Senin, 11 Februari 2013

ANALISIS SALIVA PADA ANAK UMUR 4-6 TAHUN YANG MENDERITA RAMPAN KARIES DI DESA LAMSITEH KECAMATAN DARUL IMARAH ACEH BESAR TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
     Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Untuk mewujudkan kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang mencakup beberapa aspek, yakni kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit dan cacat). Sedang peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, yakni preventif dan promotif. Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, keluarga atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal (Notoatmodjo, 2003).
Kesehatan mulut merupakan hal yang dibutuhkan untuk melengkapi kesehatan secara umum maupun keadaan sehat sempurna (Well Being). Kesehatan oral yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan status nutrisi, penampilan dan kualitas hidup. Penyakit mulut sebagian besar dapat dicegah terutama yang berkaitan dengan jenis makanan (Julica, 2009).
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan kedalam cavitas oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau air liur (Julica, 2009). Di dalam mulut ada saliva yang berkontak dengan gigi. Saliva berperan menjaga kelestarian gigi, saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Fungsi saliva sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jika saliva tidak ada atau jumlahnya menurun drastis maka rampan karies akan terjadi dan jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal yang buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari  mulut, berkurangnya buffer kerena perubahan asam mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam. Rongga mulut mempunyai kadar pH normal berada diangka 7, bila nilai pH jatuh pada angka 5,5 bearti keadannya sudah kritis (Anonim, 2008).
Rampan karies merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan sebagian besar atau semua dari gigi susu/decindui atau gigi permanen yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008). Banyak orang tua yang berfikir gigi susu kurang penting untuk dirawat karena akan digantikan oleh gigi tetap. Namun gigi pertama ini berfungsi untuk membentuk rahang dan menyediakan tempat untuk gigi tetap. Jika tidak dirawat gigi susu akan berlubang dan dapat menyebabkan infeksi gusi dan mempengaruhi letak gigi permanen (Hamsafir, 2010).
Kerusakan gigi susu juga dipengaruhi pertumbuhan gigi permanen si kecil. Data menunjukkan, 9 dari 10 anak  balita menderita kerusakan gigi. Setiap anak rata-rata menrita 7 lubang dari 20 giginya (Suwelo, 2008). Email gigi susu lebih tipis dibandingkankan gigi tetap, karena itu tidak mengherankan gigi susu sangat mudah mengalami karies. Adanya anggapan orang tua atau masyarakat awam bahwa gigi dicedui yang rusak tidak menjadi masalah karena gigi tersebut akan digantikan dengan gigi permanen akan semakin memperparah karies rampan pada anak. Suatu hal yang perlu diingat bahwa fungsi gigi decidui adalah: untuk membantu pengunyahan, untuk estetika, sebagai penuntun tumbuhnya gigi permanen (Rufaidah, 2009).
Daerah gigi yang biasanya mengalami kerusakan adalah gigi depan rahang atas. Gigi susu/decidui tersebut juga merupakan gigi yang pertama kali muncul dalam rongga mulut akan mempunyai kemungkinan waktu terpapar/berkontak paling lama dengan cairan yang berisikan gula. Sedangkan gigi depan rahang bawah cenderung terlindungi oleh lidah saat anak menghisap/minum dengan botol dot (Mahafudo, 2008).
Organisasi kesehatan gigi dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%, penelitian Taverut menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak berusia satu tahun sebesar 5%, anak usia dua tahun sebesar 10%, anak usia tiga tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun sebesar 75%, dengan demikian golongan umur usia dini merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi (Soeleman, 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%. Prevalensi karies gigi aktif 46,5% dengan index rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Index DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal pada 30 anak umur 4-6 tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah  Aceh Besar Tahun 2012 ditemukan 17 anak yang mengalami rampan karies gigi, terlihat karies yang meluas dibagian insisal rahang atas dan bawah pada anak, kurangnya pengetahuan orang tua tentang memberi susu botol, kebiasaan ibu sering menidurkan anak dengan memberi susu botol serta ibu jarang membersihkan permukaan gigi anak setelah memberi susu botol. Menurut Jane Kamp (2004) Kurangnya pengetahuan orang tua dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) sangat mempengaruhi terhadap kejadian rampan karies, orang tua anak kurang mengetahui cara menyikat gigi yang baik dan benar serta mereka tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk memeriksa kesehatan gigi anaknya ke puskesmas, anggapan orang tua bahwa gigi anak tidak perlu untuk dipelihara akan digantikan dengan gigi tetap.
erau gigi permanen yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008) banyak orang tua
B.       Rumusan Masalah
           Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui Analisis Saliva pada Anak Umur 4-6 Tahun yang Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012.
C.      Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Analisis Saliva Pada Anak umur 4-6 Tahun yang Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012.
       2. Tujuan Khusus
a.         Untuk Menetahui tingkat hidrasi (aliran saliva) pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh kecamatan Darul Imarah Aceh Besar tahun 2012.
b.         Untuk Menetahui tingkat kekentalan (viskositas) pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar tahun 2012.
c.         Untuk Menetahui saliva dengan istirahat dengan pH testip pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar tahun 2012. .
d.        Untuk Menetahui jumlah atau banyaknya saliva (kuantitas) pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar tahun 2012.
e.         Untuk Menetahui kualitas efektivitas saliva dengan buffer pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar tahun 2012.

D.      Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis       
a.    Dapat menjadi panduan dalam melakukan penelitian ataupun riset lebih lanjut dalam perkembangan ilmu agar terwujudnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
b.    Dapat menjadi informasi ilmiah yang berguna dalam kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat.
2.    Manfaat Praktis
a.    Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b.    Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan pihak lain dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut anak di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rampan Karies
1.      Pengetian Rampan Karies
Karies rampan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan terjadinya kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang biasanya relatif bebas karies, terutama terdapat pada gigi sulung yang terus menerusmenghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu kedalam larutan gula (kidd, 2000). 
Rampan karies merupakan karies yang timbul secara tiba-tiba atau mendadak. Proses karies sangat cepat, menyebar luas bahkan dapat menyebabkan terkena pulpa dan mengenai semua permukaan gigi (Tarigan, 1995).

2.      Faktor Penyebab Terjadinya Rampan Karies      
Penyebab utama rampan karies adalah bakteri streptococcus mutans (s.mutans) dan lactobacillus. Bakteri s.mutans akan mengurangi sisa makanan yang tertinggal di permukaan gigi, hasil sampingnya adalah asam. Asam ini akan melarutkanemail gigi dan selanjutnya akan merusak dentin yang berada di bawah lapisan email. Pada tingkat kerusakan yang lebih lanjut, lactobacillus mulai berperan. Sisa makanan yang paling mudah di uraikan menjadi asam adalah karbohidrat, contohnya ; nasi dan gula- gula (permen). Jika makanana ini lengket pada sela gigi ataupun pada permukaan gigi yang tidak segera dibersihkan, maka dalam waktu yang amat singkat gula diuraikan menjadi asam. Asam itulah yang melarutkan email yaitu lapisan paling keras gigi, karies rampan bisa juga terlihat pada gigi permanen anak usia belasan tahun dan biasanya disebabkan oleh terlalu mengkonsumsi kudapan kariogenik dan minuman manis diantara waktu makannya (Kidd, 2000). 
Faktor terjadinya rampan karies :
a.    Konsumsi gula
b.   Berkurangnya saliva
c.    Adanya steptococus mutans
d.   Perubahan fisiologis dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan Oral Hygine yang buruk
e.    Gangguan emoso
f.    Faktor herediter (Rohani, 2009).

3.      Proses Terjadinya Karies
Karies gigi terjadinya dari karbohidrat (zat gula/sukrosa) dan sisa makanan  pada plak dirubah oleh kuman menjadi asam, kemudian asam inilah  yang akan melarutkan zat kapur pada lapisan luar gigi maka akan mengakibatkan gigi berlubang (Ford, 1992).
Proses karies dapat di gambarkan secara singkat sebagai berikut :
Substrat  +   Plak      +      Gigi                                                               Karies
 

Jika proses karies gigi diteliti secara lebih cermat maka akan tumbuh pengertian tentang diet, hygiene oral, juga pengetahuan mengapa tempat-tempat tertentu pada gigi tergantung umurnya mudah terkena karies. Plak dan bakteri sangat berperan, tetapi dietlah yang paling berperan sebagai faktor penyebab karies. Perubahan diet merupakan faktor utama bagi peningkatan
prevalensi karies gigi (Ford, 1992).

4.      Pencegahan Rampan Karies
a.    Rajin membersihkan gigi anak setiap hari, memulai menyikat gigi saat gigi anak mulai tumbuh. Menggunakan kain kassa/ kapas basah untuk membersihkan gig,gusi dan lidah.
b.    Jangan membiarkan anak sering terlina dalam menikmati makanan/minuman terutama jus, susu, dan formula.
c.    Sebelum anak tertidur usahakan susu botol dilepas.
d.   Setelah meminum air susu berikan miniman air putih pada anak
e.    Perkenalan dan ajarkan pada anak minum dengan cup, gelas saat muulai menginjak usia 2 tahun.
f.     Menggunakan sedikit bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada makanan atau minuman anak.
g.    Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi (Mahafudo, 2008).

5.        Perawatan Rampan Karies
Dalam perawatan gigi anak, harus dilakukan perencanaan yang lebih baik dan tepat sehinnga anak mendapat perawatan seoptimal mungkin. Prinsip perawatan gigi anak harus sederhana dan sesingkat mungkin tanpa mengurangi prinsip perawatan ideal. Perawatan gigi anak harus disesuaikan dengan keadaan anak, juga harus disesuikan dengan rencana perawatan masing-masing gigi, kemampuan operator dan kemampuan penderita (Suwelo,1992).
Perawatan untuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan gigi (pedodonti) dengan melakukan foto rootgen untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi dan mengikuti perawatan pedodonti yang dianjurkan. Untuk gangguan rahang (orthodonti) dilakukan perawatan dengan pemasangan behel atau brecket sesuai dengan keadaan giginya dan memilih alat orthodonti yang aman dan nyaman bagi anak-anak (Indomedia, 2001).

B.         Saliva
1.        Pengertian Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diprodukksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam kavitas oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebalah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta reflek karena adanya makanan yang masuk kedalam mulut. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase ludah (Julica,2009).
2.      Komponen Saliva
                  Komponen dari saliva meliputi komponen orrganik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva menyusun utamanya adalah air.
a.         Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida dan bikarbonat (sebagai anion).
b.         Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amylase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat dan beberapa hormon setara testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO², O² dan N². Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan Ig6 dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32mg% (Julica, 2009).

3.      Fungsi Saliva
Saliva yang merupakan cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah sebagai buffer yang dapat menahan turunnya pH atau meningkatnya keasaaman mulut. Kondisi ini tergantung dari keasaman mulut. Kondisi ini tegantung dari keadaan saliva apakah likositas atau volumenya cukup untuk menjaga kestabilan sehingga email, sementum atau dentingigi tidak mengalami kelarutan (ilyas cit Dangkeng, 2007). Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu: 
1)   Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan.
2)   Membasahi dan melembutkan makanan dan menjadi bahan setengah cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
3)   Membersihkan rongga mulut dari sisa makanan dan kuman.
4)   Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5)   Membantu proses pencernaan melalui aktiva enzim ptyalin(amylase ludah) dan lipase ludah.
6)   Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan menyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth vector pada saliva
7)   jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh
8)   membantu dalam berbicara, pelumasan pada pipi dan ludah (Julica, 2009).


4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan cara-cara berikut;
1)   Mekanis, misalnya mengunyah makan keras ataupun permen karet.
2)   Kimiawi, oleh rangasagan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas.
3)   Neurosal, melalui system saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis.
4)   Psikis, stess menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulus.
5)   Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian potesa yang dapat menstimulasi sekresi (Julicaa, 2009).

5.      Derajat Keasaman Saliva
Derajat asam suatu larutan dinyatakan dengan PH ini adalah logaritma negatif konsentrasi H+ : -log (H+) yang pada 25° ( untuk suatu larutan netral sama dengan > ). Suatu larutan adalah basis pada pH > 7. Susunan kuantitatif dan kualitati pada elektrolit didalam saliva menentukan pH dan kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH). pH ludah tergantung dari perbandingan antara asam dan konjungasi basanya yang bersangkutan derajat asam dan kapasitas buffer terutama dianggap terutama oleh susunan bikarbonat, yang naik dengan kecepatan sekresi. PH dan kapasitas buffer ludah juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Amerogen, 1992).
Apabila PH dalam mulut di atas 5,5 melalui aksi buffer dari saliva maka proses supersaturasi ion Ca+². Pada situasi ini jaringan keras gigi dapat menarik ion atau elemen- elemen yang dikenal sebagai proses remeneralisasi. Sebaiknya jika pH mulut di bawah titik kritis (pH < 5,5) maka akan terjadi subtaturasi ion Ca+² dan PO4³  yang menyebabkan kelarutan mineral email gigi kelingkungan dan mulut yang disebut demineralisai. Idealnya PH saliva berkisar dari 5,5 sampai 5,6. PH 5,5 secara umum dianggap sebagai nilai batas dengan menghasilkan peningkatan laju demeneralisasi  email (Ilyas cit Dengkeng, 2007).
Derajat kaasaman saliva (pH) saliva sagatlah dipengaruhi oleh irama urkandian, diet dan stimulasi sekresi saliva. Diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan turunnya pH saliva yang Mempercepat terjadinya demeneralisasi enamail gigi. Sepuluh menit setelah makan karbohidrat akan mnghasilkan asam melalui proses glikolisis dan pH saliva akan menurun sampai mencapi PH kritis 5,5-5,6 dan untuk kembali normal dibutuhkan waktu 30-60 menit (Anonim, 2008).
pH dan kapasitas buffer saliva selalu dipengaruhi perubahan- perubahan disebabkan oleh:
a.    Irama siang dan malam, Bahwa pH dan kapasitas buffer:
1)      Tinggi, segera setelah bangun (keaadaan istirahat), tetapi kemudian cepat turun.
2)      Tinggi, seperempat jam setelah makan (stimulali mekanik), tetapi biasanya dalam waktu 30-60 menit turun lagi.
3)      Agak naik Sampai malam, tetapi setelah itu turun.
b.    Diet, juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva, diet kaya karbohidrat misalnya meurunkan kapasitas buffer, menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri- bakteri mulut, sedangkan diet kaya sayuran, yaitu bayam, dan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan, protein sebagai sumber makanan  bakteri, membangkitkan pengeluaran zat basa, seperti amoniak.
c.    Perangsangan kecepatan sekresi (Amerogen, 1992).

6.      Pemeriksaan Saliva
Pemeriksaan saliva terdiri dari 5 tahap:
a.       Tahap 1. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat hidrasi(aliran saliva).
b.      Tahap 2. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat kekentalan.
c.       Tahap 3. Pemeriksaan saliva dengan istirahat dengan pH testip.
d.      Tahap 4. Pemeriksaan produksi saliva dengan stimulasi untuk mengetahui jumlah /banyaknya.
e.       Tahap 5. Pemeriksaan produksi saliva testimulasi dengan buffer test stip, untuk mengetahui kualitas efektivitas saliva menetralisir asam dalam rongga mulut (kainfolanta, 2008).
Pemeriksaan saliva terdiri dari 5 tahap:
Tahap 1: Pemeriksaan dengan visual
      Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. cara pemeriksaannya adalah:
      Menarik bibir bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kasa secara hati- hati, mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang keluar dari muara glandula minor, bila waktu keluarnya lebih dari 60 detik, maka arus saliva dibawah nomal.
      Kondifikasi:
Lebih dari 60 detik : aliran saliva rendah                      Merah
Antara 30-60 detik : aliran saliva sedang                      Kuning
Kurang dari 60 detik : aliran saliva normal                   Hijau

Tahap 2 : pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual untuk mengetahui viskositas saliva. Cara pemriksaannya adalah mengamati secara visual viskositas tanpa stimulasi. Jika jernih, konsistensi seperti air berarti sehat. Bila tampak menyerabut, berbusa atau bergelembung atau sangat lengket, ini brarti bahwa kandungan air rendah disebabkan produksi saliva rendah.
Kondifikasi :
Sangat lengket/ berbusa : viskositas kental                   Merah
Berbusa/ gelembung      : viskositas kental                   Kuning
Sepeti air / jernih           : viskosotas normal                 Hijau

Tahap 3 : pemeriksaan pH saliva istirahat dengan test trip
Cara pemeriksaannya adalah pasien meludah kedalam cawan selanjutnya memasukkan pH trip kedalam cawan yang berisi saliva selama 10 detik kemudian melihat perubahan warna dari strip lalu membandingkan gambaran standar.
Kondifikasi :
pH 5,0 - 5,8 : keasaman saliva tinggi                     Merah
pH 6,0 - 6,6 : keasaman saliva moderat                 Kuning
pH 6,8 - 7,8 : keasaman saliva sehat                      Hijau

Tahap 4 : pemeriksaan saliva terstimulasi
Cara pemeriksaannya adalah :
Pasien mengunyah sepotong wax, setelah 30 detik pasien meluda dalam cawan, dan pasien melanjutkan mengunyah slama 5 menit. kemudian pasien meludah lagi kedalam cawan, selanjutnya melihat dengan memeriksa jumlah saliva.
Kondifikasi :
Kurang dari 3,5 ml : kuantitas sangat rendah                   Merah
Antara 3,5 - 5,0 ml : kuantitas sangat rendah                   Kuning
Lebih dari 5,0 ml: kuantitas sangat normal                      Hijau

Tahap 5 : kapasitas buffer
Pemeriksaan mengindikasikan efektifivitas saliva untuk menetralisasi asam di dalam mulut, yang berasal dari makana, plak gigi.
Cara pemeriksaannya adalah:
      Saliva disedot dari cawan pengumul saliva menggunakan pipet secukupnya, lalu diteteskan satu tetes pada setiap pad (satu trip ada 3 pad). Selanjutnya memerengkan test trip 90° agar saliva tersedot tisu absorben, hal ini untuk mencegah kelebihan saliva sehingga mempengaruhi ketetapan pemeriksaan. pemeriksaan dilakukan segera setelah 5 menit terjadi perubahan warna.

Hasil pemeriksaan setelah  5 menit
Warna                                Point
Hijau                                   4
Hijau / biru                          3
Biru                                     2
Biru /merah                         1
Merah                                  0
Kondifikasi :
Hasil dari penjumlahan dari 3 pads
Point          Buffer                                     Warna
0-5             sangat rendah              merah
6-9             rendah                         kuning
10-12         normal                         hijau
(Fatmasari, 2009).

7.    Saliva Pada Rampan Karies
Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan pentinguntuk melindungi perjalanan pada permukaan gigi. Saliva melindungi gigi dengan menetalisir perubahan asam dalam mulut yang terjadi misalnya sesaat sesudah mengkomsumsi makanan asam, menyebakan kalsium, fosfat dan fluoride pad permukaan gigi serta membersihkan makanan dan bakteri dalam mulut setelah makan. Jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam selanjutnya akan memicu menjadi perubahan Stuktut gigi karena karies. Rongga mulut mmpunyai kadar pH normal berada di angka 7, bila nilai pH jatuh pada angka 5,5 berarti kaedaannya sudh kritis (Anonim, 2008).
Adanya bakteri akan dapat membuat sisa makanan di gigi/selaput atau ronnga mulut terfermentasi sperti hal ragi, sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh. Mula-mula secara mikroorganisme dan dengan berjalannya waktu gigi akan berlubang secarakasat mata. Hindari makan makanan yang terlalu banyak mengandung zat kimia, seperti makanan yang banyak zat pengawet, zat pewarna tambahan, zat penambahan rasa, atau makanan yang terlalu manis/lengket/asam, maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab keasaman yang terlalu terus menerus, air ludah tidak dapat menyangka kadar keasamannya supaya pHnya naik kembali. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang membuat gigi berlubang (Anonim, 2010).
Pembentukan kelejar ludah dimulai pada awal kehidupan (4-12  minggu) sebagai invaginasi epitel mulu yang akan berdiferensiasi kedalam duktus dan jaringan rongga mulut. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/ menit. Sedangkan apabila distimulasi banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/ menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitasdapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies tinggi (Anonim, 2010).
Rampah karies karena ketidak seimbagan mineralisasi dalm waktu lama didalam rongga mulut diakibatkan peningkatan komsumsi  karbohidarat atau berkurangnya fluride. Rampan karies juga dapat terjadi karena  zat asam erosiv. Konsentrasi asam yang tinggi  dapat menyebabkan demeneralisasi dan menyebabkan karies (Rohani, 2009).

8.    Pengaruh Susu Botol Terhadap Rampan Karies
Rampan karies yang spesifik adalah babby bottle caries pada anak-anak yang berhubungan dengan riwayat anak misalnya tertidur dengan botol susu masih didalam rongga mulutyang berisi sirup/juice (mengandung gula), mamakai dot kosong yang dicelupkan kedalam madu, sirup atau gula. Frekuensi makanan karbohidrat yang tinggi pada anak dengan kebiasaan tidur minum susu botol merupakan penyebab utama dari penularan bakteri kariogenik pada anak dan peningkatan metabolisme dari bakteri. Pada waktu tidur kondisi dalam mulut cenderung asam dan bercampur dengan sisa susu dan akan menghasilkan asam. Asam inilah yang akan menyebabkan  rusaknya enamel gigi. Karena air susu tergenang dari seluruh permukaan gigi maka kerusakan gigi  juga akan menyeluruh dipermukaan gigi (Rohani, 2009).

C. Tumbuh Kembang Gigi Anak
1.    Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Anak
Proses tumbuh kembang gigi anak sebetulnya sudah berlangsung sjak masih dalam kandungan ibu. Benih gigi susu ini dibentuk kurang lebih 10 minggu kehamilan calon ibu. Tak heran, kesehatan umum seorang ibu hamil turut pula mempengaruhi perkembangan gigi-gigi sikecil. Umumnya bayi mulai tumbuh gigi di usia 6-12 bulan, dan sempurnanya sampai usia 24 bulan. Dan terus melengkapi hingga berjumlah 20 sampai usia 3 tahun (Haryanto, 2008).
Gigi tumbuh dari epitel tulang. Mula-mula yang tumbuh adalah mahkota yang berwarna putih dengan lapisan luar emailnya, lalu kebawah ada dentin, kebawahnya lagi ialah benak gigi (pulpa) yang mnjadi tempat syaraf dan pembuluh darah, dan yang paling akhir ialah akar gigi (Suwelo, 2008).
Ada dua macam gigi, yaitu gigi anak atau gigi susu dan gigi dewasa atau gigi tetap/ permanen erupsi atau keluarnya gigi susu ptama terjadi diusia 6-8 bulan. Secara berangsur-angsur pula gigi susu-susu ini akan tanggal mulai usia 5-6 tahun dan berakhir sampai 12-13 tahun. Dalam dunia kedokteran, periode ini disebut periode geligi bercampur (Haryanto, 2008).
2.      Tahap Pertumbuhan Gigi
Erupsi pertama gigi terjadi pada usia 6-8 bulan, umumnya diawali dengan keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas, gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu ke dua. Tapii erupsinya tak sekaligus, melainkan satu persatu dan kadang ada juga yang sepasang-sepasang. Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai 6-8 gigi susu tapi kadang ada juga yang hanya dua gigi walaupun tanpa disertai keluhan pertumbuhannya) dan akan menjadi lengkap berjumlah 20 gigi susu (4 gigi seri atas-bawah, dua gigi taring kanan-kiri dari atas-bawah dan empat graham kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan/dua tahun                (Suwelo, 2008).
Tabel 1.Periode Pertumbuhan Gigi
Gigi
Waktu Erupsi
Gigi Rahang Atas
·   Gigi seri pertama
·   Gigi seri ke dua
·   Gigi taring
·   Gigi geraham
·   Gigi geraham pertama
·   Gigi geraham ke dua

7,5
18
9
18
14
24
Gigi rahang Bawah
·   Gigi seri pertama
·   Gigi seri ke dua
·   Gigi taring
·   Gigi geraham
·   Gigi geraham pertama
·   Gigi geraham ke dua

6
7
16
12
19
20
Sumber : Pratiwi, 2007
C. Perencanaan Penanggulangan Kasus
             Setelah mengetahui permasalahan diatas terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya rampan karies, sehingga derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat dapat meningkat antara lain:
1.   Promotif
            Penyuluhan yang efektif akan berpengaruh positif dan akan berinteraksi terhadap kesehatan gigi. Penyuluhan bermaksud untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan merubah prilaku dari arah yang salah menjadi benar, serta menumbuhkan kemandirian anak-anak dalam memelihara ksehatan gigi dan mulut. Penyuluhan yang diberikan meliputi:
a.       Pendidikan kesehatan gigi
b.      penyuluhan tentang rampan kaies
c.       Penyuluhan cara, waktui dan frekuensi menyikat gigi
d.      Pembagian brosur kesehatan
      2.    Preventif
   a.    Interpretensi terhadap hasil test analisa saliva
1.    Konsumsi suplement (produk antifisial)
-   Pemberian suplement CPP- ACP ( Casein Phosphore Peptide - Amorphous        Calcium Phosphat).
-   Fluor
               -   Chlorhexidine
2. Merubah Gaya hidup
     -   Menambah kosumsi air
     -   Mengurangi asam dan fermentabel Carbohidrate
       3. Memacu produksi saliva
           -   Stimulasi pengunyahan ( permen karet tanpa gula/ makanan berserat).
           -   Stimulasi rasa (taste)
       4. Merubah kondisi mulut hygiene mulut
-   Menambah frekuensi membersihkan gigi
-   Memperbaiki kualitas pembersihan gigi ( sikat gigi yang benar / flossing).
5. Proteksi eksternal prioritas tinggi
     -   Surface protection dengan Glass ionomer
6. Bahan untuk kenyamanan
     -   Pembasah mukosa atau saliva antifisial
b. Kegiatan untuk mencegah agar tidak terjadinya rampan karies, kegiatan yang dilakukan meliputi:
1)      Menambahkan kebiasaan menyikat gigi 2 kali sehari.
2)      Memberikan air putih setelah anak minum susu.
3)      Menggunakan dental flossing untuk membersihkan gigi.
4)      Memberikan sedikit gula atau tidak sama sekali pada minuman atau makanan anak.
5)      Memperkuat email gigi dengan memberikan larutan fluor.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat studi kasus, yaitu menggali dan mengkaji Analisis Saliva pada Anak Umur 4-6 Tahun yang Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012.
B.     Tempat dan Waktu
1.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
2.       Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-14 November tahun 2012.
C.    Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Anak usia 4-6 tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar yang mengalami rampan karies. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan tehnik purposive sampling yang berjumlah 8 anak.
D.  Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu pemeriksaan saliva, alat pemeriksaan saliva (saliva chek buffer) serta kaca mulut, pinset dan nier beken.
E.  Pengumpulan Data
1.    Data Primer
Data diperoleh langsung dengan melakukan pemeriksaan saliva pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.
2.    Data Sekuder
Data skunder berupa data yang akan diperoleh dari  buku data penduduk di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.

F.        Pengolahan Data dan Analisa Data
1.  Pengolahan data
a. Editing
     yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pemeriksaan saliva.
b. Coding
     yaitu melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu pada setiap pemeriksaan saliva.
c.  Tabulating  yaitu  data  yang  telah  dikumpulkan  dan ditabulasi dalam tabel distribusi frekuensi.

2      Analisa Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau dengan menghitung persentase dalam setiap variabel.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
      1. Data Umum
         a.  Data Geografi
            Desa Lamsiteh berada di Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, Desa Lamsiteh ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Ø       Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lheu Blang
Ø       Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lamkawe
Ø       Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lamsayun
Ø       Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lambleut
b. Data Demografi
Luas wilayah Desa Lamsiteh yaitu ± 100 Ha. Desa Lamsiteh sendiri memiliki 3 dusun yaitu dusun cot bagarot, dusun cik diulim, dan dusun cik dipirak dengan jumlah penduduk pada tahun 2012  yaitu berjumlah 418 jiwa. Perempuan berjumlah 217 orang dan laki-laki bejumlah 201 orang dengan jumlah KK 98. Sedangkan jumlah keseluruhan anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies berjumlah 17 anak.
c. Data Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Perempuan
2
25%
2
Laki-laki
6
75%
Jumlah
8
100%
        
            Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki sebanyak 6 anak (75%).

      2. Data Khusus
1.   Aliran Saliva
Berdasarkan aliran saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aliran saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
Hidrasi Saliva
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
> 60 detik
Rendah (merah)
3
37%
2
30-60 detik
Sedang (kuning)
5
63%
3
< 60 detik
Normal (hijau)
0
0%
Jumlah
8
100%

           Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa aliran saliva paling banyak adalah 30-60 detik dengan kriteria sedang (kuning) sebanyak 5 anak (63%).

           2.   Viskositas Saliva
Berdasarkan viskositas saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini:

Tabel 1.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Viskositas Saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
Viskositas Saliva
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
Sangat lengket/ berbusa
Kental (merah)
3
37%
2
Berbusa/ bergelembung
Moderat(kuning)
4
50%
3
Seperti air/ jernih
Normal(hijau)
1
13%
Jumlah
8
100%

Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa aliran saliva paling banyak adalah  Berbusa atau bergelembung dengan kriteria moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%).
3. pH Saliva
Berdasarkan pH saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.5 di bawah ini:

Tabel 1.5
Distribusi Frekuensi  Berdasarkan pH Saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
pH saliva
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
5,0-5,8
Tinggi (merah)
3
37%
2
6,0-6,6
Moderat (kuning)
4
50%
3
6,8-7,6
Sehat (hijau)
1
13%
Jumlah
8
100%

            Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa pH saliva paling banyak adalah 6,0-6,6 dengan kriteria moderat (kuning)sebanyak 4 anak (50%).
4.   Kuantitas Saliva
Berdasarkan kuantitas saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini:
Tabel 1.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan kuantitas Saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
Kuantitas Saliva
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
< 3,5 ml
S.Rendah (merah)
5
63%
2
3,5-5,0 ml
Rendah (kuning)
2
25%
3
> 5,0 ml
Normal (hijau)
1
13%
Jumlah
8
100%
           
Berdasarkan tabel 1.6 di atas dapat dilihat bahwa kuantitas saliva paling banyak adalah <3,5ml dengan kriteria sangat rendah (merah) sebanyak 5 anak (63%).
           5.   Kapasitas Buffer
Berdasarkan kapasitas buffer di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.7 berikut :
Tabel 1.7
Distribusi Frekuensi Sampel (8 Anak)  Bedasarkan Kapasitas Buffer di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012

No
Kapasitas Buffer Saliva
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
0-5 point
S. Rendah (merah)
2
25%
2
6-9 point
Rendah (kuning)
6
75%
3
10-12 point
Normal (hijau)
0
0%
Jumlah
8
100%

Berdasarkan tabel 1.7 di atas dapat dilihat bahwa kapasitas buffer paling banyak adalah  6-9 point dengan kriteria rendah (kuning) sebanyak 6 anak (75%).
B.   Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis tentang analisis saliva pada anak umur 4-6 tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012. Peneliti mengunakan kartu pemeriksaan saliva, alat pemeriksaan saliva (saliva chek Buffer) serta kaca mulut, pinset dan nier beken. Pengambilan pada 8 anak dengan teknik purposive sampling.
Dari tabel 1.3 didapatkan aliran saliva yang paling banyak adalah 30-60 detik dengan kriteria sedang (kuning) sebanyak 5 anak (63%). Penulis berasumsi bahwa aliran saliva yang kurang disebabkan karena kurangnya fungsi kelenjar ludah yang menghasilkan saliva. Aliran saliva dapat membersihkan sisa-sisa makanan dari rongga mulut dan membawanya ke kerongkongan untuk di telan, saat kondisi mulut kering, karies lebih mudah terjadi karena tidak ada saliva yang seharusnya membersihkan sisa-sisa makanan yang berkumpul di permukaan gigi. Menurut Roeslan (2002) bila jumlah aliran saliva menurun dapat meningkatkan frekuensi karies gigi dan peradangan kelenjar parotis. Aliran saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga sebagai pelumas aksi otot-otot lidah, bibir dan pipi. Aliran saliva mampu menurunkan atau meningkakkan akumulasi plak pada permuakaan gigi dan menaikkan tingkat pembersasihan karbohidrat pada rongga mulut (Anonim, 2008).
Dari tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa viskositas saliva paling banyak adalah  Berbusa atau bergelembung dengan kriteria moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%). Penulis berasumsi bahwa saliva kurang diproduksi oleh kelenjar ludah sehingga saliva berkurang atau jumlahnya menurun akan menyebabkan terjadinya rampan karies pada anak. Menurut Ilyas cit Dengkeng (2007) Saliva merupakan cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah sebagai buffer yang dapat menahan turunnya pH atau meningkatnya keasaman mulut, kondisi ini tergantung dari keadaan saliva apakah viskositas atau volumenya cukup untuk menjaga kestabilan sehingga email,dentin gigi tidak mengalami kelarutan. Menurut Anonim (2010) kekentalan diduga berpengaruh pada terjadinya karies, karena bila saliva banyak dan encer, karies relatif lebih jarang terjadi.
             Dari tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa pH saliva paling banyak adalah 6,0-6,6 dengan kriteria moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%). Menurut penulis Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH). pH ludah tergantung dari perbandingan antara asam dan konjungasi basanya yang bersangkutan ( Amerogen, 1992).
             Dari keasaman yang terlalu tinggi atau banyak menyebakan terjadinya pengikisan tehadap email gigi dan lama-lama akan terjadi rampan karies pada anak. tabel 1.6 di atas dapat dilihat bahwa kuantitas saliva paling banyak adalah < 3,5 ml dengan kriteria sangat rendah (merah) sebanyak 5 anak (63 %). Penulis berasumsi bahwa kuantitas saliva dipengaruhi oleh aksi pengunyahan, setalah dirangsang dengan permen karet kuantitasnya masih rendah maka itu disebabkan karena kurang dalam pengecapan. Menurut Dondy (2009) seseorang yang lemah dalam pengecapan bisa menghasilkan saliva yang tidak mencukupi guna proses pengunyahan yang memadai. Bau, rasa, penglihatan atau bahkan memikirkan makanan bisa merngsang pengeluaran saliva.
             Dari tabel 1.7 di atas dapat dilihat bahwa Kapasitas Buffer paling banyak adalah  6-9 point dengan kriteria Rendah (kuning) sebanyak 6 anak (75%). Penulis berasumsi bahwa kapasitas buffer yang sangat rendah berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti nasi yang mengandung karbohidrat. Makanan yang mengandung karbohidrat dapat menurunkan kapasits buffer sedangkan makanan yang mengandung protein seperti sayur-sayuran dapat meningkatkan kapasitas buffer. Buffer saliva larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap konstan, Jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan di mulut, berkurangnya buffer karena perubahan asam mulut, sehingga aktivitas mulut menjadi semakin asam (Ilyas cit Dengkeng, 2007).
             Penulis berasumsi, pemeriksaan dilakukan pada siang hari sesudah anak-anak makan siang, hal ini menyebabkan pH tinggi  pada saat seperempat jam setelah makan, tetapi biasanya dalam waktu 30-60 menit akan turun kembali. Diet kaya sayuran seperti bayam dan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan, protein sebagai sumber makanan, bakteri mebangkitkan pengeluaran zat-zat basa, seperti amoniak. Diet kaya karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer, menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri mulut (Amerogen, 1992).
             Dari hasil pemeriksaan saliva pada anak umur 4-6 tahun yang mederita rampan karies yang paling banyak dari 8 anak adalah anak laki-laki yaitu 5 orang, sedangkan perempuan yaitu 3 orang. Hal ini dikarenakan para orang tua lebih menjaga kebersihan mulut anak perempuan dari pada anak laki-laki. Menurut Melisa (2010) anak perempuan lebih rajin menggosok gigi, karena anak perempuan cenderung memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, sebab jika kebersihan gigi dan mulut terjaga maka kesehatan gigi lebih terpelihara.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis saliva pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa :
1.     Tingkat aliran saliva paling banyak adalah 30-60 detik dengan kriteria sedang (kuning). Ini disebabkan karena responden kurang mengkosumsi air sehingga menyebabkan kurangnya fungsi kelenjar ludah yang menghasilkan saliva.  
2.     Viskositas saliva paling banyak adalah berbusa atau bergelembung dengan kriteria moderat (kuning). Ini disebabkan karena saliva kurang diproduksi oleh kelenjar ludah sehingga saliva berkurang atau jumlahnya menurun dan kental sehingga menyebabkan terjadinya rampan karies.
3.     pH saliva paling banyak adalah 6,0-6,6 dengan kriteria moderat (kuning).  Ini disebabkan karena keasaman yang terlalu tinggi atau banyak menyebakan terjadinya pengikisan tehadap email gigi dan lama-lama akan terjadi rampan karies.
4.     Kuantitas saliva paling banyak adalah < 3,5 ml dengan kriteria sangat rendah (merah). Kuantitas saliva dipengaruhi oleh aksi pengunyahan, setalah dirangsang dengan permen karet kuantitasnya masih rendah maka itu disebabkan karena responden kurang dalam pengecapan
5.      Kapasitas Buffer paling banyak adalah  6-9 point dengan kriteria rendah (kuning). Kapasitas buffer yang sangat rendah berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti nasi yang mengandung karbohidrat. Makanan yang mengandung karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer sedangkan makanan yang mengandung protein seperti sayur-sayuran dapat meningkatkan kapasitas buffer.

B.   Saran
1.      Bagi Orang Tua
           Diharapkan kepada orang tua agar dapat memanfaatkan setiap informasi tentang kesehatan gigi dan mulut anak terutama mengenai makanan yang lengket dan berserat serta kebersihan gigi dan mulut, agar anak menjadi sehat dan terhindar dari penyakit gigi dan mulut sehingga tidak terganggu konsentrasi anak dalam beraktifitas dan tidak menghambat tumbuh kembang anak. 
2.     Bagi Petugas Kesehatan
           Diharapkan bagi petugas kesehatan di pusakesmas khususnya poli gigi agar meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, agar anak terbebas dari penyakit gigi dan mulut khusnya rampan karies pada usia 4-6 tahun.
3.     Bagi Peneliti Selanjutnya
                        Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih baik lagi dalam malakukan penelitian tentang analisis saliva pada anak umur 4-6 tahun, sehingga diperoleh hasil yang lebih maksimal.
4.     Bagi Anak
Diharapkan kepada anak agar dapat menjaga kesehatan gigi sejak dini dengan cara menyikat gigi minimal 2 kali sehari dan memeriksakan kesehatan gigi ke puskesmas atau rumah sakit setiap 6 bulan sekali.     
           
  
 DAFTAR PUSTAKA

Amerogen,V.N. 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti bagi Kesehatan Gigi. Gadjah Mada Unuversity Press, Yokyakarta.

Anonim, 2008, Derajad Keasaman Saliva. http ://respository.Usu. Ac.id/bitstream/123456789/16857/5/chapter% Pdf. diakses 20 juni 2012

________, 2010. Kelenjar Saliva. http: // Dentistry Molar. ://respository.Usu. Ac.id/bitstream/16252/8/chapter% Pdf di akses 20 juni 2012

Dengkeng. E. S. 2007, Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitsas Hasanuddin, Jakarta.

Depkes RI 2009, Undang- Udang Republik  Indonesia Tetang Kesehatan No 36

Dondy. 2009, Pengaruh Air Liur ( Saliva) Terhadap Rongga Mulut. http: drg. dondy.junal.com/2009/02/pengaruh-air-liur-saliva-terhadap.html diakses 14 November 2012

Edwina. A.M. 1991. Dasar-Dasar Karies dan Penyakit Gigi Serta Penanggulangannya. Buku Kedokteran. Jakarta.

Fatmasari, D.2009, Manajement Asuhan Klinik Kesehatan Gigi Poltekes Depkes. Semarang.

Ford. P, 1992, Restorasi Gigi.  Ed2, EGC, Jakarta.

Hamsafir. E, 2010, Perawatan Gigi Pada Anak . http: //www. Info Gigi. Com/ Kesehatan- Gigi- Perawatan Gigi- Pada- Anak. Html #more 118.diakses 25 juni 2012

Indomedia, 2001, Merwat Gigi Anak dan Balita. http//www.jurnal.Gigi-Anak. Html-page=105. diakses 10 juni 2012

Julica, M.P, 2009, Tugas Ikgp Perencanaan Promkes Siswa SMA. http;//Mawar Putri Julica.jurnal.com. diakses 25 juni 2012

Kainforlanta, 2007, Tahan Pemeriksaan Saliva. http: //www.jurnal.kesad.mil/ taxonomi/  term/21/07 page=5. diakses 25 juni 2012

Kemp. J, 2004, Gigi Si Kecil Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Gusi Anak. Erlangga. Jakarta 

Kidd.E.A.M. 2002, Manual Konservasi Restoratif. Widya medika, Jakarta

Mahafudo, 2008, Baby Bottle Syndrom. http:// rumahku sorgaku.jurnal.com diakses 19 juni 2012

Melisa. M. 2010. Permpuan dan Kebiasaan Menyikat gigi. http://archive.kaskus.us/ thread/5349363/. pdf diakses 12 November 2012

Notoadmodjo, S. 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Rineka Cipta, Jakarta

Pratiwi. D, 2007, Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari. Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Putri M. H. 2010, Ilmu Pencegahan Dan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC, Jakarta

Roeslan, B.O. 2002, Imunologi Oral Kelainan di dalam Rongga Mulut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Riskesdas, 2007, Prevalensi Karies Gigi di Indonesia. http://repository. usu.ac.id/bitstream /123456789/22592/5/Chapter%20I.pdf diakses 10 Oktober 2012.
Rohani, A. 2009, Rampan Karies. Bp Gigi Puskesmas Harpanggung Garut. http//anieroha.jurnal.co.id. diakses 10 Juni 2012

Rufaidah. 2009, Rampan Karies Pada Anak. http//klinik gigi keluarga.jurnal.com. diakses 10 Juni 2012

Suwelo, I,S. 1992, Karies Gigi anak dengan Pelbagai faktor Etiologi Kajian pada Anak. EGC, Jakarta.

Soeleman, 2009, Pevalensi karies Gigi pada Balita, http// repository. usu.ac.id/bitstream /123456789/23552/2/Chapter%20I.pdf diakses 10 Juni 2012.

Tarigan, R, 1995, Karies Gigi. Hipokrates, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar