BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Undang-Undang
Dasar No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 3 pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab, juga berhak
memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan
(Depkes RI, 2009).
Pembangunan
dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Diharapkan pada tahun
2000 setiap orang baik dari perkotaan maupun dipedesaan memperoleh pemeliharaan
kesehatan yang memadai sehingga mereka dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dengan demikian, berarti masyarakat harus mampu memelihara dan
meningkatkan kemandirian dibidang kesehatan (Herijulianti, 2002).
Derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi 4 faktor utama yakni, lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan, karena itu upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat ditujukan kepada 4 faktor utama tersebut secara
bersama. Pendidikan atau promosi kesehatan pada hakikatnya adalah upaya
intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku. Namun pada hakikatnya 3
faktor yang lain perlu intervensi pendidikan atau promosi kesehatan juga,
karena perilaku juga berperan pada faktor tersebut. Apabila lingkungan baik dan
sikap masyarakat positif maka lingkungan dan fasilitas tersebut niscaya akan
dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat (Notoadmodjo, 2003).
Mengingat
pentingnya kesehatan dalam segala segi kehidupan individu, keluarga, dan
masyarakat, maka upaya kesehatan khususnya upaya perawatan yang meliputi upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan diarahkan
bagi seluruh masyarakat dengan peningkatan peran serta masyarakat agar dapat
melaksanakan upaya kesehatan secara mandiri (Depkes RI, 2001).
Pada
permasalahan kesehatan gigi dan mulut masih banyak masyarakat yang belum sadar
akan pentingnya kesehatan gigi karena banyak penyakit mempunyai gejala-gejala
yang dapat dilihat dalam mulut (Depkes RI, 1995). Oral Hygine (kebersihan
mulut) yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat seperti
bagian-bagian yang lain dari tubuh, agar gigi tetap tahan terhadap penyakit,
maka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik (Boediharjho, 2002).
Menurut
Daliemuthe (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keparahan gingivitis
yaitu; umur, jenis kelamin, ras, taraf pendidikan, penghasilan dan daerah
tempat tinggal. Ada juga beberapa faktor resiko lainnya yang mempengaruhi
keparahan gingivitis yaitu Oral Hygine yang buruk, defisiensi nutrisi, flurosis
dan kebiasaan buruk.
Penyakit
gusi yang sering terjadi adalah peradangan pada gusi yang bahasa kedokterannya
disebut gingivitis. Penyakit yang awalnya dari dental plak yang merupakan
campuran lengket terdiri dari partikel – partikel makanan, lender dan bakteri,
plak terbentuk karena kurang membersihkan gigi sehingga menumpuk dileher gigi
dan memasuki ruang – ruang tempat antara perbatasan gigi dan gusi, plak
tersebut lama kelamaan akan menjadi endapan keras yang disebut gingivitis yang
terbentuk pada gigi. Radang gusi lebih sering terjadi karena kurangnya merawat
kebersihan gigi dan gusi sehingga terjadi penumpukan plak yang kemudian dapat
mengiritasi gusi (Herbing Tue, 2007).
Laporan
Survey Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia (SKRT), prevalensi penyakit gigi dan
mulut tinggi meliputi 60% penduduk, dan 40% penduduk yang menderita gingivitis.
Karies dan gingivitis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai dirongga
mulut, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI,
2001).
Beberapa
penelitian menyebutkan prevalensi
gingivitis pada anak-anak semakin meningkat dengan pertambahan usia yaitu 8%
pada anak usia 4-6 tahun, 28% pada usia 6 - 15 tahun, 50% pada usia 6-12 tahun,
dan 75% pada usia 5-14 tahun (Mathewson dan Primosch, 1995). Hasil penelitian
di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1984 menunjukkan
persentase penderita gingivitis yang cukup tinggi, yaitu kelompok usia 8 tahun
mencapai 57,79 sampai 62,79%, kelompok usia 14 tahun mencapai 62,19 - 68,90% (Eriska
Riyanti, 2010).
Radang gusi
biasanya baru muncul pada usia 30 an hingga 40 an tahun. Pravalensi dan
keparahan gingivitis dan periodontitis dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya usia (Kuntari, 2006). Prevalansi penyakit tersebut meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Namun hal tersebut bukan berarti penuaan
menyebabkan peningkatan prevalansi dan keparahan penyakit periodontal, tetapi
dikarenakan proses pembentukan plak dan sisa-sisa makanan yang menyebabkan
karang gigi. Gingivitis karies dan penyakit gigi lainnya berbeda-beda tanpa
mengabaikan kenyataan bahwa penyakit karies dan periodonsium tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor tetapi multikausal dan dengan berbagai faktor
(Dalimunthe, 2001).
Menurut hasil
penelitian Reyne Purnama Raya (2003) menunjukkab bahwa prevalensi gingivitis adalah 94,4%
dimana 63,9% tingkat keparahan ringan dan 30,6% tingkat keparahan sedang. Penelitian
ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory
research) dengan metode survei dan pendekatan cross sectionalpurpose Sampling dengan
jumlah sampel 27 responden. Analisa data dilakukan secara univariat dan
bivariat (Reyne Purnama Raya, 2003).
Berdasarkan
data yang diambil dari puskesmas Baiturrahman tahun 2011 tercatat persentase
karies gigi 13,83%, penyakit pulpa 21,75%, dan penyakit gingivitis sebanyak
22,58%. Dari data tersebut terlihat bahwa 22,58% dari pengunjung puskesmas
Baiturrahman mengalami penyakit gingivitis, ssehingga penulis tertarik ingin
meniliti faktor – faktor penyebab gingivitis.
Data dari
pemeriksaan didusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh 2012 mencatat bahwa
62 orang (24,21%) dari 256 populasi masyarakat mengalami penyakit gingivitis
sebagian besar faktor penyebab gingivitis dikarenakan oleh plak dan oral hygine
yang kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa status kesehatan gigi dan mulut
masih memprihatinkan.
B.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui faktor penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Kota Banda Aceh tahun 2012.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
terjadinya gingivitis ditinjau dari faktor luar di dusun Ratu Safiatuddin
Gampong Peuniti Banda Aceh Tahun 2012
b. Mengetahui
terjadinya gingivitis ditinjau dari faktor dalam di dusun Ratu Safiatuddin
Gampong Peuniti Banda Aceh Tahun 2012.
C.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
a. Dapat
menjadi panduan dalam melakukan penelitian ataupun riset lebih lanjut dalam
perkembangan ilmu agar terwujudnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
optimal.
b. Dapat
menjadi informasi ilmiah yang berguna dalam kegiatan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut kepada masyarakat.
2. Manfaat
Praktis
a. Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b. Menjadi
pedoman bagi pengambil kebijakan di masyarakat dusun ratu safiatuddin gampong peuniti Banda Aceh,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.
BAB
II

A. Gingiva (gusi)
1.
Pengertian
Gingiva (gusi)
Gingiva
adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir
(ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium,
dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi
jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi geligi, gingiva juga ada
dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Manson,1993).
Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali
dipakai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva,
kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang
berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2.
Gambaran
Klinis Gingiva Normal
Gambaran
klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang
terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Gambaran gingiva normal terdiri
dari :
a. Warna
Gingiva
Warna
gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink). Hal ini diakibatkan
oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta
sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya
dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada
individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva
mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini
disebabkan oleh karena alveolar muccosa tidak mempunyai lapisan keratin dan
epitelnya tipis.
b. Besar
Gingiva
Besar
gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
penyakit periodontal.
c. Kontur
Gingiva
Kontur
dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal
dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental
papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip
d. Kosistensi
Gingiva
melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa
sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
e. Teksture
Permukaan
attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini di
sebut stipiling. Stipiling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan (Herijulianti, 2009).
B. Gingivitis
1. Pengertian
Gingivitis
Gingivitis
adalah peradangan pada gusi yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit atau
kelainan pada gusi (Depkes RI, 1996). Menurut Gay (2004) gingivitis adalah
inflamasi pada gusi atau gingival, pada pemeriksaan klinisnya terdapat gambaran
kemerahan di margin gingival. Pembengkakan dengan tingkat yang berfariasi,
pendarahan pada saat didrobing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk
gingival.
Gingival adalah peradangan pada gusi
(gingiva) yaitu suatu inflamasi pada jaringan gusi,merupakan penyakit penyangga
gigi yang paling ringan (http/sitaminah.blogspot.com.2009). menurut Entri
(2009) gingivitis adalah peradangan pada gingival yang menunjukkan adanya
tanda-tanda penyakit atau kelainan pada gingiva disebabkan oleh plak dan
dipercepat adanya iritasi local dan sintetik.
Gingivitis adalah radang gusi yang
merupakan bentuk penyakit rongga mulut yang sering dijumpai. Karena penyakit
ini demikian sering timbul dan tidak menunjukkan gejala - gejala yang berat,
maka penderita menjadi acuh tak acuh dan jarang mau berobat (Zainul, 2004).
Gingivitis bias timbul karena plak dan kuman pathogen dan bias diperparah
dengan adanya karang gigi, namun gingivitis adalah penyakit yang revesible
artinya bila iritasi local dihilangkan gigi bias bersih kembali maka gusi bisa
sehat seperti sedia kala (Mulyani, 2005).
2.
Macam-macam
Gingivitis
Gingivitis
terdiri dari 5 macam yaitu :
a. Gingivitis
Marginalis adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang merupakan stadium
awal dari penyakit periodontal (Rosad, 2008).
b. Gingivitis
Pubertas adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usia pubertas,
yang ditandai dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah
sampai kebiru-biruan, konsistensi gingiva berubah menjadi lunak atau
oedematous, licin dan berkilat dan permukaan gingiva, terutama papila
interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.
c. Gingivitis
Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya
ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi
mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna
menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas
dan gingiva interdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
d. Scorbutic
Gingivitis adalah merupakan gingivitis yang terjadi karena defisiensi vitamin
C, ditandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang atau
merah menyala.
e. Anug
(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis) merupakan satu-satunya gingivitis
yang akut, terjadi sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi pada masa
pergantian gigi di mana anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama lain dari Anug
adalah Vincent’s Gingivitis atau Trench Mouth (Daliemunthe, 2008).
3.
Faktor Penyebab Terjadinya Gingivitis
a.
Faktor
Luar
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu
sendiri. Demikian juga pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut, tidak hanya
dilihat dari segi kesehatan gigi dan mulut itu sendiri, tapi harus dilihat dari
seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat dan sakit” atau
kesehatan gigi dan mulut itu sendiri.
Dilihat menurut Hendrik L.Blum hanya faktor yang
mempengaruhi kesehatan didalam hal ini kesehatan gigi dan mulut digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status
Kesehatan
Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan,
perilaku dan pelayanan kesehatan) di samping berpengaruh kepada kesehatan gigi
dan mulut. Juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan gigi dan
mulut akan tercapai secara optimal bila mana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam
keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan gigi dan mulut
akan tergeser dibawah optimal.
1)
Faktor
Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal atau
maloklusi ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Gigi berjejal mudah sekali
terjadi plak dan kalkulus karena daerah sukar dibersihkan. Penyakit diabetes
mellitus kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan penyakit menular.
Penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap
penyakit gingivitis karena gusi diabetes
sering kali agak menggelembung atau bengkak, mudah mengalami infeksi,dan
kadang-kadang bernanah. Karena membengkaknya gusi, gigi akan tanpak keluar.
Karena sering mengalami infeksi rongga mulut dan ludah diabetes semakin
mengental, bau mulut dan ludah diabetes sering kurang enak dengan demikian
diabetes harus selalu kumur-kumur atau meskipun sedikit tetap saja akan dapat
menjadi sisa-sisa makanan meskipun sedikit tetap saja dapat menjadi sumber
infeksi di dalam mulut (Askar, 2004). Faktor lain dari keturunan adalah
kelainan darah. Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap jaringan periodontal seperti pada penderita leukemia ditemukan
lesi periodontal seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi sel-sel leukemia
ke sel jaringan. Penyusupan (infiltrasi) sel-sel leukemia ke dalam gusi
menyebabkan gingivitis dan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi akan
semakin memperburuk keadaan ini. Gusi tampak merah dan berdarah, pendarahan
sering berlanjut sampai beberapa menit atau lebih karena pada penderita
leukemia, darah tidak membeku secara normal (http//google.com,gingivitis,
2009).
2)
Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang penting yang
berpengaruh terjadinya penyakit gingivitis antara lain pendidikan, ekonomi dan
defisiensi vitamin C. penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi juga
mempengaruhi kesehatan, masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi
lebih banyak memiliki pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
serta mengetahui kebiasaan merawat dan mengobati penyakit yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
Masyarakat harus memperhatikan nutrisi agar tidak
tejadi defisiensi vitamin C dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan, defisiensi vitamin C dapat mempengaruhi metabolism kolagen pada
jaringan periodonsium yang akan mempengaruhi kemampuan jaringan untuk
regenerasi, defisiensi vitamin C juga dapat mengganggu pembentukan tulang
alveolar karena mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi) bakteri dalam plak
sehingga meningkatkan patogenitas bakteri yang menyebabkan penyembuhan menjadi
lambat (Katherinearta, 2009).
3)
Perilaku
Perilaku masyarakat sangat mempengaruhi status
kesehatan, perilaku kesehatan terutama kesehatan gigi pada dasarnya adalah
suatu responden seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, system pelayanan, makanan dan lingkungan.
Perilaku
terhadap kesehatan gigi dan mulut mencakup :
a)
Perilaku
seseorang terhadap sakit dan penyakit gigi, yaitu bagaimana manusia merespon,
baik secara pasif (mengetahui) penyakit dan rasa sakit gigi yang ada pada
dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan
skit gigi tersebut.
b)
Perilaku
terhadap system pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah responden masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan baik system pelayanan yang modern maupun yang
tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan dan obat-obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi,
sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c)
Perilaku
terhadap lingkungan adalah responden masyarakat terhadap lingkungan yang
mendukung kesehatan gigi dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
4)
Pelayanan
Kesahatan
Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas)
merupakan sub system pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya adalah preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan), selain itu pelayanan kesehatan
masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitasi
pemulihan terbatas, ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut kepentingan
masyarakat banyak maka dari itu pelayanan masyarakat harus diberikan seoptimal
mungkin (Notoadmodjo, 2003).
a.
Faktor
Dalam
Menurut Dali Munthe (2005) gingivitis disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu:
1)
Bakteri
Plak
Bakteri plak melekat erat pada permukaan gigi terutama
permukaan gigi kasar, restorasi, alat orthodonsi, dan prosthodonsia. Bakteri di
dalam plak akan tumbuh secara berkonoli dan akan menutup permukaan gigi apabila
dibiarkan dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu sehingga merangsang
giginya marginal untuk timbul gingivitis marginalis dan papillaris. Bila plak
setelah menebal dan menutup permukaan gigi akan sukar dibersihkan hanya dengan
kumur tanpa dilakukan pembersihan secara mekanik. Bakterial plak tersusun atas
beberapa koloni bakteri gram positif dan gram negative bentuk kokkus serta rod.
2)
Kalkulus
Kalkulus merupakan endapan keras hasil mineralisasi
plak gigi dan melekat erat mengelilingi permukaan gigi dan akar gigi bahkan
dapat menutup seluruh permukaan gigi. Kalkulus dapat pula melekat pada
permukaan gigi tiruan baik gigi tiruan lepas atau cekat, pada restorasi gigi,
melekat pada fisure gigi, daerah gigi yang retak, daerah yang mengalami
resorbsi, permukaan kasar sementum, dan dentin melalui sekunder kutikel,
penetrasi mikroorganisme dalam sementum. Warna kalkulus putih atau
kekuning-kuningan yang kadang-kadang berubah coklat tua sammpai hiijau
kehitaman dan dapat dipengaruhi oleh pigmen makanan, rokok atau kopi serta
serum darah dan saliva. Konsisten kalkulus lunak sampai keras dan mudah patah.
Komponen kalkulus tersusun oleh komponen organic dan anorganik. Zat anorganik
terdiri dari kalsium, fosfor, karbon dioksida, magnesium, sodium, seng,
strontium, bromium, tembaga, mangan, tungsten kadang-kadang emas dan aluminium,
silikon, besi dan fluor. Sedangkan garam-garam anorganik tersusun dari garam
kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium
fosfat. Lokasi kalkulus hampir pada seluruh permukaan gigi. Menurut letak
berlekatan pada permukaan gigi kalkul;us dapat dibedakan kalkulus supra gingiva
dan kalkulus sub gingiva. Kalkulus supra gingiva ini pada umumnya lunak dan
amorf serta berwarna keputihan sampai putih kekuningan dan menyebar keseluruh
permukaan gigi bersama plak gigi sedangkan kalkulus sub gingiva terletak
dibawah marginal gingiva, dapat tumbuh melingkari servikal gigi dengan warna
coklat sampai hittam karena pengaruh serum darah, konsistensi sangat keras
dengan permukaan keras padat dan mudah patah. Kalkulus sub gingiva ini
bertanggung jawab atas terjadinya radang gingiva dan pembentukan soket ataupun
lepasnya gigi dari dalam soketnya apabila dibiarkan akumulasi terus menerus. Konsentrasi
utama kalkulus adalah garam kalsium dan magnesium yang dipengaruhi oleh faktor
makanan dan saliva yang berasal dari glandula salivary.
3)
Debris
makanan
Merupakan sisa makanan yang tertinggal dalam mulut,
mudah dihilangkan dengan kumur dan semprotan air apabila tidak terjepit dalam
ruang antar gigi. Pada kondisi gigi berjejal tidak beraturan maka debris
makanan sangat mudah dijumpai demikian juga pada penderita radang gingiva
lanjut dengan pembesaran gingiva cekat dan marginal yang mudah berdarah, pada
poket serta gigi yang telah menggalami denudasi.
4)
Materi
Alba
Lapisan lunak berwarna putih berasal dari protein
saliva yang berkontaminasi dengan mikrobakterium, deskuamasi sel epitel.
Melekat lunak pada permukaan gigi, plak dan gingiva dan sangat mudah untuk
dihilangkan dengan kumur-kumur dan semprotan air bertekanan. Mudah ditemui pada
radang gingiva kronis dengan tingkatan kebersihan mulut rendah.
5)
Faktor
Latrogenik
Merupakan faktor penyebab penyakit gingivitis yang
berasal dari kelalain dan kesalahan atau tidak tepatnya satu prosedur, tekknik
dan material yang dipergunakan pada kedokteran gigi baik secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi/migrasi/merusak jaringan periodontal.
6)
Faktor
traumatik
Faktor traumatik pada jaringan periodontium akan mengakibatkan
terlepasnya apparatus epithelia gingival dan merupakan awal dari kerusakan
jaringan periodontium lebih lanjut adapun local iritan yang dapat dikelompokkan
pada kondisi diatas adalah :
-
Adanya
peradangan gingival dan mudah berdarah disertai rasa tidak enak pada area yang
terlibat.
-
Adanya
gingival margin yang menurun ke apical.
-
Kemungkinan
terbentuknya abses periodontal
-
Pada
keadaan lanjut timbul rasa sakit pada perkusi
-
Adanya
rasa gigi memanjang (modot) dengan rasa sakit bila gigi dalam keadaan berfungsi
karena periodontal ligament terkena inflamasi dalam berbagai tingkatan.
-
Kerusakan
tulang alveolar.
-
Timbulnya
karies akar pada keadaan lama terabaikan.
7)
Faktor
Kimiawi
Pemakaian obat kumur yang keras kadang-kadang dapat
mengiritasi jaringan gingiva, pemakaian secara topikkal obat-obatan
analgesik-antiipiretika pada mukosa dapat menyebabkan jaringan lunak muluut
“terbakar” sehingga menjadi lepuh, iritasi jaringan gingiva dan mukosa mulut
akibat akhir ini telah bbanyak dijumpai gangguan periodontal yang disebabkan
oleh pencemaran lingkungan akibat dari pengaruh industrialisasi yang tidak
memperhatikan faktor pembuuangan limbah.
8)
Faktor
Sistemik
Menurut Dali Munthe (2005) ada beberapa faktor
sistemik, yaitu :
a)
Penuaan
Penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan penyangga
gigi karena kepadatan tulang berkurang dan proses metabolik melambat, penyangga
gigi dapat dipelihara seumur hhidup bila tidak ada faktor etiologi local yang
menyertai.
b)
Stress
Emosional
Keterkaitan antara keparahan gingivitis dengan stress
adalah karena pekerjaan, kejadian tertentu dan reaksi psikologi terhadap
perubahan hidup. Kebiasaan memelihara kesehatan pada orang-orang yang mengalami
stress menurun, tercermin dari meningkatnya kebiasaan merokok, penggunaan
alcohol, dan obat-obat terlarang, sukar tidur, gangguan makan, dan gangguan
oral hygiene yang buruk.
c)
Kelainan
Genetik
Beberapa kelainan genetic yang parah dapat menimbulkan
efek buruk terhadap jaringan mulut. Biasanya terjadi karena kekurangan sel-sel
darah yang berkaitan dengan pertahanan hospes.
d)
Ketidakseimbangan
Endokrin
Kelainan endokrin dapat berpengaruh secara langsung
pada jaringan periodontal yang berasal dari terhambatnya proses penyembuhhan
luka.
e)
Diabetes
Militus
Penderita diabetes militus yang tidak terkontrol lebih
rentan terhadap gingivitis.
f)
Ketidakseimbangan
Hormon Seks
Ketidakseimbangan hormone seks dapat menimbulkan efek
merugikan pada gingival. Sebagai contoh : Kehamilan dan Pubertas.
g)
Kelainan
darah
Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap jaringan periodontal, seperti pada penderita leukemia
ditemukan lesi periodontal seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi
sel-sel leukemia ke sel jaringan.
h)
Kekurangan
nutrisi
Kekurangan vitamin C dapat berakibat terjadinya
kerusakan periodontal seperti terjadinya gingivitis ringan hingga sedang sampai
pembesaran gingival.
Beberapa dampak bila kadar vitamin C rendah :
1.
Terganggu
metabolisme kalogen
2.
Terganggu
pembentukan metabolism tulang alveolar
3.
Meningkatkan
permiobilitas epitel sulkus terhadap produksi bakteri
4.
Mengganggu
keseimbangan ekologis sub gingival sehingga meningkatkan pathogenesis bakteri
tertentu.
5.
Difesiensi
protein.
6.
Obat-obatan
Obat-obatan merupakan faktor penyebab yang berpotensi
menimbulkan penyakit gingivitis seperti : Pembesaran gingival yang terjadi pada
pemakai ganja. Beberapa jenis obat dan efek kerja yang berbeda dapat
menginduksi hyperplasia gingival nonflamin dengan gambaran klinis yang tidak
dapat dibedakan, obat-obatan yang dimaksud adalah finition, siklasparin,
nifedipin.
1. Pathogenesis
Penyakit Gingivitis
Penyebab utama dari gingivitis adalah plak dan
kalkulus, plak terdiri dari kumpulan bakteri yang komposisinya selalu berubah,
sesuai dengan umur plak yang melekat pada gigi atau jaringan gusi. Berbagai
bakteri aerob dan anaerob berkumpul dan lama-kelamaan akan menimbulkan radang
gusi. Timbulnya plak yang berada pada permukaan gigi dikarenakan pengaruh
mineral dari saliva yang dapat membentuk kalkulus, secara tidak langsung juga
dianggap sebagai penyebab gingivitis. Plak dan kalkulus mempunyai korelasi yang
kuat dengan gingivitis.
Gingivitis atau radang gusi bila kurang mendapat
perawat akan menjadi parah menyebar ke gigi sehingga mengakibatkan gigi
lepas/tanggal. Keadaan tersebut disebut dengan periodontitis, yang merupakan
tahap lebih lanjut dari gingivitis, dengan peradangan gusi yang lebih parah.
Periodontitis merupakan penyakit gusi yang hebat yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Hygine/kesehatan mulut yang buruk memberi tempat bagi bakteri untuk
berkembang biak. Bakteri tersebut memasuki kantong-kantong yang ditimbulkan
gingivitis, selanjutnya akan merusak gusi, tulang dan jaringan pengikat, lama
kelamaan gigi bisa menjadi lepas. Pada pengobatan periodontitis diperlukan
operasi untuk mencegah kambuh kembali, disertai juga dengan peningkatan
kebersihan mulut dan memeriksakan gigi secara teratur (Hembing Tue, 2007).
2. Gingival
Indeks
Adapun cara pemeriksaan gingival indeks menurut Loe
dan Silnes adalah :
a. Cara
Menentukan Gingivitis
Indeks
yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness ini digunakan untuk menilai derajat
keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada empat sisi gigi geligi yang
diperiksa : papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila
mesiovestibular dan
tepi gingiva oral (Daliemunthe, 2008).
Kriteria untuk penentuan skor sebagai berikut :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Gingiva sehat
|
0
|
2.
|
Inflamasi ringan pada
gingiva yang di tandai dengan perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi
tidak terjadi pendarahan
|
1
|
3.
|
Inflamasi gingiva
sedang, gingiva berwarna merah, oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi
pendarahan
|
2
|
4.
|
Inflamasi gingiva
parah, gingiva berwarna merah menyolok, oedematous, terjadi ulserasi, gingiva
cenderung berdarah spontan.
|
3
|
Skor
setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa,
lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang dipriksa). Jumlah skor semua gigi
yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor
indeks gingiva untuk individu.
Keparahan
inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks Gingiva
dengan kriteria sebagai berikut :
Skor
indek gingival
|
Kondisi
|
Gingiva
|
0,1 – 1,0
|
Gingivitis
|
Ringan
|
1,1 – 2,0
|
Gingivitis
|
Sedang
|
2,1 – 3,0
|
Gingivitis
|
Parah
|
a. Tanda-Tanda
Gingivitis
Menurut
Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu :
1)
Saat menyikat gigi, ada noda darah yang
tertinggal pada bulu sikat gigi.
2)
Saat meludah, ada darah didalam air
liur.
3)
Gusi bisa dipisahkan dari gigi
menggunakan sikat gigi.
4)
Warna gusi mengkilat dan bengkak,
kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5)
Tidak selalu disertai rasa sakit.
6)
Terdapat akumulasi disekitar karang
gigi.
1.
Proses
Terjadinya Gingivitis
Menurut
John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dimulai dari :
a. Tahap
Pertama
Plak
yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua
dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan
berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika di sikat (karena adanya
luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b. Tahap
Kedua
Setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. plak pada gigi
dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi
membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat
perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang
rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika
disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
c. Tahap
Ketiga
Setelah
beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga.
Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin
turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam
(lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, dan
gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak
ada rasa sakit.
d. Tahap
Terakhir
Tahap-tahap
ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi terkadang dapat
lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plak yang baik
dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang kebanyakan tulang
disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat
goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang
dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu
periodontitis.
2.
Akibat
Lanjut Dari Gingivitis
Setelah
beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi yang baik, maka plak
akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak, terjadilah
pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus. Hal ini di sebabkan karena
kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang kasar akan merusak
baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya (Besford, 1996).
3.
Penanggulangan
Gingivitis
Menurut
Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu
:
1. Upaya
Promotif
Upaya
promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah
sebagai berikut:
a) Dokter
gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b) Memberikan
informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c) Mendidik
pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason,
1993)
2. Upaya
Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis
adalah sebagai berikut :
a) Menjaga
oral hygiene.
b) Sikat
gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah
dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat
gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta
gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim
dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut
lagi, penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
c) Dental
floss atau benang gigi meruapakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak
diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan disela-sela gigi. Tapi
teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih mencegah
penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
d) Kontrol
ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif,
karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati
perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah
menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke
dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
3. Upaya
Kuratif (pengobatan)
Upaya
kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a) Scaling
merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi).
Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi sehingga merekat
keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi 2 yaitu
supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi
bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari gigi-gigi anterior
rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna hitam.
b) Kuretase
merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food
debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila pocket sedang
dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan
kuretase.
c) Kumur-kumur
antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur.
Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat
(seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah
Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%.
Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat.
Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine
0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam
meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
d) Antibiotik
digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun
mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang
digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman
yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit
periodontal, terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan keterlibatan
kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan
antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan
aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena
efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal
seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga dibantu
dengan analgetik - anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
e) Kemudian
di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk
mengembalikan kesehatan gusi.
Pada
akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal
dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol plak.
Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih
apapun umumnya akan kurang berhasil.
A.
Kebersihan
Gigi Dan Mulut
1.
Pengertian
Kebersihan Gigi Dan Mulut
Kebersihan
gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut bebas dari plak dan karang gigi.
Kebersihan gigi yang baik akan membuat jaringan sekitarnya sehat. Seperti
bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena
penyakit. Oleh karena itu, kebersihan gigi harus mendapat perhatian dan
perawatan yang baik (Beodihardjo, 1985).
Kebersihan
gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut terbebas dari plak dan calculus
(Depkes R.I, 1995).
2.
Cara
Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut
Menurut
Herijulianti (2002), untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang dilihat
adalah adanya debris (plak) dan calculus (karang gigi) pada permukaan gigi.
Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a) Gigi
M1 kanan atas pada permukaan bucal.
b) Gigi
I1 kanan atas pada permukaan labial.
c) Gigi
M1 kiri atas pada permukaan bucal.
Untuk rahang bawah yang diperikasa
:
a) Gigi
M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
b) Gigi
I1 kiri bawah pada permukaan labial.
c) Gigi
M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila
ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal
akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
mewakilinya, yaitu :
1. Bila
gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M2 rahang ata /rahang bawah.
2. Bila
gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
3. Bila
gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan
penilaian.
4. Bila
gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri
rahang atas.
5. Bila
gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6. Bila
gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan rahang
bawah.
7. Bila
gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a. Debris
indeks
Debris
adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu dilakukan
pemeriksaan debris.
Kriteria
debris :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada permukaan gigi
tidak ada debris/pewarnaan extrintik
|
0
|
2.
|
Pada permukaan gigi
terlihat debris yang lunak yang menutupi gigi seluas 1/3 permukaan/lebih 1/3
permukaan
|
1
|
3.
|
Pada permukaan gigi
tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan extrinsik yang menutupi sebagian
/ seluruh permukaan gigi
|
1
|
4.
|
Pada permukaan gigi
terlihat ada debris yang lunak yang menutupi permukaan gigi lebih 1/3 tapi
kurang dari 2/3 permukaan gigi
|
2
|
5.
|
Pada permukaan gigi
terlihat ada debris yang lunak menutupi permukan gigi seluas 2/3 sampai
seluruh permukaan gigi
|
3
|
Cara menghitung debris indeks :
Skor debris indeks :
Baik
: 0 – 0,6
Sedang
: 0,7 – 1,8
Buruk
: 1,9 – 3,0
a. Calculus
Indeks
Calculus adalah
angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu pemeriksaan
calkulus.
Kriteria
calkulus :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada
permukaan gigi tidak ada karang gigi
|
0
|
2.
|
Pada
permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi gigi lebih 1/3 permukaan
gigi
|
1
|
3.
|
Pada
permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari
1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
|
2
|
4.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi sebagian
daerah servikal gigi
|
2
|
5.
|
Pada
permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari
2/3 permukaan / seluruh permukaan gigi
|
3
|
6.
|
Pada
permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva yang menutupi dan
melingkari seluruh permukaan gigi
|
3
|
Cara
menghitung calkulus indeks :
Skor calculus indeks :
Baik
: 0 – 0,6
Sedang
: 0,7 – 1,8
Buruk
: 1,9 – 3,0
a. OHIS
OHIS adalah oral
hygiene - simlified merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan calkulus.
Cara
menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus indeks
Skor OHIS :
Baik : 0 - 1,2
Sedang : 1,3 - 3,0
Buruk :
3,1 - 6,0
Kriteria Debris Indeks dan Calculus
Indeks adalah :
- Baik : 0 - 0,6
- Sedang : 0,7 - 1,8
- Buruk : 1,9 - 3,0
Kriteria OHI-S adalah :
- Baik : 0 - 1,2
- Sedang : 1,3 - 3,0
- Buruk : 3,1 - 6,0
3.
Sikat
Gigi dan Dental Floss
Bentuk dan
ukuran sikat gigi baik pada bagian kepala, bahan, permukaan susunan serabut
sikatnya serta bagian tangkainya sangat bervariasi. Bentuk sikat gigi dan
kemampuan individu mempunyai peranan besar dalam efisien membersihkan plak.
Sikat gigi yang memenuhi syarat tangkai lurus, bulu rata dan halus, serta ujung
kepala bulat mengecil.
Pada gigi dengan
papil interdental memenuhi ruang interdental dengan penggunaan benang gigi
merupakan metode pilihanuntuk membersihkan permukaan interproximal.
BAB
III

A.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif,
untuk memperoleh gambaran faktor penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat
di dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi
penelitian
Penelitian dilakukan di dusun Ratu Safiatuddin gampong Peuniti Banda Aceh
tahun 2012
2.
Waktu
penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 8 sampai 13 Oktober
tahun 2012
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah
seluruh masyarakat di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti
Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 256 orang.
2.
Sampel
Sampelnya adalah dengan menggunakan teknik Claster Sampling yaitu seluruh
masyarakat yang mengalami penyakit gingivitis di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 62
orang.
D.
Alat
-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.
Alat
diagnose : pinset, sonde, eksavator, dan kaca mulut. Alat ini digunakan untuk
pemeriksaan dan penilaian gingivitis dalam mulut.
2.
Kartu
status untuk mengetahui perbedaan gingivitis masyarakat antara satu dengan yang
lainnya.
3.
Kuisioner,
digunakan untuk menggali pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terhadap gingivitis.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
1.
Data
Primer
Data ini
diperoleh langsung dengan mewawancarai responden melalui kuisioner dan
pemeriksaan gingivitis pada masyarakat dusun Ratu Safiatuddin gampong Peuniti
Banda Aceh tahun 2012.
2.
Data
Sekunder
Data mengenai
jumlah masyarakat ini diperoleh dari Keuchik gampong Peuniti Banda Aceh tahun
2012, dan data lainnya yang berhubungan dengan kesehatan gigi.
F.
Pengelolaan
dan Analisa Data
1.
Pengelolaan
Data
Setelah data
berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengelola data
sehingga jelas sifat – sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Tahap-tahap
dalam pengelolaan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Editing
Dengan memeriksa kembali kelengkapan jawaban memeriksa
nama dan identitas responden, data yang diberikan berkesinambungan atau tidak
dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu sama lainnya.
- Coding
Data yang telah diperoleh disederhanakan untuk memudahkan
pengelolaannya yaitu dengan menggunakan angaka atau kode –kode tertentu.
- Tabulating
Datat dikelompokkan kedalam table tertentu menurut sifat
yang dimiliki sesuai tujuan penelitian.
2.
Analisa
Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisa untuk
mendapatkan gambaran tentang suatu situasi, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan
berdasarkan kejadian yang ada.
BAB
IV

A.
Hasil
Penelitian
Hasil dari studi
epidemiologi dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif pada sampel
62 orang di gampong Peuniti Banda Aceh.
a.
Data
umum
1. Gampong
Gampong
wilayah kerja yaitu Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh.
·
Demografi
a. Jumlah
kepala keluarga di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin : 192 KK
b. Jumlah
penduduk di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin : 456 Jiwa
c. Kader
: 5 Orang
·
Geografis
2. Batas
daerah Gampong Peuniti
a. Utara
berbatasan dengan Gampong
Kuta Alam
b. Selatan
berbatasan dengan Gampong
Peuniti
c. Timur
berbatasan dengan Gampong
Ateuk Pahlawan
d. Barat
berbatasan dengan Gampong
Neusu Jaya
·
Sarana dan Prasaran
a. Mesjid : 5
b. Rumah
Bidan Gampong :
2
c. Kantor
PKK : 1
d. Posyandu : 1
b. Data Khusus
1. Deskripsi faktor luar terjadinya penyakit gingivitis
1) Faktor
keturunan
Tabel 3.1
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor keturunan pada
masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
22
40
|
35,4
64,5
|
2
|
Anggota keluarga dari ayah anda mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
3
59
|
4,8
95,1
|
3
|
Anggota keluarga dari ibu anda mempunyai susunan gigi
berjejal/berlapis.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
19
43
|
30,6
69,3
|
Dari tabel 3.6 diatas tentang faktor keturunan terlihat responden yang
memiliki susunan gigi berjejal 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari
ibu responden yang memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%).
2) Faktor
lingkungan
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor lingkungan
pada masyarakat
di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Dilingkungan
tempat tinggal menggunakan sikat gigi berbulu halus.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
42
20
|
67,7
32,2
|
2
|
Sikat gigi
kepunyaan sendiri.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
62
0
|
100
0
|
3
|
Anggota keluarga sering mengkonsumsi sayur – sayuran dan
buah-buahan.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
37
25
|
59,6
40,3
|
4
|
Di lingkungan tinggal
terdapat apotik.
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
62
0
|
100
0
|
5
|
Jenis makanan yang
banyak mengandung vitamin C.
|
a.
Ya
b.
tidak
|
46
16
|
74,1
25,8
|
6
|
Penghasilan keluarga
selama ini.
|
a.
500,000-1,000,000
b.
1,000,000-1,500,000
c.
1,500,000-2,000,000
|
51
9
2
|
82,2
14,5
3,2
|
Dari tabel 3.8 diatas dapat dilihat bahwa dilingkungan
tempat masyarakat menggunakan sikat gigi berbulu halus dan (82,2%) masyarakat
yang berpenghasilan 500,000-1,000,000.
a) Pendidikan
Tabel
3.3
Distribusi
frekuensi responden menurut pendidikan di Gampong
Peuniti
Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
SD
|
7
|
11,2
|
2
|
SMP
|
14
|
22,5
|
3
|
SMA
|
32
|
51,6
|
4
|
Sarjana
|
9
|
14,5
|
Total
|
62
|
100
|
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden mempunyai pendidikan hanya sampai sekolah menengah atas (SMA)
yaitu sebanyak 32 responden (51,6%).
b) Pekerjaan
Tabel 3.4
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di
Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Ibu Rumah Tangga
|
19
|
30,6
|
2
|
PNS
|
7
|
11,2
|
3
|
Swasta
|
36
|
58
|
Total
|
62
|
100
|
Kategori responden menurut pekerjaan berdasarkan tabel 3.2 dapat di ketahui
bahwa pekerjaan yang banyak di miliki oleh responden adalah swasta dengan
jumlah 36 responden (58%).
3) Faktor
Perilaku
a) Pengetahuan
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Item Pertanyaan Faktor Pengetahuan
pada masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin
Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Pengertian
radang gusi (gingivitis)
|
a. Gusi merah, bengkak dan berdarah
b. Bau mulut
c. Tidak tau
|
5
20
37
|
8
32,2
59,6
|
2
|
Penyebab penyakit
gingivitis.
|
a. Plak
b. Lubang gigi
c. Tidak tau
|
15
43
4
|
24,1
69,3
6,4
|
3
|
Waktu yang tepat untuk
menggosok gigi.
|
a. Sesudah makan dan sebelum tidur
b. Waktu mandi
c. Bangun tidur
|
12
35
15
|
19,3
56,4
24,1
|
4
|
Akibat yang terjadi
bila radang gusi di abaikan.
|
a. Gigi menjadi patah
b. Gigi goyang, gusi
merah, dan gigi tanggal dengan sendirinya
c. Gigi menjadi rapuh
|
42
18
2
|
67,7
29
3,2
|
5
|
Bila gigi terasa
goyang, gusi membengkak dan terasa sakit.
|
a. Membiarkannya
b. Minum obat
c. Berkunjung ke
poliklinik gigi
|
16
32
14
|
25,8
51,6
22,5
|
6
|
Sikat gigi yang bagus
untuk menyikat gigi.
|
a. Bulu yang sangat lembut dan kepala sikat kecil
b. Bulu sikat yang tidak terlalu lembut dan tidak
terlalu kasar dan kepala sikat kecil
c. Bulu sikat yang kasar dan kepala sikat kecil
|
25
32
7
|
40,3
51,6
11,2
|
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui apa
itu penyakit radang gusi (gingivitis) yaitu sebanyak 37 responden (59,6%).
b) Sikap
Tabel 3.6
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor sikap pada
masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Memeriksakan
kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali.
|
a. Setuju
b. Tidak setuju
|
52
10
|
83,8
16,1
|
2
|
Selalu menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
|
a. Setuju
b. Tidak setuju
|
62
0
|
100
0
|
3
|
Bila mengalami gusi
bengkak ditunggu sembuh sendiri.
|
a. Setuju
b. Tidak setuju
|
30
32
|
48,3
51,6
|
4
|
Agar gigi bersih dan
sehat harus menggosok gigi setiap hari.
|
a. Setuju
b. Tidak setuju
|
62
0
|
100
0
|
5
|
Makanan yang
baik untuk kesehatan gigi adalah makanan yang berserat dan banyak mengandung
air.
|
a. Setuju
b. Tidak
setuju
|
62
0
|
100
0
|
Dari tabel 3.4 di atas dapat dilihat
bahwa 100% setuju agar gigi bersih dan sehat harus menggosok gigi setiap hari,
100% responden setuju makanan yang baik untuk kesehatan gigi adalah makanan
yang berserat dan banyak mengandung air.
c)
Tindakan
Tabel 3.7
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor tindakan pada
masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Setiap hari menggosok gigi.
|
a. Ya
b. Tidak
|
54
8
|
87
12,9
|
2
|
Sehari menggosok gigi.
|
a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 3 kali sehari
|
50
12
0
|
80,6
19,3
0
|
3
|
Waktu menggosok gigi.
|
a. Di waktu mandi
b. Pagi sehabis makan
c. Pagi, siang sehabis
makan, malam sebelum tidur
|
45
17
0
|
72,5
27,4
0
|
4
|
Untuk mencegah terjadinya penyakit gingivitis
|
a. Menjaga kebersihan gigi dan mulut
b. Tidak melakukan apa –
apa
c. Mencegah dengan
menggunakan ramuan
|
36
15
11
|
58
24,1
17,7
|
5
|
Memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke
poliklinik gigi.
|
a. Tidak pernah
b. Sering
c. Pernah (6 bulan
sekali)
|
44
0
18
|
70,9
0
29
|
6
|
Membersihkan karang gigi.
|
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Sering
|
18
44
0
|
29
70,9
0
|
7
|
Bila gigi terasa goyang, gusinya membengkak
dan terasa sakit.
|
a. Membiarkannya
b. Minum obat
c. Berkunjung ke
poliklinik gigi
|
16
32
14
|
25,8
51,6
22,5
|
8
|
Menggunakan tusuk gigi untuk membersihkan sisa
– sisa makanan yang melekat pada sela – sela gigi
|
a. Ya, sering
b. Kadang – kadang
c. Tidak pernah
|
21
38
3
|
33,8
61,2
4,8
|
Berdasarkan tabel 3.5 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden hanya
menyikat gigi di waktu mandi saja yaitu 45 responden (72,5%), dan 44 responden
(70,9%) tidak pernah memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke poliklinik gigi.
4) Pelayanan
Kesehatan
Tabel 3.8
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor pelayanan kesehatan pada masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Dilingkungan tempat tinggal tersedia pelayanan
kesehatan gigi.
|
a. Ya
b. Tidak
|
62
0
|
100
0
|
2
|
Sering memeriksa gigi ketempat pelayanan
kesehatan.
|
a. Ya
b. Tidak
|
18
44
|
29
70,9
|
3
|
Jarak rumah ke puskesmas/rumah sakit mencapai
2 – 5 km.
|
a.Ya
b.Tidak
|
62
0
|
100
0
|
4
|
Di lingkungan tempat tinggal sering dilakukan
penyuluhan kesehatan gigi
|
a. Ya
b. Tidak
|
0
62
|
0
100
|
5
|
Mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas
kesehatan gigi.
|
a. Ya
b. Tidak
|
22
40
|
35,4
64,5
|
Dari tabel 3.7 diatas terlihat bahwa kawasan Gampong Peuniti Dusun Ratu
Safiatuddin tersedia tempat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, tetapi 18
responden (29%) yang sering memeriksa gigi ketempat pelayanan kesehatan.
2. Deskripsi Faktor
Dalam Penyebab Penyakit Gingivitis
1) Hasil Pemeriksaan Dedris Indeks (DI)
Tabel 3.10
Hasil Pemeriksaan Debris Indeks pada masyarakat di
Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,06)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang (0,7-1,8)
|
25
|
40,3
|
3
|
Buruk (1,9-3,0)
|
37
|
59,6
|
Total
|
62
|
100
|
Dari hasil pemeriksaan debris indeks pada tabel 3.10
diatas diketahui bahwa 37 responden (59,6%) berada pada kriteria buruk.
2) Hasil
Pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
Tabel 3.11
Hasil Pemeriksaan Calculus Indeks (CI) pada masyarakat di
Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,0-0,6)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang (0,7-1,8)
|
20
|
32,2
|
3
|
Buruk (1,9-3,0)
|
42
|
67,7
|
Total
|
62
|
100
|
Dari hasil pemeriksaan calkulus indeks pada tabel 3.11
diatas diketahui bahwa 42 responden (67,7%) berada pada kriteria buruk.
3) Status
Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 3.12
Hasil Pemeriksaan OHI-S pada masyarakat
di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
|
Kriteria OHI-S
|
Jumlah Responden
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,0-0,2)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang (1,3-3,0)
|
18
|
29
|
3
|
Buruk (3,1-6,0)
|
44
|
70,9
|
Total
|
62
|
100
|
Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat diketahui 44 responden (70,9%) berada
pada kriteria buruk.
B.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu untuk
mengetahui berbagai faktor penyebab terjadinya penyakit gingivitis pada
masyarakat Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Tahun 2012 dengan sampel 62
responden yang terkena radang gusi (gingivitis).
Dari hasil penelitian di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong
Peuniti diketahui dari beberapa hasil pemeriksaan faktor dalam mengenai
kebersihan mulut (Oral Hygiene), dan faktor luar. Kebersihan mulut merupakan
indikator yang sangat penting akan timbulnya radang gusi (gingivitis)
(Rahmawati Nur, 2009).
1. Kejadian
penyakit gingivitis ditinjau dari faktor keturunan
Keturunan merupakan penyebab terjadinya gingivitis. Dari
hasil penelitian menunjukkan dari 62 responden yang mempunyai susunan gigi
berjejal/berlapis yaitu 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari ibu
responden yang memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%). Hal ini
menggambarkan bahwa susunan gigi berjejal dari keturunan yang dibawa oleh
Ibu/Bapak. Susunan gigi berjejal mempunyai resiko terjadinya karies dan
gingivitis, karena sisa-sisa makanan yang terdapat pada sela-sela gigi lebih
susah dibersihkan, sehingga dapat menyebabkan penumpukan plak, penumpukan plak
inilah yang dapat menyebabkan terjadinya radang gusi (gingivitis).
2. Kejadian
penyakit gingivitis ditinjau dari faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi terhadap kesehatan gigi, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dilingkungan masyarakat Gampong Peuniti Dusun Ratu
Safiatuddin sebanyak 67,7% responden menggunakan sikat gigi yang berbulu halus
sedangkan keadaan ekonomi dominan berpenghasilan 500,000-1,000,000. Lingkungan
yang baik juga ikut mendukung untuk menjaga kesehatan.
Radang gusi disebabkan oleh faktor luar yaitu tingkat
pendidikan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti sebagian besar responden hanya menempuh pendidikan
SMP – SMA yaitu 74,1%. Dari hasil penelitian yang berpendidikan sarjana atau perguruan
tinggi hanya beberapa responden yang terkena gingivitis. Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan mempengaruhi kesehatan. Pendidikan yang rendah kurang bisa
menerima informasi dan pengetahuan cenderung rendah. Tingkat pendidikan
seseorang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, khususnya pendidikan
kesehatan gigi dan mulut karena makin tinggi tingkat pendidikan akan makin
menyerap informasi dan inovasi, termasuk kesehatan gigi dengan tingkat
pendidikan yang rendah (Boedihardjo, 1998). Faktor kedua penyebab terjadinya
gingivitis adalah sebagian besar dari responden 58% bekerja sebagai swasta. Hal
ini disebabkan karena responden terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga
kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
3. Kejadian
penyakit gingivitis ditinjau dari faktor perilaku
Faktor lain yang menyebabkan radang gusi (gingivitis) pada masyarakat di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti adalah faktor pengetahuan masyarakat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden cenderung
rendah yaitu 51,6% dari responden bila gigi terasa goyang, gusi membengkak dan
terasa sakit, hanya meminum obat, sedangkan yang berkunjung ke poliklinik gigi
22,5%. Peneliti berasumsi bahwa responden untuk mengobati rasa sakit atau gusi
membengkak ke poli gigi kurang, ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat
kurang, seperti yang kita ketahui bahwa pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan yang tepat (Notoadmodjo, 2003).
Selain itu faktor tindakan juga mempengaruhi terjadinya
radang gusi (gingivitis) yaitu kebiasaan responden menggosok gigi di waktu
mandi sebanyak 72,5%. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya radang gusi
(gingivitis) karena masyarakat hanya menyikat gigi diwaktu mandi saja, bukan
diwaktu pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur. Kebiasaan menyikat gigi
diwaktu mandi merupakan tindakan yang tidak benar karena setelah itu orang akan
makan lagi. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan pada sela-sela
gigi dan permukaan gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya plak (Ircham,
2005).
4. Kejadian
penyakit gingivitis ditinjau dari faktor pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
menentukan kesehatan gigi yang telah diketahui Gampong Peuniti berdekatan
dengan puskesmas, tetapi para responden tidak memanfaatkan sarana yang
tersedia, hal ini dapat dilihat bahwa 29% responden yang sering memeriksa gigi
ketempat pelayanan tersebut. Selain itu di desa tersebut dilakukan penyuluhan
kesehatan gigi, pada hal penyeluhan sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat, khususnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
karena dengan adanya diberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada masyarakat
mengenai pentingnya menjaga kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Jadi
masyarakat akan lebih tahu dalam memelihara kesehatan, khususnya kesehatan gigi
dan mulut (Azwar, 1998).
5. Kejadian
penyakit gingivitis ditinjau dari status kebersihan gigi dan mulut
Pengukuran terhadap kebersihan mulut dalam penelitian ini diperiksa dengan
menggunakan 3 (tiga) pemeriksaan yaitu dengan pemeriksaan debris indeks,
calculus indeks, serta OHIS. Pengukuran debris indeks diakukan untuk mengetahui
seberapa besar lapisan endapan lunak yang terjadi karena adanya kotoran atau
sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi (Be Kien Nio, 1997). Sehingga
jika angka debrisnya baik maka yang berarti terbebas dari sisa-sisa makanan
yang kemungkinan terjadi radang gusi, sebaliknya jika angka debris indeks buruk
maka didalam gigi orang tersebut banyak sisa makanan sehingga kemungkinan
terjadinya gingivitis oleh hygiene (kebersihan mulut) yang akan membuat gigi
dan jaringan sekitarnya sehat mudah terkena penyakit, maka kebersihan gigi dan
mulut harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik (Kuntari, 2006).
Pemeriksaan untuk mengetahui kriteria gingivitis. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa yang berkriteria moderete gingivitis berjumlah 32 responden
(51,6%), mild gingivitis 18 responden (29%) dan severe gingivitis berjumlah 12
responden (19,3%), sedangkan yang normal 0 responden. Radang gusi lebih sering
terjadi karena kurangnya merawat kebersihan gigi dan gusi, sehingga terjadi
penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Peradangan pada gusi juga
dapat terjadi karena defisiensi/kekurangan vitamin, terutama vitamin C
(Dalimunthe, 2005).
Hasil pemeriksaan mengenai debris indeks pada responden ternyata dalam
kategori dengan indeks debris yang buruk adalah sebesar 59,6%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kebersihan mulut responden sebagian besar cenderung buruk
yang menandakan banyak sisa-sisa makanan yang masih melekat atau terselip di
gigi sehingga akan merusak lapisan permukaan gigi. Oleh karena itu
kecenderungan untuk terkena penyakit gingivitis lebih besar. Gingivitis
dikarenakan adanya plak yang merupakan campuran lengket yang terdiri dari
partikel makanan, lendir dan bakteri plak terbentuk karena kurang membersihkan
gigi sehingga menumpuk dileher gigi dan memasuki ruang-ruang sempit antara
perbatasan gigi dan gusi (Maulani, 2005).
Kecenderungan terkena penyakit radang gusi yang besar dapat dilihat pada
hasil pemeriksaan mengenai calculus indeks pada responden, ternyata dalam
kategori dengan calculus indeks yang buruk yaitu sebanyak 67,7%. Calculus merupakan
endapan keras hasil mineralisasi plak gigi dan melekat erat mengelilingi
permukaan gigi dan akar gigi bahkan dapat menutupi seluruh permukaan gigi
(Dalimunthe, 2005). Pengukuran calculus indeks dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar endapan keras yang terjadi karena proses pengapuran yang
berwarna putih sampai dengan coklat, kehitam-hitaman (Be Kien Nio, 1997).
Dari hasil pemeriksaan melalui pengukuran dengan OHI-S (hasil pemeriksaan
debris indeks dan calculus indeks) bahwa untuk kategori OHI-S yang buruk
sebesar 70,9%, sedangkan untuk kriteria sedang sebesar 29%. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk terjadi gingivitis di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti lebih tinggi, sehingga nilai OHI-S yang tinggi
turut ikut menjadikan indikator mudahnya terkena radang gusi (gingivitis).
Karena OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari debris indeks dan calculus indeks
pada diri seorang buruk, maka otomatis nilai OHI-S nya buruk yang berarti
kebersihan gigi dan mulutnya jelek (Heri Julianti, 2001).
Dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit gingivitis yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor perilaku,
faktor pelayanan kesehatan, serta faktor kebersihan gigi dan mulut.
BAB V

A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kejadian gingivitis
ditinjau dari berbagai faktor penyebab pada masyarakat di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Kota Banda Aceh Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa
:
- Faktor
penyebab terjadinya penyakit gingivitis
a. Faktor
luar
1) Keturunan
turut menentukan timbulnya penyakit gingivitis, 22 responden (35,4%) mempunyai
susunan gigi berjejal/berlapis yang beresiko terjadinya gingivitis.
2) Sebagian
besar yang terkena penyakit gingivitis adalah yang berpendidikan SMA sebanyak
32 responden (51,6%) dan yang bekerja sebagai swasta sebanyak 36 responden
(58%).
3) Berdasarkan
faktor perilaku, sebanyak 59,6% responden tidak mengetahui apa itu penyakit
radang gusi (gingivitis), dan 45 responden (72,5%) menyikat gigi diwaktu mandi
saja serta 44 responden (70,9%) tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi dan
mulut ke poliklinik gigi.
4) Dari
62 responden yang diteliti terdapat 44 responden (70,9%) tidak sering
memeriksakan gigi ketempat pelayanan kesehatan dan masyarakat tidak mendapatkan
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b. Faktor
dalam
·
Pemeriksaan OHI-S
dengan proporsi paling besar adalah dalam kategori buruk yaitu sebesar 70,9%.
B.
Saran
- Bagi
Masyarakat
Masyarakat
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan
dan memperbanyak informasi, sehingga masyarakat lebih banyak tahu dan mau dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
- Bagi
Petugas Kesehatan Gigi
Bagi
petugas diharapkan lebih aktif dalam mempromosikan tentang kesehatan gigi dan
mulut dengan memberikan penyuluhan secara rutin, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
0 komentar:
Posting Komentar