
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berazaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak
dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis
tertentu memerlukan penanganan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan
tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi
dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah
satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan
bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang begitu penting maka penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga
mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan,
hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia yang masih
diderita oleh 90% penduduknya. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat Indonesia adalah penyakit periodontal dan karies gigi (Anitasari,
2005).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang
sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima
keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun studi etiologi,
pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini
dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah
gingivitis dan periodontitis (Situmorang, 2004).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey
Kesehatan Nasional tahun 2010, penyakit periodontal menduduki urutan kedua
dengan jumlah penderita 42,8% penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut yang masih terjadi di masyarakat
saat ini, dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan mulut yang jelek.
Pravelis penyakit periodontal meningkat sejalan dengan
pertambahan usia, namun hal tersebut bukan berarti bahwa penuaan menyebabkan
peningkatan prevalensi, perluasan dan keparahan penyakit periodontal.
Berdasarkan survey National Institute of Dental Research (NIDR) menunjukkan
prevalensi (persentase pasien) dengan kehilangan perlekatan sama tau lebih besar
dari 3,0 mm adalah 16% pada kelompok usia 18-21 tahun. Pervalensi tersebut
terus meningkat sampai mencapai 83% pada kelompok usia 55-64 tahun. Secara umum
pervalensi penyakit periodontal pada usia 16-64 tahun adalah 44% (Daliemunthe,
2008).
Etiologi penyakit periodontal merupakan keseimbangan
antara faktor etiologi primer, plak gigi dan host pada dento gingival junction,
penyebab primer dari periodontal adalah iritasi bakteri pada beberapa faktor
lain dan penyebab sekunder yaitu bail lokal maupun sistemik yang merupakan
predisposisi dari akumulasi plak atau perubahan respon gingival terhadap plak.
Faktor lokal terdiri dari kalkulus, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang
desainnya tidak baik. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh
secara keseluruhan yaitu genetik, nutrional, hormonal, obat-obatan, stres dan
hematologi (Susanto, 2009).
Penyakit periodontal juga dipengaruhi oleh faktor lain
yaitu faktor lokal dan faktor sistemik (Agtini, 1991). Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa insidensi penyakit periodontal meningkat dengan bertambahnya
usia. Beberapa ahli menganggap pertambahan usia sebagai faktor resiko
terjadinya penyakit periodontal, karena penuaan dikaitkan dengan perubahan
jaringan periodontal, seperti kepadatan tulang berkurang dan terjadi kemampuan
penyembuhan (Fedi, dkk, 2005).
Berdasarkan data kunjungan
pasien ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah dari bulan Januari sampai Mei tahun
2012 bahwa penyakit periodontal sebanyak 418 orang. Dan ini menduduki peringkat
pertama dari penyakit gigi yang lain. Dari 27 desa di Kecamatan Darul Imarah,
masyarakat desa Bayu banyak mengalami penyakit periodontal terlihat dari hasil
kunjungan ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah. Dari hasil kunjungan masyarakat
Bayu ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah dari bulan Januari sampai Mei 2012
tercatat persentase karies gigi mencapai 6,25%, penyakit periodontal 45,84%,
abses 10,42%, mobility 6,25%, radiks 6,25%, nekrose pulpa 14,25, persistensi
2,1, pulpitis 8,4. dari data tersebut terlihat bahwa tingginya kasus penyakit
periodontal pada masyarakat Bayu yang berkunjung ke poli gigi yaitu 45,84%,
penderita penyakit periodontal yang berumur 35 sampai 45 keatas pada masyarakat
bayu. Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan pasien ibu hamil, akan tetapi didapatkan
bahwa masyarakat bayu yang menderita penyakit periodontal mengalami penyakit
diabetes mellitus dan anemia. Maka dari itu penulis tertarik ingin
menggambarkan dan mengetahui tentang kejadian penyakit periodontal ditinjau
dari faktor Sistemik di Desa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis ingin Menggambarkan dan mengetahui Apakah Faktor
Penyebab Penyakit Periodontal di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar 2012?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui Penyebab Penyakit Periodontal ditinjau Dari
Faktor Sistemik Pada masyarakat Bayu Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan agar dapat bertambah pengetahuan dan wawasanya terhadap masalah yang terkait
dengan kesehatan gigi dan mulut khususnya penyakit
periodontal.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan agar dapat memberikan
informasi tentang penyakit periodontal terutama pada masyarakat Bayu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Periodontal
1.
Pengertian penyakit periodontal
Penyakit
periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh 400 macam jenis
bakteri yang terakumulasi didalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat
pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti gingivitis
(peradangan yang hanya pada gusi), biasanya gigi berwarna merah dan mudah
berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang
pendukung gigi dan juga abses periodontal (Evy, 2006).
Penyakit
periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan
gingiva, tulang alvelor, sementum dan ligamen periodontal. Penyakit ini adalah
akibat interaksi antara produk dari bakteri plak dengan respons paradangan dan
imunologi dalam jaringan periodontal. Penyakit periodontal secara klinis
dikarakteristikkan dengan adanya peradangan dari jaringan gingiva, migrasi
apical dari epitel fungsional, pembentukan poket dan kehilangan tulang
alveolar. Jika tidak dirawat penyakit periodontal dapat menjadi penyebab umum
dari tanggalnya gigi pada populasi dewasa (Barnes, 2006).
Penyakit
periodontal adalah penyakit infeksi yang menghasilkan inflamasi gingival dan
peradangan jaringan periodontal serta kehilangan tulang alveolar, infeksi
periodontal diawali dan dipertahankan oleh beberapa bakteri secara predominan,
aerobic, dan bakteri mikroaerofilik yang berkolonisasi pada area sub gingival
(Katherinearta, 2009).
2.
Jaringan periodontal
Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional
jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang dan rahang, dengan
demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap
jaringan periodontal memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan
dan fungsi dari periodontal. Keadaan
periodontal sangat bervariasi, hal ini tergantung atau dipengaruhi oleh
morfologi gigi, fungsi maupun umur.
Menurut Megananda (2011), jaringan periodontal tersusun
atas :
1.
Gingiva
Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali
dipakai sebagai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini
disebabkan kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva dan juga dapat
menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada di bawahnya.
Warna
gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink). Hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal
dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous.
Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna
kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam.
Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar
mukosa tidak mempunyai lapisan kreatin dan epitelnya tipis.
2.
Tulang Alveolar
Tulang
alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung
soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar
dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk di
dinding soket gigi disebut alveolar bone.
Alveolar bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya
yang dikenal dengan nama supporting
alveolar bone.
3.
Ligamentum Periodontal
Ligamentum
periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi gigi
dan melekatkannya ke tulang alveolar. Lingamentum ini melanjutkan diri dengan
jaringan ikat gingival dan berhubungan dengan ruang sumsum melalui kanalis
vaskuler yang ada pada bone proper. Dengan demikian fungsi dari lingamentum
periodontal adalah untuk mendukung gigi, memelihara hubungan fisiologi antara
sementum dan tulang, sebagai pensuplai nutrisi, fungsi formatif dan fungsi
sensori.
4.
Sementum
Sementum
merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh darah/saraf dan
mengalami klasifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain melapisi
akar gigi, sementum juga berperan di dalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar,
yaitu dengan adanya serat utama ligamentum periodontal yang tertanam di dalam
sementum (serat Sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya
dengan enamel dan makin menebal ke arah apex gigi. Berdasarkan morphologinya
sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum aseluler (sementum primer) dan
sementum seluler (sementum sekunder).
3.
Macam-macam penyakit periodontal
a.
Poket
Apabila
iritasi pada gusi dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan gigi, bila dibiarkan maka akan membentuk periodontal poket. Seterusnya
gingiva akan mengalami peradangan.
b.
Gingivitis
Gingivitis dapat mempengaruhi penyakit periodontal.
Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar diregio interdental yang
terlindung, maka inflamasi pada gingiva cenderung dimulai pada daerah
interdental papila dan menyebar disekitar leher gigi, lama kelamaan hal ini
akan mengakibatkan darah mengalir ke tepi papil tersebut, terjadilah
hypercropic gingiva yang tampak sebagai pembengkakan disekitar servik. Darah yang
banyak ini (hyperaemie) tampak
sebagai warna yang menkilap dan sangat merah. Ini merupakan tahap awal dari
timbulnya penyakit gusi, peradangan disebabkan oleh plak yang terbentuk
disekitar gusi. Iika pembersihan gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu membersihkan
dan mengangakat plak yang terbentuk, hal itu bisa memproduksikan racun yang
bisa menyebabkan iritasi pada lapisan luar gusi dan timbullah gingivitis. Jika
gusi kita berdarah saat kita menyikat gigi atau membersihkan gigi kita dengan
benang gigi. Pada tahap awal penyakit gusi ini, kerusakan lebih lanjut bisa
bisa diatasi, asalkan tulang dan jaringan luar gusi yang menyangga gigi yang
terinfeksi tersebut masih belum terinfeksi juga.
Penyakit
gusi adalah penyebab utama kehilangan gigi. Penyakit gigi yang lebih dalam,
meliputi infeksi tulang penyangga gigi sehinga terjadi gangguan pada perlekatan
antara gigi dan tulang dan mengakibatkan :
a)
Adanya ruangan antara gigi
b)
Pergerakan gigi yang tidak
normal.
c)
Berkurangnya jaringan gusi yang
menutup gigi.
d)
Rasa nyeri dan perasaan tidak
enak.
c.
Periodontitis
Periodontitis
terdiri dari 2 :
1.
Periodontitis Marginalis
Peradangan dari
jaringan penyangga gigi yang mengenai gingiva sampai dengan periodontal
ligamen.
2.
Periodontitis Apikalis
Peradangan jaringan
periodontal disekitar apek gigi sebagai akibat tertekan benda yang keras secara
terus menerus ( Risha, 2006).
4.
Tanda klinis penyakit periodontal
Menurut Ramadhan (2010), penyakit periodontal bisa
terjadi pada semua umur. Namun, karena penyakit ini berjalan cukup lama maka
biasanya lebih banyak diderita oleh orang dewasa. Apabila penyakit periodontal
terdeteksi pada tahap awal, kondisi kesehatan jaringan periodontal bisa kembali
seperti semula.
Berikut ini gejala-gejala penyakit periodontal:
a.
Jaringan gusi terlihat berwarna
merah, membengkak, dan konsistensinya lunak.
b.
Gusi mengeluarkan darah ketika
menyikat gigi atau flossing.
c.
Pinggiran gusi menurun sehingga
mahkota gigi Nampak lebih panjang.
d.
Terjadi kegoyangan gigi.
e.
Keluar nanah dari sela-sela
gigi dan gusi.
f.
Bau mulut.
Menurut Melinda (2010), tahap-tahap perkembangan
penyakit periodontal:
1)
Gingivitis (peradangan pada
gusi)
Gingivitis
umumnya ditandai dengan penumpukan plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang
terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan bengkak. Selain itu sering kali terjadi
pendarahan waktu menyikat gigi atau menggunakan benang gigi. Gingivitis dapat
dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan pembersihan sela gigi yang
baik. Sebaliknya, bila hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi
periodontitis.
2) Periodontitis awal
Pada
tahap ini mulai terjadi kerusakan tulang penyangga gigi. Kerusakan ini disebabkan
oleh desakan karang gigi yang terus tumbuh kearah ujung akar gigi, akibatnya
pelekatan jaringan penyangga gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang
terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyangga gigi. Kerusakan ini
tidak dapat dipulihkan, tetapi penjalarannya dapat dihentikan dengan
membersihkan karang gigi dan mengangkat jaringan yang mati.
Kadang-kadang,
meskipun tulang penyangga menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah.
Akibatnya terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal
poket. Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi
tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup.
Tanda-tanda
periodontitis awal sama seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi
yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal
poket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan
gerakan menghisap.
3) Periodontitis lanjut
Tanda–tanda
periodontitis tingkat lanjut adalah terjadinya perubahan cara menggigit,
perubahan kecekatan gigi palsu, karena berkurangnya dukungan tulang penyangga
gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyangga gigi, akar gigi terbuka,
sehingga sensitive terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika menyikat.
Peradangan pada jaringan periodontal sering kali dengan keluarnya nanah diantara
gigi dan gusi bila ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan
penyangga akan menyebabkan gigi akan goyang bahkan tanggal.
5.
Proses terjadinya penyakit
periodontal
Penyebab
utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada didalam plak. Pada
gingivitis mulanya disebabkan oleh plak yang ada pada gigi, sedangkan pada
perodontitis, plak telah menyebar kebagian dalam gusi sehingga terjadi
peradangan yang mengakibatkan hilangnya pelekatan gigi dan gusi. Hal ini
menyebabkan terbentuknya kantung gusi. Kantung gusi ini mempermudah terjadinya
infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat terbentuk nanah didalamnya. Kantung ini
dapat menjadi semakin dalam dan menyebabkan kerussakan tulang gigi dan kemudian
akan menyebabkan gigi goyah dan tanggal (Risha, dkk, 2005).
B.
Etiologi Penyakit Periodontal
1.
Faktor Lokal
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat
langsung pada jaringan periodonsium. Menurut Daliemunthe (2005), adapun faktor
lokal penyebab utama penyakit periodontal adalah :
a.
Dental Plak
Permasalahan
penyakit periodontal berawal dari pembentukan dental plak. Dental plak adalah
deposit lunak berwarna putih kekuningan yang tersusun dari garam-garam saliva
dan koloni mikroorganisasi mulut (pada umumnya streptococcus mutans). Dental
plak merekat kuat pada [ermukaan gigi dan lokasi tersering adalah pada daerah
tersembunyi disamping gigi yang malposisi. Pelekatannya memerlukan gosok gigi
yang dengan tepat untuk dapat terlepas, tidak sekedar kumur-kumur. Dental plak
yang melekat pada gigi dekat gusi, prosesnya akan berlangsung mulai marginal
dan mengarah pada penyakit periodontal.
b.
Karang Gigi (calculus)
Karang
gigi adalah suatu endanpan keras yang terletak pada permukaan gigi berwarna
mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman dan
mempunyai permukaan kasar. Karang gigi terdiri dari 2 macam, yaitu supra
gingival dan sub gingival. Supra gingival calculus yang berwarna
kekuning-kuningan, konsistensi lunak, terletak di atas gingiva dan berasal dari
air ludah. Sedangkan sub gingival calculus berwarna kemerahan sampai berwarna
hitam, konsistensi keras, terletak dibawah gingival dibawah gingival dan
berasal dari serum darah.
c.
Materi Alba
Materi
alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kekuning atau putih
keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah dibandingkan plak dental. Materi
alba merupakan kumpulan mikroorganisasi, sel-sel epitel deskuamasi, leokosit
dan campuran protein saliva dengan lemak, dengan sedikit atau tanpa partikel
makanan, serta tidak mempunyai poa susunan yang teratur seperti halnya plak
penumpukan materi alba cenderung pada sepertiga gingival gigi dan pada gigi
yang malposisi, materi alba bisa terbentuk pada permukaan gigi yang baru
dibersihkan hanya dalam beberapa jam. Efek pengiritasi dari materi alba
terhadap gingival adalah berasal dari bakteri dan produksi bakteri.
d.
Debris Makanan
Debris
makanan dengan cepat dilarutkan oleh enzim bakteri dan tersingkirkan dari
rongga mulut dalam waktu 5 menit setelah makan, namun sebagian ada yang
tertinggal pada gigi dan mukosa. Pembersihan makanan dari rongga mulut
diperngaruhi oleh aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi dan bibir, dan
bentuk susunan gigi dan rahang. Plak dental bukanlah derivay debris makanan,
dan debris makanan bukan penyebab gingivitis yang penting. Debris makanan harus
dibedakan dengan sisa makanan yang fibrous yang terperangkap didaerah
interproksimal pada keadaan impaksi makanan.
e.
Impaksi Maknanan (Food
Impaction)
Impaksi
makanan adalah terdesaknya makanan secara paksa ke periodonsium oleh tekanan
oklusal. Impaksi makanan bisa terjadi pada permukaan interproksimal atau pada
permukaan vestibula/oral. Selain impaksi yang disebabkan tekanan oklusal, bisa
pula terjadi impaksi makanan lateral dimana sumber tekanan yang mendesak
makanan adalah tekanan lateral dari lidah, pipi dan bibir. Impaksi makanan akan
menimbulkan penyakit gingival dan periodontal dan memperhebat keparahan
penyakit yang telah ada.
f.
Maloklusi dan Malposisi
Gigi
geligi yang letaknya tidak teratur menyebabkan kontrol plak sukar bahkan bisa
tidak mungkin dilakukan. Resensi gingival bisa terjadi pada gigi labioversi.
Disharmoni oklusal yang disebabkan maloklusi dapat mencederai periodonsium.
Overbite anterior yang berlebihan sering menyebabkan iritasi gingival pada
rahang antagenesis. Open bite bisa menjurus keperubahan periodontal yang
disebabkan penumpukan plak dan hilangnya fungsi.
g.
Perawatan Ortodonsi
Perawatan
ortodonsi bisa berperan dalam menimbulkan penyakit atau kelainan pada
periodonsium dengan berbagai cara.
1.
Retensi Plak
Piranti ortondonsi tidak saja cenderung
mempermudah penumpukan plak dental dan debris makanan dengan akibat timbulnaya
gingivitis, tetapi bisa pula memodifikasi ekosistem gingival. Dilaporkan bahwa
setelah pemasaran cincin ortodonsi terjadi peningkatan proporsi prevotella
melaninogenice, prevotella intermedia, dan actinomyces odoltolyticus, dan
pengurangan flora anaerob/fakultatif didalam sulkus gingiva.
2.
Iritasi dari cincin ortodonsi
Pemasangan cincin ortodonsi yang dipaksakan
terlalu jauh ke daerah subgingival bisa menyebutkan terpisahnya gingival dari
dengan akibat migrasi epitel penyatu kearah apical sehingga timbul resensi
gingiva.
3.
Tekanan dari piranti ortodonsi
Tekanan ortodonsi yang normal dapat
diadaptasi oleh periodonsium berupa remodeling. Tekanan yang berlebihan bisa
menimbulkan nekrose ligament periodontal dan tulang alveolar, yang pada umumnya
bisa mengalami perbaikan apabila tekananya dikurangi. Namun demikian, apabila kerusakan
mebibatkan ligament periodontal yang berada pada Krista tulang alveolar,
kerusakannya adalah arreversibel. Tekanan ortodonsi yang terlalu berlebihan
dapat pula menyebabkan resorpsi pada apeka akar gigi.
h.
Tidak digantinya gigi yang
hilang
Pencabutan
gigi yang tidak disertai pengertian dengan gigi tiruan dapat menimbulkan
serangkaian perubahan yang menimbukan dampak bagi periodonsium. Apabila gigi
molar pertama mandibula dicabut, perubahan awal yang terjadi adalah drifting
(bergesernya) dan tilting (miring) gigi molar yang kedua dan ketiga mandibula,
dan ekstrusi molar pertama maksila.Tonjolan distar molar kedua mandibula akan
meninggi dan bertindak sebagai tonjol pendorong yang akan mendesak makanan
keruang interproksimal di antara molar pertama maksila yang ekstrusi dengan
molar kedua maksila. Apabila molar ketiga maksila tidak ada, tonjol distal
molar kedua mandibula akan bertindak sebagai baji yang akan memisahkan kontak
antara molar pertama dengan molar kedua maksila dan mendefinikasikan molar
kedua maksila kedistal. Hal ini akan mengakibatkan impaksi makanan, inflamasi
gingival, dan kehilangan tulang pada daerah
interproksimal antara molar pertama dan molar kedua maksila.
i.
Iritasi bahan kimia
Obat
kumur yang terlalu keras efeknya, tablet aspirin yang diletakkan pada kavitas
gigi yang sedang berdenyut, obat-obatan dengan efek membakar, dan kontak tidak
sengaja dengan bahan kimia seperti fenol dan perak nitra bisa menimbulakan
inflasi akut dengan ilserasi pada gingival.
j.
Hubungan oklusi yang mencederai
Untuk
memelihara kesehatan periodonsium diperlukan adanya tekanan oklusi sebagai
stimulus. Periodonsium mempunyai kemampuan untuk mengadaptasi tekanan oklusal
telah melampaui batas kempuan adaptasinya , periodonsium mengalami cidera yang
dinamakn sebagai trauma karena oklusi (trauma
from occlusion). Terjadinya tekanan oklusal yang melampaui batas kemampuan
adaptasi periodonsium bisa karena tekanannya lebih besar dari normal, atau
karena arah tekananya berubah tidak lagi partikal (arah tekanan yang paling
dapat ditolerir oleh prodonsium). Atau karena kemampuan adaptasi periodonsium
yang melemah akibat adanya kerusakan yang di sebabkan oleh inflamasi.
2. Faktor Sistemik
Secara umum faktor-faktor sistemik tidak dapat memulai
timbulnya penyakit periodontal, tetapi dapat mempercepat perkembangannya dan
memperhebat kerusakan yang ditimbulkan. Menurut Dalimuthe (2005), Faktor
sistemik adalah :
a.
Defisiensi nutrisi
Defisiensi
nutrisi menyebabkan perubahan pada jaringan periodonsium, perubahan mana dikatagorikan
sebagai manifestasi penyakit nutrisi pada periodonsium.
1.
Defisiensi vitamin C
Defisiensi
vitamin C sering dikaitkan dengan penyakit periodontal. Defisiensi vitamin C
memoerhebat respon gingival terhadap plak dan mempeparah oedema, pembesaran dan
pendarahan yang terjadi akibat inflamasi yang disebabkan plak. Defisiensi
vitamin C menghambat pembentukan tulang
yng akan mejurus ke hilangan tulang, kehilangan
tualang akibat kegagalan osteoblas membentuk osteoid (prekunor tulang)
baru terjadi pada stadium akhir defisiensi.
2.
Defisiensi protein
Defisiensi
protein menyebabkan terhambatnya aktivitas pembentukan tulang yang normal, dan
semakin parah efek destruktif dari iritan local dan trauma oklusal terhadap
jaringan periodonsium. Namun untuk dimulainya gingivitis dan keparahanya adalah
tergantung pada iritan lokal.
b.
Penyakit Endokrin
Gangguan
hormonal bisa mempengaruhi jaringan periodonsium secara langsung, sebagai
manifestasi penyakit gingival dan periodontal, dan juga dapat menimbulkan
perubahan anatomis di rongga mulut yang mempermudah penumpukan plak atau trauma
karena oklusi.
1.
Diabetes mellitus
Diabetes
mellitus merupakan penyakit yang sangat penting dari sidit oandang periodonsia.
Penyakit ini merupakan penyakit metabolisme
yang rumit yang ditandai dengan hipofungsi atau ketiadaan fungsi sel-β
pulau-pulau langerhans pancreas, dengan akibat peningkatan level glikosa darah
dan ekskresi gula melalui urin.
2.
Kehamilan
Kehamilan
secara kesendirian tidak dapat menyebabkan gingivitis, gingivitis pada
kehamilan disebabkan plak bakteri, sebagaimana pada orang yang tidak hamil.
Kehamilan dapat memperparah respon gingival terhadap plak dan memodifikasi
gambaran klinis yang menyertainya. Tanpa adanya iritan lokal tidak terlihat
perubahan secara klinis pada gingival wanita yang sedang mengalami
kehamilan.
c.
Penyakit Darah
Dua
jenis penyakit darah yang sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit
periodontal adalah :
1.
Leukimia
Leukimia
adalah neoplasma maligma pada prekusor sel darah putih, berdasarkan evolusinya
leukemia di bedakan atas bentuk akut yang bersifat fatal dan sub akut serta
kronis. pada leukemia akut sel-sel leukemia menginfiltrasi gingiva, dan jarang
sekali bisa infiltrasi ketulang alveolar. Keadaan ini bisa menyebabkan
terjadinya pembesaran gingival (leukemic gingival enlargement).
2.
Anemia
Anemia
adalah defisiensi dalam kuantitas maupun kualitas darah yang dimanifestasikan
dengan berkurangnya jumlah eritrosit dan hemoglobin. Adapun tipe anemia
berdasarkan morfologi selulernya dan kandungan hemoglobinnya adalah anemia
makrosistik hiperkromik (perniciosa
anemia), anemia mikrositik hipokromik (iron
deficiency anemia), dan anemia normatik-normokromik (hemolytic anemia /
aplasilic anemia). Diantara keempat anemia tersebut, anemia aplastic yang turut
berperan dalam etiologi penyakit gingival dan periodontal. Pada tipe anemia ini
kerentanan gingival terhadap inflamasi meningkat karena terjadinya neutropenia.
3.
Penyakit Yang Melemahkan
Penyakit
yang melemahkan (debilitating diseanses) seperti sifilis, sefritis kronis, dan
tuberkulosa bisa menjadi faktor pendorong bagi terjadinya penyakit gingival dan
periodontal, dengan jalan melemahkan pertahanan periodonsium terhadap iritan
lokal, dan menimbulkan kecendrungan terjadinya gingivitis dan kehilangan tulang
alveolar.
4.
AIDS / Infeksi HIV
Acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) ditandai dengan penurunan sistem imunitas yang
menyolok. kondisi yang pertama kali dilaporkan tahun 1981 adalah disebabkan
oleh virus yang dinamakan human immunodeficiency virus (HIV). Penurunan sistem
imunitas pada penderita yang terinfeksi HIV
menyebabkan peningkatan kerentanannya terhadap penyakit gingival dan
periodontal.
5.
Obat-obatan
Beberapa
jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hiperplasia gingiva
non-inflamasi dengan gambaran klinik yang tidak dapat dibedakan obat-obatan
dimaksud adalah fenitoin, siklosporin, nifedipin.
C. Patogenesis Penyakit
Periodontal
Seperti
yang di jelaskan sebelumnya penyebab penyakit periodontal bersifat kronis,
kumulatif, progresif. Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri yang
berada dalam plak. Secara klinis penyakit periodontal pada mulanya terlihat
peradangan jaringan gingiva di sekitar leher gigi dan warnanya lebih merah dari
pada jaringan gingiva sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi
berupa pendarahan spontan atau pendarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat
gigi (Paskah, 2007).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat
studi kasus, yaitu menggali dan mengkaji Faktor Penyebab Penyakit Periodontal
di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 27 sampai 29 November 2012.
C.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
diperoleh dari hasil wawancara peneliti kepada responden yaitu berjumlah 16 orang yang mengalami penyakit periodontal, teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu penelitian yang
dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Tidak mewawancarai tentang kehamilan dan Leukimia
atau kelainan darah, karena tidak di dapatkan masyarakat yang mengalami
Leukimia atau kelainan darah, dan ibu hamil.
D.
Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Kuisioner
2. Tape
Recorder
E. Pengumpulan
Data
1. Data Primer
Data ini diperoleh
melalui hasil wawancara pada masyarakat bayu yang terkena penyakit
periodontal. Kuisioner berbentuk
pertanyaan terbuka.
2. Data Sekunder
Data yang di peroleh dari Puskesmas Darul
Imarah, Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, serta buku-buku
referensi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.
F.
Pengolahan Data
1.
Pengolahan data
Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya
yang akan penulis lakukan adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap kembali kuisioner apakah sudah terisi dengan lengkap atau belum.
b.
Coding yaitu data yang telah
terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan
kode-kode, sehingga lebih mudah dan sederhana
c.
Tabulating yaitu data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel.
2.
Analisis Data
Kumpulan data yang
diolah, disajikan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau
informasi, yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau konsep penelitian.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Data Umum
1.
Demografi
Desa Bayu merupakan salah satu desa yang terletak di pemukiman
Lampeunurut Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, dengan batas Wilayah
sebagai berikut:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Lamcot
-
Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Reueleh Tanjong
-
Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Lamreung
-
Sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Lampeunurut Gampong
Desa Bayu
mempunyai luas wilayah ± 13 hektar dengan jumlah penduduk yang mencapai
1.312 orang yang terdiri dari 694 jumlah penduduk laki-laki dan 618 jumlah
penduduk perempuan, yang secara keseluruhan mencangkup dalam 313 Kepala
Keluarga (KK) yang mendiami 125 rumah dan terdiri atas 7 orang Kader di Desa
tersebut. Desa Bayu merupakan salah satu Desa dalam wilayah kerja puskesmas
Darul Imarah dengan jarak tempuh ke puskesmas sekitar 2,5 km.
B.
Data Khusus
Hasil
wawancara yang dilakukan berdasarkan Kejadian penyakit periodontal ditinjau
dari faktor sistemik, wawancara tidak dilakukan kepada semua masyarakat bayu
yang terkena penyakit periodontal, tetapi dilakukan hingga jawabannya jenuh.
1.
Defisiensi nutrisi
Hasil wawancara dari aspek defisiensi
nutrisi, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat
mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka apabila giginya sakit
minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. Kurangnya
masyarakat mengkonsumsi vitamin C
mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal, ini di karenakan defisiensi
vitamin C yang kurang di dalam tubuh sehingga tidak dapat mencegah pendarahan
yang terjadi akibat inflamasi yang di sebabkan oleh plak.
Selain itu, hasil dari wawancara masyarakat
berpendapat mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya pada
waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka ketahui
yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga. Padahal vitamin C banyak ditemukan pada
buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Selain itu, di
sayuran juga ada yang mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika
hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya. Dan makanan yang mereka
konsumsi setiap hari tidak selalu yang mengandung protein, misalnya
sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, dan yang mengandung protein misalnya
ikan, telur, daging, mereka hanya memilih salah satunya saja yaitu ikan atau
telur yang mereka konsumsi.
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara
beberapa masyarakat Bayu tentang defisiensi nutrisi sebagai berikut:
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu Sering mengkonsumsi vitamin C?
Responden :
Tidak…(berfikir)
Jarang Sekali…,karena itu tidak perlu,
apabila saya gig sakit, saya
cuma minum obat.
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu mengkonsumsi buah-buahan setiap hari?
Responden :
Jarang...,kadang-kadang kalau ada kami konsumsi.
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu sering mengalami sariawan?
Responden : Sering…
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu sering mengkonsumsi telur, ikan dan daging?
Responden : ada…,tapi
salah satunya..,yaitu ikan atau telur…, selain itu, saya
juga
ada mengkonsumsi sayur-sayuran, tetapi tidak setiap hari.
2. Penyakit Endokrin
Hasil wawancara dari aspek penyakit endokrin, didapatkan
bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat penyakit diabetes tidak
mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, dan akan mempengaruhi pada ketahanan
tubuh saja. Misalnya mudah lelah.
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara
beberapa masyarakat bayu tentang penyakit endokrin sebagai berikut:
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu menderita penyakit diabetes (darah manis)?
Responden : ada…,
Peneliti : Kapan
Bapak/Ibu mengalami penyakit diabetes (darah manis)?
Responden : Sudah 9 tahun
saya menderita penyakit diabetes…
peneliti : Apakah
kesehatan Bapak/Ibu baik saja?
Responden : tidak..,
kondisi saya agak menurun, mudah capek…
3. Penyakit Darah
Hasil wawancara dari aspek penyakit darah, didapatkan
bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat anemia atau kurang
darah sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan atau
buah-buahan, misalnya pada timun dan semangka. setelah itu, kalau batuk menahun
jarang terjadi pada kami, cuma sering pusing, badan mudah lelah dan mudah
sariawan. setelah itu, ketahanan tubuh mulai menurun, mudah sakit.
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara
beberapa masyarakat bayu tentang penyakit penyakit darah sebagai berikut:
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu mengalami penyakit anemia (kekurangan darah)?
Responden : ada…, sudah
lama tapi saya gak ingat lagi kapan sudah
mengalaminya…
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu Mengalami Penurunan sistem imunitas atau
kekebalan
tubuh?
Responden : ada…
(berfikir)
Cuma
saya agak cepat lelah…
Peneliti : Apakah
Bapak/Ibu sering mengkonsumsi obat-obatan yang efek
sampingnya
mempengaruhi kinerja tubuh?
Responden : ada… , sekali-kali saya mengalami
kejang-kejang…
C. Pembahasan
Hasil
penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara kepada masyarakat bayu
yang terkena penyakit periodontal yang dilakukan pada tanggal 27 sampai dengan
29 September 2012 dengan jumlah responden yang didapat sebanyak 16 orang.
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1.
Defisiensi nutrisi
Hasil wawancara dari aspek defisiensi nutrisi,
didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat mengkonsumsi
vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka apabila giginya sakit minum obat
saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. Kurangnya masyarakat
mengkonsumsi vitamin C mempengaruhi
terjadinya penyakit periodontal, ini di karenakan defisiensi vitamin C yang
kurang di dalam tubuh sehingga tidak dapat mencegah pendarahan yang terjadi
akibat inflamasi yang di sebabkan oleh plak. selain itu, hasil dari wawancara
masyarakat berpendapat mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi
hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka
ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga, maka buah-buahan yang
sifatnya asam. padahal vitamin
C banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan
stroberi. Selain itu, di sayuran juga ada yang mengandung vitamin C antara lain
tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya. Dan
makanan yang mereka konsumsi setiap hari tidak selalu yang mengandung protein,
misalnya sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, dan yang mengandung protein
misalnya ikan, telur, daging, mereka hanya memilih salah satunya saja yaitu
ikan atau telur yang mereka konsumsi.
Dari hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih
beranggapan bahwa mengkonsumsi vitamin C tidak perlu,
karena menurut mereka apabila giginya sakit minum obat saja baik itu dalam
bentuk tablet maupun serbuk. mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari
tetapi hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang
mereka ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga, maka
buah-buahan yang sifatnya asam. padahal vitamin C banyak ditemukan pada buah-buahan
seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Selain itu, di sayuran juga
ada yang mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika hijau dan
merah, selada, dan sayuran hijau lainnya.
Peneliti berasumsi masyarakat bayu merasa tidak
perlu untuk mengkonsumsi vitamin C, karena mereka berfikir itu tidak perlu. Kurangnya
konsumsi vitamin C berhubungan dengan gangguan pembentukan kolagen, padahal
kolagen penting untuk memelihara integritas elemen penempelan gigi dan gusi.
Selain itu, kolagen juga berperan sebagai pertahanan terhadap toksin bakteri
dalam plak gigi sehingga tidak masuk ke pembuluh darah dalam gusi. (Manson,
1993).
2.
Penyakit Endokrin
Hasil wawancara dari aspek penyakit endokrin, didapatkan
bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat penyakit diabetes tidak
mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, dan akan mempengaruhi pada ketahanan
tubuh saja. Misalnya mudah lelah.
Dari hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih
beranggapan bahwa penyakit diabetes tidak mempengaruhi pada kesehatan gigi
mereka, tetapi mereka beranggapan akan mempengaruhi pada ketahanan tubuh saja.
Peneliti berasumsi bahwa adanya
penyakit diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan meningkatnya karies gigi dan
memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan
jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah. Pada penderita diabetes
melitus lebih parah dibandingkan dengan yang bukan penderita diabetes mellitus. Kadar gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan penderita
diabetes beresiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mulut. Hal ini
menyebabkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun, dan
penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Menurut Novertasari (2010)
penyakit diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan meningkatnya karies dan
memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan
jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah. Kerusakan
jaringan periodontal pada penderita diabetes mellitus lebih parah dibandingkan
dengan yang bukan penderita diabetes mellitus, meskipun pada kelompok bukan
penderita diabetes mellitus memiliki penumpukan plak yang lebih banyak
dibandingkan pada kelompok penderita diabetes mellitus. Penumpukan plak itu
akan membentuk karang gigi dan kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke
bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak
dalam suatu lingkungan bebas oksigen, sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri.
Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat
kantong yang dirusak sehingga menyebabkan lepasnya gigi.
Keadaan adanya diabetes mellitus merupakan suatu tanda meningkatnya kerentanan
terhadap infeksi, dimana diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi penting terhadap
timbulnya infeksi. Di dalam mulut diabetes mellitus dapat meningkatkan jumlah bakteri sehingga
menyebabkan adanya kelainan jaringan periodontal. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2
dengan hiperlipidemi dijumpai adanya inflamasi gingival yang parah dan
hilangnya perlekatan pada jaringan periodontal. Berkembangnya penyakit
periodontal dengan diabetes mellitus mengakibatkan kerusakan pada jaringan periodontal
lebih parah sehingga gigi menjadi goyah dan akhirnya lepas. Gusi
membengkak sehingga gigi tampak keluar ( Made, 2003).
3.
Penyakit Darah
Hasil wawancara dari aspek penyakit darah,
didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat anemia atau
kurang darah sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan atau
buah-buahan, misalnya pada timun dan semangka. setelah itu, kalau batuk menahun
jarang terjadi, cuma sering pusing, badan mudah lelah dan mudah sariawan.
setelah itu, ketahanan tubuh mulai menurun, mudah sakit.
Dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih
beranggapan bahwa kurang darah atau anemia dapat menyebabkan pusing, badan
lemas., dan mudah sariawan, tidak berpengaruh pada kesehatan gigi. Obat-obatan
yang mereka konsumsi dapat mempengaruhi kondisi tubuh mereka misalnya
kejang-kejang. Penulis berasumsi bahwa masyarakat bayu tidak mengetahui bahwa
anemia sangat berpengaruh dengan kesehatan gigi.
Penyakit yang
melemahkan (debilitating diseases) seperti sifilis, nefritis kronis, dan
tuberkulosa bisa menjadi faktor pendorong bagi terjadinya penyakit gingival dan
periodontal, dengan jalan melemahkan pertahanan periodonsium terhadap iritan
local, dan menimbulkan kecenderungan terjadinya gingivitis dan kehilangan
tulang alveolar. Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat
menginduksi hyperplasia gingival non-inflamasi dengan gambaran klinis yang
tidak dapat dibedakan. Obat-obatan yang dimaksud adalah Fenitoin atau dilantin,
suatu antikonvulsan yang digunakan dalam perawatan epilepsy, Siklosporin, suatu
imunosupresif yang biasa digunakan untuk mencegah reaksi tubuh dalam
pencangkokan anggota tubuh, dan Nifedipin, diltiazem, dan verapamil, yaitu
penghambat kalsium (calcium blocker) yang digunakan dalam perawatan hipertensi. ( Daliemunthe,
2008)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang Kejadian Penyakit Periodontal ditinjau
Dari Faktor Sistemik di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dari hasil wawancara menunjukkan
bahwa masyarakat bayu masih kurang dari aspek defisiensi nutrisi dapat dilihat
bahwa masyarakat bayu berpendapat mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut
mereka vitamin C tidak akan mempengaruhi kesehatan tubuh, dan apabila giginya
sakit, mereka hanya minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk.
Masyarakat bayu belum mengetahui manfaat dari vitamin C. Selain itu, menurut
masyarakat bayu mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya
pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka
ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga itu saja.
2.
Dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa masyarakat bayu masih kurang dari aspek penyakit endokrin, dapat
dilihat bahwa masyarakat bayu yang berpendapat penyakit diabetes tidak
mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, akan tetapi mempengaruhi pada
ketahanan tubuh saja. Karena masyarakat bayu belum pernah mendengar info bahwa
penyakit diabetes dapat mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut.
3. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat bayu masih kurang
dalam aspek penyakit darah ini dapat dilihat dari kurang darah atau anemia dapat menyebabkan
pusing, badan lemas, obat-obatan yang mereka konsumsi dapat mempengaruhi
kondisi tubuh mereka.
B. Saran
1.
Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat bayu hendaknya
memperbanyak informasi kesehatan gigi dan mulut, menumbuh kembangkan kesadaran
dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga tercapainya
derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Selain itu masyarakat juga harus
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur dan
benar, agar sisa-sisa makanan pada permukaan gigi dapat terangkat, sehingga
terhindar dari penyakit gigi dan mulut khusunya pada penyakit periodontal, dan
diharapkan masyarakat juga melakukan pembersihan karang gigi yang merupakan
faktor utama penyebab terjadinya penyakit periodontal.
2.
Bagi Petugas Kesehatan Gigi
Bagi
petugas diharapkan lebih aktif dalam mempromosikan tentang kesehatan gigi dan
mulut dengan memberikan penyuluhan secara rutin, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjjaga kebersihan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Anitasari, S, Rahayu, N, E, 2005. Hubungan
Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah
Dasar. Journal Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman,
Samarinda.
Barnes, Ian E, 2006. Perawatan
Gigi Terpadu unruk Lansia. EGC, Hal : 25. Jakarta
Daliemunthe, S I, 2005. Periodonsia,
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Depkes RI., 1995. Tata
Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas,
Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.
., 1996 Oral Diagnostik. hal. 33-7, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,
Jakarta.
., 2009, Undang-Undang Kesehatan,
No. 36. Jakarta.
Evy, 2006. Upaya Pencegahan Penyakit
Periodontal, http//analisaonline.com.
di akses 25 Juni 2012.
Fedi.P.F, Arthur.R, Vernino, dan
Jhon.I.G, 2004. Silabus Periodonti, hal. 13. EGC, Jakarta.
Kanal Paskah, LS, 2007. Pencegahan
Penyakit Periodontal, http//yahoo.com. di akses 26 Juni 2012.
Katherinearta, 2009. Prevalensi
Penyakit Periodontal, http//google.com. di akses 26 Juni 2012.
Manson. J. D dan Eley. B. M, 1993. Buku
Ajar Periodonti, hal. 49-80, Hipokrates, Jakarta.
Megananda, dkk, 2011, Ilmu
Pencegahan Jaringan Penyakit Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi.
Jakarta: EGD.
Melinda, 2010, Kesehatan Penyakit Periodontal
Dalam Rongga Mulut, Diakses 28 Juli 2012,
http;//gkisuryautama.org/artikel.php.id.
Made Ayu Lely Suratri,
dkk, 2003. Kegoyahan Gigi Pada Penderita Diabetes Mellitus: Pengaruh Kadar Glukosa
Darah yang Terkontrol terhadap Penurunan Derajat Kegoyahan Gigi. diakses 28 Juli 2012 http://digilib.litbang.depkes.go.id
Novestasari, 2010, Hubungan
Penyakit Periodontal Dengan Diabetes Melitus. Diakses 28 Juli 2012,
http://blisha.woordpress.com/2010/10/28.
Ramadhan A, Gilang, 2010, Serba
Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta.
Risha, dkk. 2006. Kurang
Vitamin C Bisa Ompong, www.google.co.id
di akses 26 Juni 2012.
Situmorang N, 2004, Profil
Penyakit Periodontal Di Dua Kecamatan Kota Medan Tahun 2004 Dibandingkan Dengan
Kesehatan Gigi dan Mulut tahun 2010 (WHO). Bagian Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG USU, Medan.
Susanto, 2009. Periodontal. Diakses 28 Juli 2012,
Http//www.Google.co.id
0 komentar:
Posting Komentar