BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
(Depkes RI, 2009).
Untuk mewujudkan kesehatan bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang mencakup beberapa aspek, yakni
kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari sakit dan cacat). Sedang peningkatan
kesehatan mencakup dua aspek, yakni preventif dan promotif. Kesehatan perlu ditingkatkan
karena kesehatan itu upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa
kesehatan seseorang, keluarga atau individu harus selalu diupayakan sampai
tingkat yang optimal (Notoatmodjo, 2003).
Kesehatan mulut merupakan hal yang dibutuhkan
untuk melengkapi kesehatan secara umum maupun keadaan sehat sempurna (Well
Being). Kesehatan oral yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan
status nutrisi, penampilan dan kualitas hidup. Penyakit mulut sebagian besar
dapat dicegah terutama yang berkaitan dengan jenis makanan (Julica, 2009).
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi
oleh kelenjar khusus dan disebarkan kedalam cavitas oral. Saliva dapat disebut
juga kelenjar ludah atau air liur (Julica, 2009). Di dalam mulut ada saliva
yang berkontak dengan gigi. Saliva berperan menjaga kelestarian gigi, saliva
merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Fungsi saliva sebagai pelicin,
pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jika saliva tidak ada atau
jumlahnya menurun drastis maka rampan karies akan terjadi dan jika saliva
berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal yang buruk antara lain
berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut, berkurangnya buffer kerena perubahan
asam mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam. Rongga mulut mempunyai
kadar pH normal berada diangka 7, bila nilai pH jatuh pada angka 5,5 bearti
keadannya sudah kritis (Anonim, 2008).
Rampan karies merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan sebagian besar atau semua dari gigi
susu/decindui atau gigi permanen yang mengalami kerusakan (karies) secara luas
dan berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008). Banyak orang tua yang berfikir
gigi susu kurang penting untuk dirawat karena akan digantikan oleh gigi tetap.
Namun gigi pertama ini berfungsi untuk membentuk rahang dan menyediakan tempat
untuk gigi tetap. Jika tidak dirawat gigi susu akan berlubang dan dapat
menyebabkan infeksi gusi dan mempengaruhi letak gigi permanen (Hamsafir, 2010).
Kerusakan gigi susu juga dipengaruhi
pertumbuhan gigi permanen si kecil. Data menunjukkan, 9 dari 10 anak balita menderita kerusakan gigi. Setiap anak
rata-rata menrita 7 lubang dari 20 giginya (Suwelo, 2008). Email gigi susu
lebih tipis dibandingkankan gigi tetap, karena itu tidak mengherankan gigi susu
sangat mudah mengalami karies. Adanya anggapan orang tua atau masyarakat awam
bahwa gigi dicedui yang rusak tidak menjadi masalah karena gigi tersebut akan
digantikan dengan gigi permanen akan semakin memperparah karies rampan pada
anak. Suatu hal yang perlu diingat bahwa fungsi gigi decidui adalah: untuk
membantu pengunyahan, untuk estetika, sebagai penuntun tumbuhnya gigi permanen
(Rufaidah, 2009).
Daerah gigi yang biasanya mengalami
kerusakan adalah gigi depan rahang atas. Gigi susu/decidui tersebut juga
merupakan gigi yang pertama kali muncul dalam rongga mulut akan mempunyai kemungkinan
waktu terpapar/berkontak paling lama dengan cairan yang berisikan gula.
Sedangkan gigi depan rahang bawah cenderung terlindungi oleh lidah saat anak
menghisap/minum dengan botol dot (Mahafudo, 2008).
Organisasi kesehatan
gigi dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies pada anak
masih sebesar 60-90%, penelitian Taverut menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi
pada anak berusia satu tahun sebesar 5%, anak usia dua tahun sebesar 10%, anak
usia tiga tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun sebesar 75%, dengan demikian
golongan umur usia dini merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi
(Soeleman, 2009).
Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman
karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%. Prevalensi
karies gigi aktif 46,5% dengan index rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8.
Index DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan awal pada 30 anak umur 4-6 tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan
Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012
ditemukan 17 anak yang mengalami rampan karies gigi, terlihat karies yang
meluas dibagian insisal rahang atas dan bawah pada anak, kurangnya pengetahuan
orang tua tentang memberi susu botol, kebiasaan ibu sering menidurkan anak
dengan memberi susu botol serta ibu jarang membersihkan permukaan gigi anak
setelah memberi susu botol. Menurut Jane Kamp (2004) Kurangnya pengetahuan
orang tua dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) sangat mempengaruhi terhadap kejadian rampan karies,
orang tua anak kurang mengetahui cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
mereka tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk memeriksa kesehatan gigi anaknya
ke puskesmas, anggapan orang tua bahwa gigi anak tidak perlu untuk dipelihara akan
digantikan dengan gigi tetap.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui Analisis
Saliva pada Anak Umur 4-6 Tahun yang Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Analisis Saliva Pada
Anak umur 4-6 Tahun yang Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
Menetahui tingkat hidrasi (aliran saliva) pada anak umur 4-6 tahun yang
menderita rampan karies di desa Lamsiteh kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
tahun 2012.
b.
Untuk
Menetahui tingkat kekentalan (viskositas) pada anak umur 4-6 tahun yang
menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
tahun 2012.
c.
Untuk
Menetahui saliva dengan istirahat dengan pH testip pada anak umur 4-6 tahun
yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
tahun 2012. .
d.
Untuk
Menetahui jumlah atau banyaknya saliva (kuantitas) pada anak umur 4-6 tahun
yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
tahun 2012.
e.
Untuk
Menetahui kualitas efektivitas saliva dengan buffer pada anak umur 4-6 tahun
yang menderita rampan karies di desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
tahun 2012.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.
Dapat menjadi panduan
dalam melakukan penelitian ataupun riset lebih lanjut dalam perkembangan ilmu
agar terwujudnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
b.
Dapat menjadi informasi
ilmiah yang berguna dalam kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada
masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a.
Menambah wawasan dan
pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat.
b.
Menjadi pedoman bagi
pengambil kebijakan pihak lain dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi
dan mulut anak di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
BAB
II

A.
Rampan Karies
1.
Pengetian
Rampan Karies
Karies rampan adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan terjadinya kerusakan yang sangat cepat pada
beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang biasanya relatif bebas
karies, terutama terdapat pada gigi sulung yang terus menerusmenghisap botol
yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu kedalam larutan gula (kidd,
2000).
Rampan karies merupakan
karies yang timbul secara tiba-tiba atau mendadak. Proses karies sangat cepat,
menyebar luas bahkan dapat menyebabkan terkena pulpa dan mengenai semua
permukaan gigi (Tarigan, 1995).
2.
Faktor
Penyebab Terjadinya Rampan Karies
Penyebab utama rampan
karies adalah bakteri streptococcus mutans (s.mutans) dan lactobacillus.
Bakteri s.mutans akan mengurangi sisa makanan yang tertinggal di permukaan
gigi, hasil sampingnya adalah asam. Asam ini akan melarutkanemail gigi dan
selanjutnya akan merusak dentin yang berada di bawah lapisan email. Pada tingkat
kerusakan yang lebih lanjut, lactobacillus
mulai berperan. Sisa makanan yang paling mudah di uraikan menjadi asam adalah
karbohidrat, contohnya ; nasi dan gula- gula (permen). Jika makanana ini
lengket pada sela gigi ataupun pada permukaan gigi yang tidak segera
dibersihkan, maka dalam waktu yang amat singkat gula diuraikan menjadi asam.
Asam itulah yang melarutkan email yaitu lapisan paling keras gigi, karies
rampan bisa juga terlihat pada gigi permanen anak usia belasan tahun dan
biasanya disebabkan oleh terlalu mengkonsumsi kudapan kariogenik dan minuman
manis diantara waktu makannya (Kidd, 2000).
Faktor
terjadinya rampan karies :
a.
Konsumsi gula
b.
Berkurangnya saliva
c.
Adanya steptococus
mutans
d.
Perubahan fisiologis
dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan Oral Hygine yang buruk
e.
Gangguan emoso
f.
Faktor herediter (Rohani,
2009).
3.
Proses
Terjadinya Karies
Karies gigi terjadinya
dari karbohidrat (zat gula/sukrosa) dan sisa makanan pada plak dirubah oleh kuman menjadi asam,
kemudian asam inilah yang akan
melarutkan zat kapur pada lapisan luar gigi maka akan mengakibatkan gigi
berlubang (Ford, 1992).
Proses karies dapat di
gambarkan secara singkat sebagai berikut :


Jika proses karies gigi
diteliti secara lebih cermat maka akan tumbuh pengertian tentang diet, hygiene
oral, juga pengetahuan mengapa tempat-tempat tertentu pada gigi tergantung
umurnya mudah terkena karies. Plak dan bakteri sangat berperan, tetapi dietlah
yang paling berperan sebagai faktor penyebab karies. Perubahan diet merupakan
faktor utama bagi peningkatan
prevalensi karies gigi (Ford, 1992).
4.
Pencegahan
Rampan Karies
a. Rajin
membersihkan gigi anak setiap hari, memulai menyikat gigi saat gigi anak mulai
tumbuh. Menggunakan kain kassa/ kapas basah untuk membersihkan gig,gusi dan
lidah.
b. Jangan
membiarkan anak sering terlina dalam menikmati makanan/minuman terutama jus,
susu, dan formula.
c. Sebelum
anak tertidur usahakan susu botol dilepas.
d. Setelah
meminum air susu berikan miniman air putih pada anak
e. Perkenalan
dan ajarkan pada anak minum dengan cup, gelas saat muulai menginjak usia 2
tahun.
f. Menggunakan
sedikit bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada makanan atau minuman
anak.
g. Melakukan
pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi (Mahafudo, 2008).
5.
Perawatan
Rampan Karies
Dalam
perawatan gigi anak, harus dilakukan perencanaan yang lebih baik dan tepat
sehinnga anak mendapat perawatan seoptimal mungkin. Prinsip perawatan gigi anak
harus sederhana dan sesingkat mungkin tanpa mengurangi prinsip perawatan ideal.
Perawatan gigi anak harus disesuaikan dengan keadaan anak, juga harus
disesuikan dengan rencana perawatan masing-masing gigi, kemampuan operator dan
kemampuan penderita (Suwelo,1992).
Perawatan
untuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan gigi (pedodonti) dengan melakukan
foto rootgen untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi dan mengikuti
perawatan pedodonti yang dianjurkan. Untuk gangguan rahang (orthodonti)
dilakukan perawatan dengan pemasangan behel atau brecket sesuai dengan keadaan
giginya dan memilih alat orthodonti yang aman dan nyaman bagi anak-anak (Indomedia,
2001).
B.
Saliva
1.
Pengertian
Saliva
Saliva
adalah cairan kompleks yang diprodukksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke
dalam kavitas oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air
liur. Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan
kiri serta di bawah telinga sebalah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah
menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis
yang membayangkan makanan tertentu serta reflek karena adanya makanan yang
masuk kedalam mulut. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase ludah (Julica,2009).
2.
Komponen
Saliva
Komponen dari saliva meliputi
komponen orrganik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung
rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva menyusun utamanya adalah
air.
a.
Komponen anorganik
terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida dan bikarbonat
(sebagai anion).
b.
Komponen organik pada
saliva meliputi protein yang berupa enzim amylase, maltase, serum albumin, asam
urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat dan
beberapa hormon setara testosteron dan kortisol.
Selain
itu, saliva juga mengandung gas CO², O² dan N². Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan Ig6 dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32mg%
(Julica, 2009).
3.
Fungsi
Saliva
Saliva
yang merupakan cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah sebagai buffer
yang dapat menahan turunnya pH atau meningkatnya keasaaman mulut. Kondisi ini
tergantung dari keasaman mulut. Kondisi ini tegantung dari keadaan saliva
apakah likositas atau volumenya cukup untuk menjaga kestabilan sehingga email,
sementum atau dentingigi tidak mengalami kelarutan (ilyas cit Dangkeng, 2007).
Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu:
1)
Melicinkan dan
membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan.
2)
Membasahi dan
melembutkan makanan dan menjadi bahan setengah cair sehingga mudah ditelan dan
dirasakan.
3)
Membersihkan rongga
mulut dari sisa makanan dan kuman.
4)
Mempunyai aktivitas antibacterial
dan sistem buffer
5)
Membantu proses
pencernaan melalui aktiva enzim ptyalin(amylase ludah) dan lipase ludah.
6)
Berpartisipasi dalam
proses pembekuan dan menyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah
dan epidermal growth vector pada saliva
7)
jumlah sekresi air
ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh
8)
membantu dalam
berbicara, pelumasan pada pipi dan ludah (Julica, 2009).
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Kelenjar
saliva dapat dirangsang dengan cara-cara berikut;
1)
Mekanis, misalnya
mengunyah makan keras ataupun permen karet.
2)
Kimiawi, oleh
rangasagan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas.
3)
Neurosal, melalui
system saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis.
4)
Psikis, stess
menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulus.
5)
Rangsangan rasa sakit,
misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian potesa yang dapat menstimulasi
sekresi (Julicaa, 2009).
5.
Derajat
Keasaman Saliva
Derajat asam suatu larutan dinyatakan
dengan PH ini adalah logaritma negatif konsentrasi H+ : -log (H+) yang pada 25°
( untuk suatu larutan netral sama dengan > ). Suatu larutan adalah basis
pada pH > 7. Susunan kuantitatif dan kualitati pada elektrolit didalam
saliva menentukan pH dan kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan
perubahan pH). pH ludah tergantung dari perbandingan antara asam dan konjungasi
basanya yang bersangkutan derajat asam dan kapasitas buffer terutama dianggap
terutama oleh susunan bikarbonat, yang naik dengan kecepatan sekresi. PH dan
kapasitas buffer ludah juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Amerogen,
1992).
Apabila PH dalam mulut di atas 5,5
melalui aksi buffer dari saliva maka proses supersaturasi ion Ca+². Pada
situasi ini jaringan keras gigi dapat menarik ion atau elemen- elemen yang
dikenal sebagai proses remeneralisasi. Sebaiknya jika pH mulut di bawah titik
kritis (pH < 5,5) maka akan terjadi subtaturasi ion Ca+² dan PO4³ yang
menyebabkan kelarutan mineral email gigi kelingkungan dan mulut yang disebut
demineralisai. Idealnya PH saliva berkisar dari 5,5 sampai 5,6. PH 5,5 secara
umum dianggap sebagai nilai batas dengan menghasilkan peningkatan laju
demeneralisasi email (Ilyas cit
Dengkeng, 2007).
Derajat kaasaman
saliva (pH) saliva sagatlah dipengaruhi oleh irama urkandian, diet dan
stimulasi sekresi saliva. Diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan
turunnya pH saliva yang Mempercepat terjadinya demeneralisasi enamail gigi.
Sepuluh menit setelah makan karbohidrat akan mnghasilkan asam melalui proses
glikolisis dan pH saliva akan menurun sampai mencapi PH kritis 5,5-5,6 dan
untuk kembali normal dibutuhkan waktu 30-60 menit (Anonim, 2008).
pH dan kapasitas
buffer saliva selalu dipengaruhi perubahan- perubahan disebabkan oleh:
a.
Irama
siang dan malam, Bahwa pH dan kapasitas buffer:
1)
Tinggi,
segera setelah bangun (keaadaan istirahat), tetapi kemudian cepat turun.
2)
Tinggi,
seperempat jam setelah makan (stimulali mekanik), tetapi biasanya dalam waktu
30-60 menit turun lagi.
3)
Agak
naik Sampai malam, tetapi setelah itu turun.
b.
Diet,
juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva, diet kaya karbohidrat misalnya
meurunkan kapasitas buffer, menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri- bakteri
mulut, sedangkan diet kaya sayuran, yaitu bayam, dan diet kaya protein
mempunyai efek menaikkan, protein sebagai sumber makanan bakteri, membangkitkan pengeluaran zat basa,
seperti amoniak.
c.
Perangsangan
kecepatan sekresi (Amerogen, 1992).
6.
Pemeriksaan Saliva
Pemeriksaan saliva
terdiri dari 5 tahap:
a.
Tahap
1. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat hidrasi(aliran saliva).
b.
Tahap
2. Pemeriksaan dengan visual, melihat tingkat kekentalan.
c.
Tahap
3. Pemeriksaan saliva dengan istirahat dengan pH testip.
d.
Tahap
4. Pemeriksaan produksi saliva dengan stimulasi untuk mengetahui jumlah
/banyaknya.
e.
Tahap
5. Pemeriksaan produksi saliva testimulasi dengan buffer test stip, untuk
mengetahui kualitas efektivitas saliva menetralisir asam dalam rongga mulut
(kainfolanta, 2008).
Pemeriksaan saliva terdiri dari 5 tahap:
Tahap 1: Pemeriksaan dengan visual
Pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. cara pemeriksaannya
adalah:
Menarik bibir
bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kasa secara hati- hati, mukosa
diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang
keluar dari muara glandula minor, bila waktu keluarnya lebih dari 60 detik,
maka arus saliva dibawah nomal.
Kondifikasi:



Tahap 2 :
pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual
untuk mengetahui viskositas saliva. Cara pemriksaannya adalah mengamati secara
visual viskositas tanpa stimulasi. Jika jernih, konsistensi seperti air berarti
sehat. Bila tampak menyerabut, berbusa atau bergelembung atau sangat lengket,
ini brarti bahwa kandungan air rendah disebabkan produksi saliva rendah.
Kondifikasi :



Tahap 3 :
pemeriksaan pH saliva istirahat dengan test trip
Cara pemeriksaannya
adalah pasien meludah kedalam cawan selanjutnya memasukkan pH trip kedalam
cawan yang berisi saliva selama 10 detik kemudian melihat perubahan warna dari
strip lalu membandingkan gambaran standar.
Kondifikasi :



Tahap 4 : pemeriksaan saliva terstimulasi
Cara pemeriksaannya adalah :
Pasien mengunyah
sepotong wax, setelah 30 detik pasien meluda dalam cawan, dan pasien
melanjutkan mengunyah slama 5 menit. kemudian pasien meludah lagi kedalam
cawan, selanjutnya melihat dengan memeriksa jumlah saliva.
Kondifikasi :



Tahap 5 : kapasitas
buffer
Pemeriksaan
mengindikasikan efektifivitas saliva untuk menetralisasi asam di dalam mulut,
yang berasal dari makana, plak gigi.
Cara pemeriksaannya
adalah:
Saliva disedot
dari cawan pengumul saliva menggunakan pipet secukupnya, lalu diteteskan satu
tetes pada setiap pad (satu trip ada 3 pad). Selanjutnya memerengkan test trip
90° agar saliva tersedot tisu absorben, hal ini untuk mencegah kelebihan saliva
sehingga mempengaruhi ketetapan pemeriksaan. pemeriksaan dilakukan segera
setelah 5 menit terjadi perubahan warna.
Hasil pemeriksaan setelah
5 menit

Hijau 4
Hijau / biru 3
Biru 2
Biru /merah 1
Merah 0
Kondifikasi :
Hasil dari
penjumlahan dari 3 pads

0-5 sangat
rendah merah
6-9 rendah kuning
10-12 normal
hijau
(Fatmasari, 2009).
7.
Saliva Pada Rampan Karies
Saliva merupakan
sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan pentinguntuk melindungi
perjalanan pada permukaan gigi. Saliva melindungi gigi dengan menetalisir
perubahan asam dalam mulut yang terjadi misalnya sesaat sesudah mengkomsumsi
makanan asam, menyebakan kalsium, fosfat dan fluoride pad permukaan gigi serta
membersihkan makanan dan bakteri dalam mulut setelah makan. Jika saliva
berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara lain berkurangnya
aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut, hingga aktivitas
mulut menjadi semakin asam selanjutnya akan memicu menjadi perubahan Stuktut gigi
karena karies. Rongga mulut mmpunyai kadar pH normal berada di angka 7, bila
nilai pH jatuh pada angka 5,5 berarti kaedaannya sudh kritis (Anonim, 2008).
Adanya bakteri akan
dapat membuat sisa makanan di gigi/selaput atau ronnga mulut terfermentasi sperti
hal ragi, sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi
rapuh. Mula-mula secara mikroorganisme dan dengan berjalannya waktu gigi akan
berlubang secarakasat mata. Hindari makan makanan yang terlalu banyak
mengandung zat kimia, seperti makanan yang banyak zat pengawet, zat pewarna
tambahan, zat penambahan rasa, atau makanan yang terlalu manis/lengket/asam,
maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab keasaman yang
terlalu terus menerus, air ludah tidak dapat menyangka kadar keasamannya supaya
pHnya naik kembali. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang membuat gigi
berlubang (Anonim, 2010).
Pembentukan kelejar
ludah dimulai pada awal kehidupan (4-12
minggu) sebagai invaginasi epitel mulu yang akan berdiferensiasi kedalam
duktus dan jaringan rongga mulut. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal
0,1-0,01mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah
pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/ menit. Sedangkan apabila
distimulasi banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/ menit. Menurunnya pH air
ludah (kapasitasdapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan
adanya resiko terjadinya karies tinggi (Anonim, 2010).
Rampah karies
karena ketidak seimbagan mineralisasi dalm waktu lama didalam rongga mulut
diakibatkan peningkatan komsumsi
karbohidarat atau berkurangnya fluride. Rampan karies juga dapat terjadi
karena zat asam erosiv. Konsentrasi asam
yang tinggi dapat menyebabkan
demeneralisasi dan menyebabkan karies (Rohani, 2009).
8.
Pengaruh Susu Botol Terhadap Rampan Karies
Rampan karies yang
spesifik adalah babby bottle caries pada anak-anak yang berhubungan dengan
riwayat anak misalnya tertidur dengan botol susu masih didalam rongga mulutyang
berisi sirup/juice (mengandung gula), mamakai dot kosong yang dicelupkan
kedalam madu, sirup atau gula. Frekuensi makanan karbohidrat yang tinggi pada
anak dengan kebiasaan tidur minum susu botol merupakan penyebab utama dari
penularan bakteri kariogenik pada anak dan peningkatan metabolisme dari bakteri.
Pada waktu tidur kondisi dalam mulut cenderung asam dan bercampur dengan sisa
susu dan akan menghasilkan asam. Asam inilah yang akan menyebabkan rusaknya enamel gigi. Karena air susu
tergenang dari seluruh permukaan gigi maka kerusakan gigi juga akan menyeluruh dipermukaan gigi (Rohani,
2009).
C. Tumbuh Kembang Gigi Anak
1.
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Anak
Proses tumbuh
kembang gigi anak sebetulnya sudah berlangsung sjak masih dalam kandungan ibu.
Benih gigi susu ini dibentuk kurang lebih 10 minggu kehamilan calon ibu. Tak
heran, kesehatan umum seorang ibu hamil turut pula mempengaruhi perkembangan
gigi-gigi sikecil. Umumnya bayi mulai tumbuh gigi di usia 6-12 bulan, dan
sempurnanya sampai usia 24 bulan. Dan terus melengkapi hingga berjumlah 20
sampai usia 3 tahun (Haryanto, 2008).
Gigi tumbuh dari
epitel tulang. Mula-mula yang tumbuh adalah mahkota yang berwarna putih dengan
lapisan luar emailnya, lalu kebawah ada dentin, kebawahnya lagi ialah benak
gigi (pulpa) yang mnjadi tempat syaraf dan pembuluh darah, dan yang paling
akhir ialah akar gigi (Suwelo, 2008).
Ada dua macam gigi,
yaitu gigi anak atau gigi susu dan gigi dewasa atau gigi tetap/ permanen erupsi
atau keluarnya gigi susu ptama terjadi diusia 6-8 bulan. Secara berangsur-angsur
pula gigi susu-susu ini akan tanggal mulai usia 5-6 tahun dan berakhir sampai
12-13 tahun. Dalam dunia kedokteran, periode ini disebut periode geligi
bercampur (Haryanto, 2008).
2.
Tahap Pertumbuhan Gigi
Erupsi pertama
gigi terjadi pada usia 6-8 bulan, umumnya diawali dengan keluarnya gigi seri
tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral
atas, gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham
susu ke dua. Tapii erupsinya tak sekaligus, melainkan satu persatu dan kadang
ada juga yang sepasang-sepasang. Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai
6-8 gigi susu tapi kadang ada juga yang hanya dua gigi walaupun tanpa disertai
keluhan pertumbuhannya) dan akan menjadi lengkap berjumlah 20 gigi susu (4 gigi
seri atas-bawah, dua gigi taring kanan-kiri dari atas-bawah dan empat graham
kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan/dua tahun (Suwelo, 2008).
Tabel 1.Periode Pertumbuhan Gigi
Gigi
|
Waktu Erupsi
|
Gigi Rahang Atas
·
Gigi seri pertama
·
Gigi seri ke dua
·
Gigi taring
·
Gigi geraham
·
Gigi geraham pertama
·
Gigi geraham ke dua
|
7,5
18
9
18
14
24
|
Gigi rahang Bawah
·
Gigi seri pertama
·
Gigi seri ke dua
·
Gigi taring
·
Gigi geraham
·
Gigi geraham pertama
·
Gigi geraham ke dua
|
6
7
16
12
19
20
|
Sumber : Pratiwi, 2007
C. Perencanaan Penanggulangan Kasus
Setelah mengetahui permasalahan
diatas terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya
rampan karies, sehingga derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat dapat
meningkat antara lain:
1. Promotif
Penyuluhan yang efektif akan berpengaruh positif dan akan
berinteraksi terhadap kesehatan gigi. Penyuluhan bermaksud untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kesadaran dan merubah prilaku dari arah yang salah menjadi
benar, serta menumbuhkan kemandirian anak-anak dalam memelihara ksehatan gigi
dan mulut. Penyuluhan yang diberikan meliputi:
a.
Pendidikan kesehatan
gigi
b.
penyuluhan tentang
rampan kaies
c.
Penyuluhan cara, waktui
dan frekuensi menyikat gigi
d.
Pembagian brosur
kesehatan
2.
Preventif
a. Interpretensi terhadap
hasil test analisa saliva
1.
Konsumsi suplement
(produk antifisial)
-
Pemberian
suplement CPP- ACP ( Casein Phosphore
Peptide - Amorphous Calcium
Phosphat).
- Fluor
- Chlorhexidine
2. Merubah
Gaya hidup
- Menambah kosumsi air
- Mengurangi
asam dan fermentabel Carbohidrate
3. Memacu produksi saliva
- Stimulasi pengunyahan (
permen karet tanpa gula/ makanan berserat).
-
Stimulasi
rasa (taste)
4. Merubah kondisi mulut
hygiene mulut
- Menambah
frekuensi membersihkan gigi
-
Memperbaiki
kualitas pembersihan gigi ( sikat gigi yang benar / flossing).
5. Proteksi
eksternal prioritas tinggi
- Surface protection
dengan Glass ionomer
6. Bahan
untuk kenyamanan
- Pembasah mukosa atau
saliva antifisial
b. Kegiatan untuk mencegah
agar tidak terjadinya rampan karies, kegiatan yang dilakukan meliputi:
1)
Menambahkan kebiasaan
menyikat gigi 2 kali sehari.
2)
Memberikan air putih
setelah anak minum susu.
3)
Menggunakan dental
flossing untuk membersihkan gigi.
4)
Memberikan sedikit gula
atau tidak sama sekali pada minuman atau makanan anak.
5)
Memperkuat email gigi
dengan memberikan larutan fluor.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian bersifat studi
kasus, yaitu menggali dan mengkaji Analisis Saliva pada Anak Umur 4-6 Tahun yang
Menderita Rampan Karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa
Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
13-14 November tahun 2012.
C. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini
adalah Anak usia 4-6 tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan
Darul Imarah Aceh Besar yang
mengalami rampan karies. Pemilihan responden
penelitian dilakukan dengan tehnik purposive sampling yang berjumlah 8 anak.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kartu
pemeriksaan saliva, alat pemeriksaan saliva (saliva chek buffer) serta kaca mulut, pinset dan nier beken.
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data diperoleh langsung dengan
melakukan pemeriksaan saliva pada anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies di
Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.
2. Data Sekuder
Data skunder berupa data yang akan diperoleh
dari buku data penduduk di Desa Lamsiteh
Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.
F.
Pengolahan Data
dan Analisa Data
1. Pengolahan
data
a. Editing
yaitu melakukan
pengecekan terhadap hasil pemeriksaan
saliva.
b. Coding
yaitu melakukan
pengkodean data dengan angka atau kode tertentu pada setiap pemeriksaan saliva.
c. Tabulating
yaitu data yang telah dikumpulkan
dan ditabulasi dalam tabel distribusi
frekuensi.
2
Analisa
Data
Kumpulan
data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisa untuk mendapatkan
gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian
dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau dengan menghitung
persentase dalam setiap variabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
1. Data Umum
a. Data Geografi
Desa
Lamsiteh berada di Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, Desa Lamsiteh ini
memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Ø
Sebelah utara
berbatasan dengan Desa Lheu Blang
Ø
Sebelah barat
berbatasan dengan Desa Lamkawe
Ø
Sebelah timur
berbatasan dengan Desa Lamsayun
Ø
Sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Lambleut
b.
Data Demografi
Luas
wilayah Desa Lamsiteh yaitu ± 100 Ha. Desa Lamsiteh sendiri memiliki 3 dusun
yaitu dusun cot bagarot, dusun cik diulim, dan dusun cik dipirak dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 yaitu berjumlah
418 jiwa. Perempuan berjumlah 217 orang dan
laki-laki bejumlah 201 orang dengan jumlah KK 98. Sedangkan jumlah keseluruhan
anak umur 4-6 tahun yang menderita rampan karies berjumlah 17 anak.
c.
Data
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan
jenis kelamin di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat
pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel
1.1
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah
Aceh Besar
Tahun
2012
No
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Perempuan
|
2
|
25%
|
2
|
Laki-laki
|
6
|
75%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa jenis
kelamin paling banyak adalah laki-laki sebanyak 6 anak (75%).
2. Data Khusus
1. Aliran
Saliva
Berdasarkan
aliran saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat
pada tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Aliran saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah
Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Hidrasi
Saliva
|
Kriteria
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
>
60 detik
|
Rendah
(merah)
|
3
|
37%
|
2
|
30-60
detik
|
Sedang
(kuning)
|
5
|
63%
|
3
|
<
60 detik
|
Normal
(hijau)
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa aliran saliva paling banyak adalah 30-60
detik dengan kriteria sedang (kuning) sebanyak 5 anak (63%).
2. Viskositas
Saliva
Berdasarkan
viskositas saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat
dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini:
Tabel 1.4
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Viskositas Saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah
Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Viskositas
Saliva
|
Kriteria
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
Sangat lengket/ berbusa
|
Kental (merah)
|
3
|
37%
|
2
|
Berbusa/ bergelembung
|
Moderat(kuning)
|
4
|
50%
|
3
|
Seperti air/ jernih
|
Normal(hijau)
|
1
|
13%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan tabel 1.4
di atas dapat dilihat bahwa aliran saliva paling banyak adalah Berbusa atau bergelembung dengan kriteria
moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%).
3. pH
Saliva
Berdasarkan pH
saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada
tabel 1.5 di bawah ini:
Tabel 1.5
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan pH Saliva di Desa
Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
pH
saliva
|
Kriteria
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
5,0-5,8
|
Tinggi (merah)
|
3
|
37%
|
2
|
6,0-6,6
|
Moderat (kuning)
|
4
|
50%
|
3
|
6,8-7,6
|
Sehat (hijau)
|
1
|
13%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa pH saliva paling banyak adalah 6,0-6,6
dengan kriteria moderat (kuning)sebanyak 4 anak (50%).
4. Kuantitas
Saliva
Berdasarkan kuantitas
saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada
tabel 1.6 di bawah ini:
Tabel 1.6
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan kuantitas Saliva di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah
Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Kuantitas
Saliva
|
Kriteria
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
<
3,5 ml
|
S.Rendah (merah)
|
5
|
63%
|
2
|
3,5-5,0
ml
|
Rendah (kuning)
|
2
|
25%
|
3
|
>
5,0 ml
|
Normal (hijau)
|
1
|
13%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 1.6 di atas dapat dilihat bahwa kuantitas saliva paling banyak adalah
<3,5ml dengan kriteria sangat rendah (merah) sebanyak 5 anak (63%).
5. Kapasitas
Buffer
Berdasarkan kapasitas buffer di
Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 1.7
berikut :
Tabel
1.7
Distribusi
Frekuensi Sampel (8 Anak) Bedasarkan Kapasitas
Buffer
di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah
Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Kapasitas
Buffer Saliva
|
Kriteria
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
0-5
point
|
S. Rendah (merah)
|
2
|
25%
|
2
|
6-9
point
|
Rendah (kuning)
|
6
|
75%
|
3
|
10-12
point
|
Normal (hijau)
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
8
|
100%
|
Berdasarkan tabel 1.7
di atas dapat dilihat bahwa kapasitas buffer paling banyak adalah 6-9 point dengan kriteria rendah (kuning) sebanyak
6 anak (75%).
B. Pembahasan
Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan penulis tentang analisis saliva pada anak umur 4-6
tahun di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2012. Peneliti
mengunakan kartu pemeriksaan saliva, alat pemeriksaan saliva (saliva chek Buffer) serta kaca mulut,
pinset dan nier beken. Pengambilan pada 8 anak dengan teknik purposive
sampling.
Dari tabel 1.3
didapatkan aliran saliva yang paling banyak adalah 30-60 detik dengan kriteria
sedang (kuning) sebanyak 5 anak (63%). Penulis berasumsi bahwa aliran saliva
yang kurang disebabkan karena kurangnya fungsi kelenjar ludah yang menghasilkan
saliva. Aliran saliva dapat membersihkan sisa-sisa makanan dari rongga mulut
dan membawanya ke kerongkongan untuk di telan, saat kondisi mulut kering,
karies lebih mudah terjadi karena tidak ada saliva yang seharusnya membersihkan
sisa-sisa makanan yang berkumpul di permukaan gigi. Menurut Roeslan (2002) bila
jumlah aliran saliva menurun dapat meningkatkan frekuensi karies gigi dan
peradangan kelenjar parotis. Aliran saliva sangat berperan dalam membersihkan
rongga sebagai pelumas aksi otot-otot lidah, bibir dan pipi. Aliran saliva mampu menurunkan atau
meningkakkan akumulasi plak pada permuakaan gigi dan menaikkan tingkat
pembersasihan karbohidrat pada rongga mulut (Anonim, 2008).
Dari tabel 1.4
di atas dapat dilihat bahwa viskositas saliva paling banyak adalah Berbusa atau bergelembung dengan kriteria
moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%). Penulis berasumsi bahwa saliva kurang
diproduksi oleh kelenjar ludah sehingga saliva berkurang atau jumlahnya menurun
akan menyebabkan terjadinya rampan karies pada anak. Menurut Ilyas cit Dengkeng (2007) Saliva merupakan
cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah sebagai buffer yang dapat
menahan turunnya pH atau meningkatnya keasaman mulut, kondisi ini tergantung
dari keadaan saliva apakah viskositas atau volumenya cukup untuk menjaga
kestabilan sehingga email,dentin gigi tidak mengalami kelarutan. Menurut Anonim
(2010) kekentalan diduga berpengaruh pada terjadinya karies, karena bila saliva
banyak dan encer, karies relatif lebih jarang terjadi.
Dari
tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa pH saliva paling banyak adalah 6,0-6,6
dengan kriteria moderat (kuning) sebanyak 4 anak (50%). Menurut penulis Susunan
kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan
kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH). pH ludah
tergantung dari perbandingan antara asam dan konjungasi basanya yang bersangkutan
( Amerogen, 1992).
Dari
keasaman yang terlalu tinggi atau banyak menyebakan terjadinya pengikisan
tehadap email gigi dan lama-lama akan terjadi rampan karies pada anak. tabel
1.6 di atas dapat dilihat bahwa kuantitas saliva paling banyak adalah < 3,5
ml dengan kriteria sangat rendah (merah) sebanyak 5 anak (63 %). Penulis
berasumsi bahwa kuantitas saliva dipengaruhi oleh aksi pengunyahan, setalah
dirangsang dengan permen karet kuantitasnya masih rendah maka itu disebabkan
karena kurang dalam pengecapan. Menurut Dondy (2009) seseorang yang lemah dalam
pengecapan bisa menghasilkan saliva yang tidak mencukupi guna proses
pengunyahan yang memadai. Bau, rasa, penglihatan atau bahkan memikirkan makanan
bisa merngsang pengeluaran saliva.
Dari tabel 1.7 di atas dapat dilihat bahwa Kapasitas Buffer
paling banyak adalah 6-9 point dengan
kriteria Rendah (kuning) sebanyak 6 anak (75%). Penulis berasumsi bahwa
kapasitas buffer yang sangat rendah berasal dari makanan yang dikonsumsi
seperti nasi yang mengandung karbohidrat. Makanan yang mengandung karbohidrat
dapat menurunkan kapasits buffer sedangkan makanan yang mengandung protein
seperti sayur-sayuran dapat meningkatkan kapasitas buffer. Buffer saliva
larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap konstan, Jika saliva
berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara lain berkurangnya
aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan di mulut, berkurangnya buffer
karena perubahan asam mulut, sehingga aktivitas mulut menjadi semakin asam
(Ilyas cit Dengkeng, 2007).
Penulis berasumsi, pemeriksaan dilakukan pada siang hari
sesudah anak-anak makan siang, hal ini menyebabkan pH tinggi pada saat seperempat jam setelah makan,
tetapi biasanya dalam waktu 30-60 menit akan turun kembali. Diet kaya sayuran
seperti bayam dan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan, protein sebagai
sumber makanan, bakteri mebangkitkan pengeluaran zat-zat basa, seperti amoniak.
Diet kaya karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer, menaikkan metabolisme
produksi asam oleh bakteri mulut (Amerogen, 1992).
Dari
hasil pemeriksaan saliva pada anak umur 4-6 tahun yang mederita rampan karies
yang paling banyak dari 8 anak adalah anak laki-laki yaitu 5 orang, sedangkan
perempuan yaitu 3 orang. Hal ini dikarenakan para orang tua lebih menjaga
kebersihan mulut anak perempuan dari pada anak laki-laki. Menurut Melisa (2010)
anak perempuan lebih rajin menggosok gigi, karena anak perempuan cenderung
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, sebab jika kebersihan gigi dan mulut terjaga
maka kesehatan gigi lebih terpelihara.

KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis saliva pada anak umur 4-6 tahun
yang menderita rampan karies di Desa Lamsiteh Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa :
1.
Tingkat aliran saliva paling
banyak adalah 30-60 detik dengan kriteria sedang (kuning). Ini disebabkan
karena responden kurang mengkosumsi air sehingga menyebabkan kurangnya fungsi
kelenjar ludah yang menghasilkan saliva.
2.
Viskositas saliva
paling banyak adalah berbusa atau bergelembung dengan kriteria moderat
(kuning). Ini disebabkan karena saliva kurang diproduksi oleh kelenjar ludah
sehingga saliva berkurang atau jumlahnya menurun dan kental sehingga
menyebabkan terjadinya rampan karies.
3.
pH saliva paling banyak
adalah 6,0-6,6 dengan kriteria moderat (kuning). Ini disebabkan karena keasaman yang terlalu
tinggi atau banyak menyebakan terjadinya pengikisan tehadap email gigi dan
lama-lama akan terjadi rampan karies.
4.
Kuantitas saliva paling
banyak adalah < 3,5 ml dengan kriteria sangat rendah (merah). Kuantitas
saliva dipengaruhi oleh aksi pengunyahan, setalah dirangsang dengan permen
karet kuantitasnya masih rendah maka itu disebabkan karena responden kurang
dalam pengecapan
5.
Kapasitas Buffer paling banyak adalah 6-9 point dengan kriteria rendah (kuning). Kapasitas
buffer yang sangat rendah berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti nasi
yang mengandung karbohidrat. Makanan yang mengandung karbohidrat dapat
menurunkan kapasitas buffer sedangkan makanan yang mengandung protein seperti
sayur-sayuran dapat meningkatkan kapasitas buffer.
B. Saran
1.
Bagi Orang Tua
Diharapkan
kepada orang tua agar dapat memanfaatkan setiap informasi tentang kesehatan
gigi dan mulut anak terutama mengenai makanan yang lengket dan berserat serta
kebersihan gigi dan mulut, agar anak menjadi sehat dan terhindar dari penyakit
gigi dan mulut sehingga
tidak terganggu konsentrasi anak dalam beraktifitas dan tidak menghambat tumbuh
kembang anak.
2.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
bagi petugas kesehatan di pusakesmas khususnya poli gigi agar meningkatkan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, agar anak
terbebas dari penyakit gigi dan mulut khusnya rampan karies pada usia 4-6
tahun.
3.
Bagi Peneliti
Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya agar lebih baik lagi dalam malakukan penelitian tentang analisis
saliva pada anak umur 4-6 tahun, sehingga diperoleh hasil yang lebih maksimal.
4.
Bagi Anak
Diharapkan
kepada anak agar dapat menjaga kesehatan gigi sejak dini dengan cara menyikat
gigi minimal 2 kali sehari dan memeriksakan kesehatan gigi ke puskesmas atau
rumah sakit setiap 6 bulan sekali.
DAFTAR
PUSTAKA
Amerogen,V.N.
1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti bagi
Kesehatan Gigi. Gadjah Mada Unuversity Press, Yokyakarta.
Anonim,
2008, Derajad Keasaman Saliva. http
://respository.Usu. Ac.id/bitstream/123456789/16857/5/chapter% Pdf. diakses 20
juni 2012
________,
2010. Kelenjar Saliva. http: //
Dentistry Molar. ://respository.Usu. Ac.id/bitstream/16252/8/chapter% Pdf di
akses 20 juni 2012
Dengkeng.
E. S. 2007, Dentofasial Jurnal Kedokteran
Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitsas Hasanuddin, Jakarta.
Depkes RI 2009, Undang- Udang Republik Indonesia Tetang Kesehatan No 36
Dondy.
2009, Pengaruh Air Liur ( Saliva)
Terhadap Rongga Mulut. http: drg. dondy.junal.com/2009/02/pengaruh-air-liur-saliva-terhadap.html
diakses 14 November 2012
Edwina.
A.M. 1991. Dasar-Dasar Karies dan Penyakit
Gigi Serta Penanggulangannya. Buku Kedokteran. Jakarta.
Fatmasari,
D.2009, Manajement Asuhan Klinik
Kesehatan Gigi Poltekes Depkes. Semarang.
Ford. P, 1992, Restorasi Gigi. Ed2, EGC, Jakarta.
Hamsafir.
E, 2010, Perawatan Gigi Pada Anak .
http: //www. Info Gigi. Com/ Kesehatan- Gigi- Perawatan Gigi- Pada- Anak. Html
#more 118.diakses 25 juni 2012
Indomedia,
2001, Merwat Gigi Anak dan Balita.
http//www.jurnal.Gigi-Anak. Html-page=105. diakses 10 juni 2012
Julica,
M.P, 2009, Tugas Ikgp Perencanaan Promkes
Siswa SMA. http;//Mawar Putri Julica.jurnal.com. diakses 25 juni 2012
Kainforlanta,
2007, Tahan Pemeriksaan Saliva. http: //www.jurnal.kesad.mil/ taxonomi/ term/21/07 page=5. diakses 25 juni 2012
Kemp.
J, 2004, Gigi Si Kecil Cara Menjaga
Kesehatan Gigi dan Gusi Anak. Erlangga. Jakarta
Kidd.E.A.M.
2002, Manual Konservasi Restoratif.
Widya medika, Jakarta
Mahafudo,
2008, Baby Bottle Syndrom. http://
rumahku sorgaku.jurnal.com diakses 19 juni 2012
Melisa.
M. 2010. Permpuan dan Kebiasaan Menyikat
gigi. http://archive.kaskus.us/ thread/5349363/. pdf diakses 12 November
2012
Notoadmodjo,
S. 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Prinsip-prinsip Dasar). Rineka Cipta, Jakarta
Pratiwi.
D, 2007, Gigi Sehat Merawat Gigi
Sehari-hari. Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Putri
M. H. 2010, Ilmu Pencegahan Dan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC, Jakarta
Roeslan,
B.O. 2002, Imunologi Oral Kelainan di
dalam Rongga Mulut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Riskesdas, 2007, Prevalensi
Karies Gigi di Indonesia. http://repository. usu.ac.id/bitstream /123456789/22592/5/Chapter%20I.pdf
diakses 10 Oktober 2012.
Rohani,
A. 2009, Rampan Karies. Bp Gigi Puskesmas
Harpanggung Garut. http//anieroha.jurnal.co.id. diakses 10 Juni 2012
Rufaidah.
2009, Rampan Karies Pada Anak.
http//klinik gigi keluarga.jurnal.com. diakses 10 Juni 2012
Suwelo, I,S. 1992, Karies Gigi anak dengan Pelbagai faktor Etiologi Kajian pada Anak. EGC,
Jakarta.
Soeleman,
2009, Pevalensi karies Gigi pada Balita,
http// repository. usu.ac.id/bitstream /123456789/23552/2/Chapter%20I.pdf
diakses 10 Juni 2012.
Tarigan,
R, 1995, Karies Gigi. Hipokrates,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar