ibu tidak menyadari penting
nya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, umtuknya tidur dengan susu botol
sampai tertidur menyebabkan anak
yang minum susu atau minuman manis menjelang tidur sampai tertidur dengan
periode pemberian yang terlalu lama yakni lebih dari 2 tahun dan dengan posisi
dot botol ke rongga mulut cairan manis
akan membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar bawah dan molar
atas, pada keadaan ini jumlah saliva akan menurun dan kualitas saliva mengental
sehingga efek pembersihan saliva berkurang. Lingkungan demikian akan meningkatkan
kuantitas bakteri karioganik, hasil fermentasi antara sukrosa dengan bakteri
menurunkan PH
saliva sehingga lingkungan rongga mulut
menjadi asam. Permukaan gigi yang peka akan mengalami demineralisasi email dan
akhirnya menjadi karies (Nelson, 2002). Sayangnya
sebagian besar anak-anak yang menderita rampan karies tidak sesegera mungkin
diatasi. Ibu baru akan memberi perhatian, apabila telah ada
keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa gigi susu
yang terinfeksi akan mengalami pergantian (Mamymendy, 2009).
a.
Pengetahuan Ibu
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting
adalah peranan ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal sejak lahir, perilaku
dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya.
Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori Reasoned
Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan perilaku dalam
perubahan tingkah laku. Dalam hal ini khususnya pada peranan pengetahuan dan
tingkah laku orang tua dalam perilaku kesehatan. Pengetahuan ibu mengenai
kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi,
frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan
yang menyebabkan karies, serta pentingnya kunjungan ke dokter gigi secara
berkala (Ryanti, 2005).
Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat
kariogenik sangat mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus
memperhatikan diet yang tepat untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik
untuk kesehatan gigi anaknya serta mengurangi makanan-makanan manis yang
bersifat kariogenik. Pada umumnya, makanan yang manis seperti permen, coklat,
susu dan biskuit sangat digemari oleh anak-anak. Makanan tersebut merupakan
makanan yang tergolong kariogenik yang dapat diubah menjadi asam oleh bakteri
yang dapat menyebabkan struktur gigi melarut, sehingga gigi mudah terserang
karies (Ryanti, 2005).
b. Sikap
Ibu
Menurut Nova (2010), kesadaran orang tua
untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari
banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah, misalnya ketika
pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin
yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini, meskipun tidak ada
masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol bagi kesehatan
gigi anak.
Selain itu, dokter gigi
dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya dalam menerangkan pentingnya
merawat gigi dengan tepat. Orangtua sering menganggap remeh kesehatan gigi
anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain.
Menurut Vincent Iannelli MD, waktu yang paling tepat untuk membawa anak ke
dokter gigi berdasarkan rekomendasi The
American Academy of Pediatric Dentistry yaitu ketika anak telah memiliki
gigi pertama atau tidak lebih dari usia satu tahun.
Semakin cepat anak
memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin cepat dia belajar menjaga kebersihan
mulutnya. Misalnya menghindari meminum susu dari botol pada malam hari,
mengenal cara menyikat gigi dengan benar, dan memakan makanan yang akan
mendukung pertumbuhan gigi yang sehat. Dokter gigi akan menjelaskan lebih
detail mengenai perawatan gigi anak.
c. Tindakan
Ibu
Menurut
Budianti (2009), perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu
merupakan figur cukup berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya,
termasuk dalam hal menyikat gigi dan pola makan anak. Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan
perilaku kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi
:
1) Ibu
hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang menyikat gigi.
Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih
termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat
memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak
membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat
gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan
formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi
yang mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana
ia sudah mampu berkumur.
2) Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen
dan coklat atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan
tentang pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
3) Sebaiknya
seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa rongga mulut
anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat
harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga mulut anak
dapat ditemukan sedini mungkin.
Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kesehatan gigi anak sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan
ibu terhadap anaknya sejak dini. Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam
membantu anak memberikan pengetahuan untuk kesehatan giginya.
C. Perencanaan
Penanggulangan Rampan Karies pada Anak
Sejak gigi susu pertama mulai muncul, perawatan gigi
harus sudah dimulai, pertama – tama dengan membiasakan anak mau membersihkan
giginya, untuk bayi yang gigi susunya baru tumbuh beberapa, biasa dibersihkan
dengan menggunakan cotton but, selain itu untuk mengurangi sisa makanan
yang melekat pada permukaan gigi, beri anak minum air putih yang cukup segera
setelah diberi makanan padat ataupun setelah minum susu (Afrilina, 2006). Setelah
diketahui Bahwa proses terjadinya rampant karies pada balita disebabkan oleh
beberapa factor maka dilakukan pencegahan dengan upaya upaya sebagai berikut (
sesuai kompetensi perawat gigi).
1. Promotif
Penyuluhan yang efektif yaqng
berpengaruh positif dan berinteraksi terhadap kesehatan gigi,penyuluhan ini mampu
menumbuhkan kesadaran dalam merubah prilaku
dari salah menjadi benar untuk
menumbuhkan kemandirian orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
anaknya.
2. Preventif
a.
Rajin membersihkan gigi anak
setiap hari.Memulai menyikat gigi saat gigi anak mulai tumbuh (erupsi). Gunakan
kain kassa/kapas basah untuk membersihkan gigi, gusi dan lidah .
b.
Jangan biarkan anak sering
terlena dalam menikmati makanan atau minuman terutama
jus, susu dan formula.
c.
Perkenalkan dan Ajarkan kepada
bayi atau anak
minum dengan cup, gelas saat mulai menginjak usia 2 tahun.
d.
Gunakan sedikit atau bahkan
tidak sama sekali memberikan gula pada
makanan atau minuman anak
e.
Konsultasilah dengan dokter
gigi akan kebutuhan fluor pada gigi anak anda.
f.
Melakukan pemeriksaan secara rutin
ke dokter gigi ciptakan buah hati anda sehingga mempunyai gigi
yang kuat dan sehat . Sebagai orang tua tentulah menjadi kunci awal dari segala
keputusan untuk buah hati Anda terutama yang masih kecil/bayi (Mahakudo, 2009).
3. Kuratif
a.
Penambalan ART
b.
Pengobatan sesuai kompetensi
c.
Melakukan Rujukan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian
ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kejadian rampan karies
pada anak ditinjau dari berbagai faktor perilaku ibu di TK IT Mon Kuta Kecamatan Ulee Kareng Banda
Aceh Tahun 2012.
B. Tempat Dan Waktu
Penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini dilakukan di TK IT Mon Kuta Kecamatan
Ulee Kareng Banda Aceh.
2.
Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 sampai
dengan 9 November 2012.
C. Subjek Penelitian
Pemilihan responden penelitian
dilakukan dengan tehnik purposive
sampling yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada
pertimbangan tertentu. Penentuan informan pada penelitian ini dengan kriteria,
yaitu ibu yang anaknya terkena rampan
karies di TK IT Mon Kuta Kecamatan Ulee
Kareng Banda Aceh. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 9 orang ibu
dari anak yang terkena rampan karies di TK IT Mon Kuta.
D. Instrumen penelitian
Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari beberapa
pertanyaan terbuka.
E. Cara pengumpulan data
1.
Data Primer
Data
ini diperoleh langsung dari hasil wawncara dengan ibu dari anak yang terkena
rampan karies di TK IT Mon Kuta
Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2012.
2.
Data sekunder
Data
yang di peroleh berdasarkan laporan bulanan
Puskesmas Ulee Kareng dan data anak TK IT Mon Kuta berupa nama anak dan jumlah
anak yang terkena rampan karies.
F. Cara pengolahan data
Pengolahan
data akan dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Editing,
yaitu memeriksa kuesioner-kuesioner yang masuk apakah dapat dibaca, apakah
semua pertanyaan telah di jawab atau apakah ada ketidakserasian dan
kesalahan-kesalahan lain.
2.
Coding,
yaitu data terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan
kode-kode sehingga lebih mudah dan sederhana.
3.
Tabulating,
yaitu pemindahan data dari kartu kode ke dalam tabel.
4.
Penyajian data,
dilakukan dengan menggunakan teks narasi.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Penelitian
1.
Data
Umum
a.
Demografi
Taman
Kanak-Kanak IT Mon Kuta terletak di jalan DR. T. Syarief Thayeb No. 54 Desa
Lambhuk Bileu Kecamatan Ulee Kareng Kota Madya Banda Aceh dengan batas wilayah:
-
Sebelah Barat berbatasan
dengan JL. DR. T. Syarief Thayeb
-
Sebelah Timur
berbatasan dengan Kantor Partai Aceh
-
Sebelah Utara berbatasan dengan JL. Mon Kuta
-
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Rumah Ustadz Muhammad
Taman
Kanak-Kanak IT Mon Kuta memiliki 8 ruang kelas belajar, 1 ruang guru, 2 toilet
atau kamar mandi dan 1 dapur, saat ini TK IT Mon Kuta memiliki anak didik yang
berjumlah 95 orang.
b.
Deskripsi karakteristik
murid TK IT Mon Kuta berdasarkan jenis kelamin
Distribusi frekuensi berdasarkan
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin Pada Murid yang Terkena Rampan Karies
di TK IT Mon Kuta Kecamatan Ulee Kareng
Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Perempuan
|
32
|
65,30
|
2
|
Laki – Laki
|
17
|
34,70
|
Jumlah
|
49
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah yang
berjenis kelamin perempuan yaitu 32 anak (65,30 %).
3.
Deskripsi karakteristik
murid TK IT Mon Kuta Berdasarkan Umur
Distribusi
frekuensi berdasarkan Umur di TK IT Mon Kuta dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Umur pada Murid TK IT Mon Kuta
Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Umur
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
3- 4 Tahun
|
11
|
|
2
|
5- 6 Tahun
|
38
|
|
Jumlah
|
49
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa umur
murid yang paling banyak yaitu umur 5-6 tahun dengan jumlah murid ( %).
2. Data Khusus
Hasil
wawancara yang diperoleh berdasarkan perilaku ibu terhadap terjadinya rampan
karies pada anak, dilakukan dengan cara
tidak mewawancarai semua Ibu dari murid TK IT Mon Kuta yang anaknya
terkena rampan karies, tetapi dilakukan hingga jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti dirasa jenuh oleh responden (ibu dari anak yang terkena
rapan karies).
a. Pengetahuan
Hasil
wawancara dari aspek pengetahuan diperoleh bahwa sebagian besar Ibu yang
diwawancarai berpendapat bahwa lubang gigi merupakan gigi yang busuk yang
ditandai dengan warna hitam dan berulat, yang disebabkan karena anak sering mengkonsumsi jajanan manis seperti
permen, es cream, coklat dan lain sebagainya. Ibu juga berpendapat bahwa, pemberian
susu botol pada anak tidak akan menyebabkan kerusakan gigi, karena susu yang
diminum tidak melekan di permukaan gigi karena bersifat cair. Anak yang menderita
karies gigi, pasti lama kelamaan apabila tidak ditanggualangi dapat menimbulkan
sakit gigi, yang dapat menganggu proses tumbuh kembang anak karena sakit gigi
ini berpengaruh terhadap nafsu makan anak. Salah satu cara yang tepat dalam
mencegah terjadinya lubang gigi yaitu dengan membimbing dan mengajarkan anak
bagaimana cara menyikat gigi yang baik, benar dan dengan frekuensi waktu yang
tepat, sehingga gigi anak terbebas dari sisa makanan.
b. Sikap
Hasil
wawancara dari aspek sikap diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang diwawancarai
berpendapat bahwa ibu setuju, untuk mengontrol kesehatan gigi secara rutin
kedokter gigi, agar gigi anak tetap bersih dan terbebas dari lubang gigi. Ibu
setuju, untuk membatasi anak mengkonsumsi jajanan manis dan lengket agar gigi
anak tetap sehat dan tidak menimbulkan lubang pada gigi anak. Ibu setuju, untuk menyikat gigi anak setelah minum susu
botol atau makan makanan yang manis agar gigi terhindar dari lubang gigi. Ibu tidak
setuju untuk mengawasi anak pada saat minum susu botol dan memastikan anak
tidak tertidur dengan susu botol yang dapat menyebabkan terjadinya lubang pada
gigi. Ibu setuju mennghindari anak dari kebiasaan buruk seperti mengemut
makanan dan minum susu melalui botol, karenan kebiasaan buryk ini dapat dengan
mudah menimbulkan lubang pada gigi. Ibu setuju, untuk mengontrol gigi anak
secara rutin pada dokter gigi setiap 6 bulan sekali dan ibu setuju untuk
mengajari anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
c. Tindakan
Hasil
wawancara dari aspek tindakan diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang
diwawancarai mengatakan bahwa ibu tidak pernah mengontrol kesehatan gigi anak
ke klinik gigi atau dokter gigi. Ibu juga membiarkan anak tertidur dengan susu
botol, agar anak dapat tidur dengan lelap. Ibu tidak melakukan apa-apa pada
anak, karena anak sangat senang minum susu melalui botol. Ibu tidak pernah
memeriksa keadaan gigi anak ntuk memastikan tidak ada lubang pada gigi anak.
Ibu tidak menyarankan anak untuk langsung menyikat gigi setelah minum susu
melalui botol, karena anak langsung melanjutkan aktivitasnya seperti bermain,
sehingga ibu lupa menyarankan anak untuk menyikat gigi. Ibu tidak melakukan
apa-apa jika mengetahui ada bercak hitam di gigi anak, karena ibu tidak begitu
peduli terhadap bercak hitam pada gigi yang difikir oleh ibu, bercak hitam itu
akan hilang dengan sendirinya. Ibu akan menyarankan anak menyikat gigi untuk
menghambat timbulnya lubang pada gigi.
B. Pembahasan
Hasil
penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan ibu dari anak yang
terkena rampan karies di TK IT Mon Kuta yang dilakukan pada tanggal 5 sampai
dengan 9 November 2012 dengan jumlah responden yang didapat sebanyak 9 orang,
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Hasil wawancara dari aspek pengetahuan
diperoleh bahwa sebagian besar Ibu yang diwawancarai berpendapat bahwa lubang
gigi merupakan gigi yang busuk yang ditandai dengan warna hitam dan berulat,
yang disebabkan karena anak sering
mengkonsumsi jajanan manis seperti permen, es cream, coklat dan lain
sebagainya. Ibu juga berpendapat bahwa, pemberian susu botol pada anak tidak
akan menyebabkan kerusakan gigi, karena susu yang diminum tidak melekan di
permukaan gigi karena bersifat cair. Anak yang menderita karies gigi, pasti
lama kelamaan apabila tidak ditanggualangi dapat menimbulkan sakit gigi, yang
dapat menganggu proses tumbuh kembang anak karena sakit gigi ini berpengaruh
terhadap nafsu makan anak. Salah satu cara yang tepat dalam mencegah terjadinya
lubang gigi yaitu dengan membimbing dan mengajarkan anak bagaimana cara
menyikat gigi yang baik, benar dan dengan frekuensi waktu yang tepat, sehingga
gigi anak terbebas dari sisa makanan.
Dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang diwawancarai masih memiliki pengetahuan
yang kurang baik terhadap lubang gigi dan mereka beranggapan bahwa lubang gigi
merupakan gigi yang berawarna hitam berulat atau ulat yang ada didalam gigi, padahal
kenyataannya lubang gigi disebabkan oleh bakteri dan gula sehingga mulut
menjadi asam sehingga menyebabkan gigi berlubang. Opini ini diperkuat oleh
temuan dari Willoughby
Miller, seorang dokter gigi Amerika yang bekerja di Universitas Berlin yang
mematahkan anggapan banyak orang yang menyatakan bahwa lubang gigi disebabkan
ada ulat didalamnya. Ia menemukan penyebab pembusukan gigi. Ia menemukan bahwa
lubang gigi disebabkan oleh pertemuan antara bakteri dan gula. Bakteri akan
mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang menyebabkan lingkungan gigi
menjadi asam (lingkungan alami gigi seharusnya adalah basa) dan asam inilah
yang akhirnya membuat lubang kecil pada email gigi ( DokterSehat, 2011). Sehingga
tidak ada hubungan nya lubang gigi dengan ulat.
Penulis berasumsi bahwa, pengetahuan yang kurang pada ibu,
disebabkan karena ibu tidak memperdulikan tentang kesehatan gigi anak, sehingga
ibu tidak mau mencari informs yang berkaitan dengan kesehatn gigi anak guna
mencegah terjadinya lubang gigi. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak
ini meliputi pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat
gigi yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan
karies, serta pentingnya kunjungan ke dokter
gigi secara berkala (Sutadi, 2002, cit,
Dwi, 2010). Bagi sebagian besar ibu,
pemberian kasih sayang pada anak masih kecil cukup dengan memberikan kepuasan
emosi pada anak-anak mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak anak, bahkan
biasanya disiplin tidak terlalu ketat. Ibu banyak yang memberikan makanan yang
menjadi keinginan anak tanpa melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik
dikonsumsi bagi anak. Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis.
Kebiasaan ini terbentuk karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi makanan yang
manis dengan atau tanpa mereka sadari. Melalui penambahan gula pada susu,
makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam bentuk sirup, lama-lama kebiasaan
ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (Lindia, 2009).
2. Sikap
Hasil wawancara dari aspek sikap
diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang diwawancarai berpendapat bahwa ibu
setuju, untuk mengontrol kesehatan gigi secara rutin kedokter gigi, agar gigi
anak tetap bersih dan terbebas dari lubang gigi. Ibu setuju, untuk membatasi
anak mengkonsumsi jajanan manis dan lengket agar gigi anak tetap sehat dan
tidak menimbulkan lubang pada gigi anak. Ibu setuju, untuk menyikat gigi anak setelah minum susu
botol atau makan makanan yang manis agar gigi terhindar dari lubang gigi. Ibu
tidak setuju untuk mengawasi anak pada saat minum susu botol dan memastikan
anak tidak tertidur dengan susu botol yang dapat menyebabkan terjadinya lubang
pada gigi. Ibu setuju mennghindari anak dari kebiasaan buruk seperti mengemut
makanan dan minum susu melalui botol, karenan kebiasaan buryk ini dapat dengan
mudah menimbulkan lubang pada gigi. Ibu setuju, untuk mengontrol gigi anak
secara rutin pada dokter gigi setiap 6 bulan sekali dan ibu setuju untuk
mengajari anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Dari hasil wawancara menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu setuju dengan membiasakan membawa anak untuk melakukan
pemeriksaan gigi secara rutin kedokter gigi, agar gigi tidak berlubang dan
sakit, membatasi anak mengkonsumsi jajanan manis, membimbing anak menyikat
gigi, menghindari anak dari kebiasaan buruk serta mealakukan perawatan pada
gigi anak. Penulis berasumsi bahwa, sikap ibu sangat baik, dimana mereka setuju
untuk mencegah terjadinya rampan karies pada anak. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sikap belum
merupakan suatu tindakan atau perilaku. Sikap yang penerimaannya tidak didasari
oleh pengetahuan umumnya tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Dalam
aspek sikap perlu dilakukan perencanan penanggulangan yaitu sikap ibu saat
menerima pengetahuan dan mengajarkannya pada anak. Bagaimana ibu mendidik anak
agar dapat menjaga kesehatan giginya. Bagaimana ibu menyikapi saat anak meminta
yang dilarang.
Menurut Nova (2010), Kesadaran ibu untuk
membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari
banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah. Pemeriksaan ke
dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak
dini, meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol
bagi kesehatan gigi anak. Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber
informasi yang bisa dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan
tepat. Ibu sering menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan
mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain. Semakin cepat anak
memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin cepat dia belajar memahami tentang
kesehatan gigi mulutnya. Misalnya menghindari kebiasaan buruk, seperti mengisap
jempol, menghisap bibir, menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut.
3. Tindakan
Hasil wawancara dari aspek tindakan
diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang diwawancarai mengatakan bahwa ibu tidak
pernah mengontrol kesehatan gigi anak ke klinik gigi atau dokter gigi. Ibu juga
membiarkan anak tertidur dengan susu botol, agar anak dapat tidur dengan lelap.
Ibu tidak melakukan apa-apa pada anak, karena anak sangat senang minum susu
melalui botol. Ibu tidak pernah memeriksa keadaan gigi anak ntuk memastikan
tidak ada lubang pada gigi anak. Ibu tidak menyarankan anak untuk langsung
menyikat gigi setelah minum susu melalui botol, karena anak langsung
melanjutkan aktivitasnya seperti bermain, sehingga ibu lupa menyarankan anak
untuk menyikat gigi. Ibu tidak melakukan apa-apa jika mengetahui ada bercak
hitam di gigi anak, karena ibu tidak begitu peduli terhadap bercak hitam pada
gigi yang difikir oleh ibu, bercak hitam itu akan hilang dengan sendirinya. Ibu
akan menyarankan anak menyikat gigi untuk menghambat timbulnya lubang pada
gigi.
Dari hasil wawancara menunjukkan
bahwa ibu masih memiliki tindakan yang
kurang baik dalam mencegah terjadinya lubang gigi pada anak. Tindakan merupakan
respon yang ditimbulkan dari hasil pengetahuan dan sikap. Dapat dilihat bahwa
tidak selamanya pengetahuan yang baik dapat menghasilkan tindakan yang baik
pula pada masyarakat ekonomi rendah. Tindakan yang diambil oleh masyarakat
ekonomi rendah berdasarkan identifikasinya sendiri karena masyarakat ekonomi
rendah tersebut akan bertindak dari hasil tahu atau pengetahuan yang didapat
(Perdede, 2002). Penulis berasumsi bahwa, tindakan ibu dipengaruhi oleh
pengetahuan pada diri mereka, jika pengetahuan ibu baik, maka ibu akan mengambil
tindakan yang tepat dalam pencegahan timbulnya lubang gigi pada anak dan
sebaliknya jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang maka ibu akan mengambil
tindakan yang kurang tepat bahka tidak melakukan apa-apa dalam mencegah
terjadinya lubang gigi pada anak.
Menurut Notoatmodjo (2003),
tindakan atau praktek merupakan respons yang ditimbulkan dari hasil pengetahuan
dan sikap orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut anak. Ada dua tindakan
yang penting dilakukan sejak gigi anak mulai tumbuh yaitu tindakan preventif
atau pencegahan, dan tindakan kuratif atau pengobatan. Tindakan pencegahan bisa
berupa banyak hal dari yang paling dasar yaitu memotivasi dan mendorong anak
agar bergaya hidup bersih dan sehat khususnya dalam kesehatan gigi dan mulut. Dalam
hal ini adapun perencanaan penanggulangan dengan upaya preventif yaitu dengan
menanamkan kebiasaan menyikat gigi minimal dua kali sehari. Memberikan air
putih setelah minum susu. Memakai dental flossing untuk membersihkan gigi.
Tidak membiasakan memberikan makanan dan minuman yang manis pada anak. Jangan
biarkan anak sering terlena dalam menikmati makanan atau minuman manis.
Melakukan konsultasi kedokter gigi untuk menciptakan gigi yang sehat. Adapun
jika telah terkena rampan karies maka perencanaan yang dilakukan adalah dengan
upaya kuratif yaitu dengan melakukan penambalan, penilaian diet dengan
pembatasan konsumsi gulaintruksi oral hygiene misalnya dengan menyikat gigi
setiap habis makan dansebelum tidur malam. perawatan flour dirumah dan klinik
dengan baik dengan menggunakan pasta gigi berflouride ataupun supplement
berfloride.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang
kejadian rampan karies pada anak ditinjau dari faktor perilaku ibu di TK
IT Mon Kuta Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Faktor pengetahuan menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu masih kurang, karena ibu masih berfikir bahwa gigi
berlubang itu disebabkan oleh ulat, dan ibu menganggap minum susu melalui botol
bukan penyebab dari timbulnya lubang gigi pada anak, karena susu tidak akan melekat
pada permukaan gigi.
2.
Faktor sikap
menunjukkan bahwa ibu memiliki sikap yang baik, dimana ibu menyatakan setuju
untuk mengontrol gigi anak secara rutin ke dokter gigi, membatasi anak makan
makanan manis dan lengket serta mencegah terjadinya lubang gigi apada anak
dengan cara mengajarkan anak menyikat gigi setiap hari.
3.
Faktor tindakan
menunjukkan bahwa tindakan ibu masih sangat kurang, ini dapat dilihat dari ibu
masih membiasakan memberikan susu botol hingga anak tertidur. Ibu tidak
menyarankan anak untuk langsung menyikat gigi setelah minum susu. Ibu tidak
melakukan apa-apa jika melihat anak tertidur dengan susu botol dan ibu tidak
pernah mengontrol kesehatan gigi anak ke klinik gigi.
B. Saran
1.
Bagi Ibu
Diharapkan
kepada ibu untuk dapat meningkatkan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut
anak, agar gigi anak selalu sehat dan terhindar dari penyakit gigi dan mulut
khususnya rampan karies (lubang gigi). Sehingga anak dapat bermain dan
beraktivitas dengan leluasa tanpa ada yang mengganjal yaitu rasa sakit pada
giginya serta dapat melancarkan tumbuh kembang anak, dengan tidak mengganggu
nafsu makan anak.
2.
Bagi Guru TK
Diharapkan
bagi guru agar dapat menambahkan cara mencegah terjadinya lubang gigi pada
anak, dengan mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik serta
dapat memberi informasi kepada murid TK tentang pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut sehingga dapat mencegah terjadinya rampan karies pada anak.
3.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
kepada petugas kesehatan gigi hendaknya dapat memberikan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan gigi khususnya kepada guru dan ibu-ibu dalam pencegahan
terjadinya rampan karies pada anak TK sehingga ibu mendapatkan pengetahuan
cukup untuk memelihara kesehatan gigi anak dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afrilina, G,2006. 75 Masalah Gigi
Anak Dan Solusinya, Gramedia; Jakarta
Anonim,
2008. Makanan yang Menyebabkan Karies
Gigi. http://makanan-merusak-gigi.co.id/html.
diakses tanggal 30 April 2012.
Arifin, R, 2007. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. http://www.menigkatkanderajatkesehatanmasyarakat.co.id/.
diakses tanggal 10 April 2012.
Astawan, 2004. Gizi yang Baik untuk Kesehatan Gigi Anak. http://makanan-bergizi.co.id.html.
Diakses tanggal 30 April 2012.
Boedihardjo.,
1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Keluarga, hal. 3,11, 14,17, AUP. Surabaya.
Budiyanti,
Arnia. E, 2009. Pengaruh Perilaku Ibu
Terhadap Kebiasaam Buruk Anak Dalam Hal Menghisap Jari Dikaitkan dengan Oklusi
Gigi Sulung Anak. http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=91278&lokasi=lokal.
Diakses
tanggal 1 Mei 2012.
Depkes ,RI,
1995. Pedoman Kesehatan Gigi dan Mulut.
Jakarta.
--------------,
2009. Undang-Undang Kesehatan.
Jakarta.
Efendy, N, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. EGC.
Jakarta.
Gultom,
M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan ibu-ibu Rumah Tanggal. http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter
I.pdf.html
Jelsof, 2004. Karies Anak. EGC. Jakarta.
Kemp, Jane, 2002.
Gigi Si Kecil. Erlangga. Jakarta.
Kidd, Edwina A.M, dkk, 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, EGC. Jakarta.
Mahafudo, 2008. Rampan Karies Karena Sudu Botol. http://Rumahku-surgaku.wordpress.com/2008/04/15.
diakses tanggal 29 April 2012
Machfoedz I, 2008.
Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak-Anak dan Ibu Hamil, Jakarta.
Massler, 2002. Pengertian Karies Rampan. http://www.karies-rampan.com.html/d6s/2002/.
Diakses tanggal 28 April 2012.
Mamymendi, 2009. Perilaku Ibu terhadap Kesehatan Gigi Anak. http://kesehatan-anak-sangat-penting.com/html.
diakses tanggal 29 April 2012.
Nanda,
2005. Anak Usia Sekolah Rentan Terkena
Karies Gigi. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/05/09/12/lrevhf-sekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-menderita-karies-gigi.
diakses tanggal 15 Mei 2012.
Nova, 2010. Tindakan Orang Tua terhadap Tumbuh Kembang Gigi Anak. http://tindakan-orang-tua-terhadap-tumbuh-kembang-gigi-anak.co.id.html.
Diakses tanggal 20 Januari 2012.
PDGI,
2011. Makanan yang Merusak Gigi. http://www.ilmukesehatangigi.com/2011/01/13/makanan-yang-merusak-gigi-anak.
diakses tanggal 30 April 2012
Porwanto,
2009. Macam-Macam Karies Rampan. http://www.macamkariesrampan.go.id.html/09/06/12.
diakses tanggal 15 Mei 2012
Rahmi,
2011. Minum Susu Botol Picu Karies Gigi
Anak. http://internasional.kompas.com/read/2011/08/11/0213313/Minum.Susu.Botol.Picu.Karies.pada.Anak.
diakses tanggal 25 April 2012.
Riskesdas, 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Riyanti, Eriska,
2005. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak
Sejak Dini. http://resources.unpad.ac.id/unpad content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf
Rohani
Anie, 2009. Karies Akut pada Beberapa
Gigi atau Seluruh Gigi. http://karies akut.co.id. diakses tanggal 26 April
2012.
Suwelo, Ismu
Suharsono.,
1992, Karies Gigi
Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi; Kajian pada Anak Usia Sekolah,
EGC.
Jakrta.
Syaifuddin,
2008. Minum Susu Menggunakan Botol
Menyebabkan Karies yang Parah Pada Anak. http://sahipsyarifibawean.blogspot.com/2008/11/meminum-susu-menggunakan-botol.html.
diakses tanggal 25 April 2012.
Syarifi,
Sahip, 2008. Minum Susu Menggunakan
Botol Menyebabkan Karies Parah pada Anak.
http://sahipsyarifibawean.blogspot.com/2008/11/meminum-susu-menggunakan-botol.html.
diakses tanggal 25 Mei 2012.
Tarigan, Rasinta,
1993, Karies Gigi. Hypokrates. Jakarta.
Yuwie, 2007. Bahaya Karies Gigi pada Anak. http://.r.yuwie.co/blog/entry.asp?id. Diakses tanggal 29 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar