Rabu, 13 Februari 2013

KEJADIAN PENYAKIT PERIODONTAL DITINJAU DARI FAKTOR SISTEMIK DI DESA BAYU KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berazaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan penanganan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang begitu penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan, hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia yang masih diderita oleh 90% penduduknya. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit periodontal dan karies gigi (Anitasari, 2005).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis (Situmorang, 2004).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan Nasional tahun 2010, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah penderita 42,8% penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut yang masih terjadi di masyarakat saat ini, dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan mulut yang jelek.
Pravelis penyakit periodontal meningkat sejalan dengan pertambahan usia, namun hal tersebut bukan berarti bahwa penuaan menyebabkan peningkatan prevalensi, perluasan dan keparahan penyakit periodontal. Berdasarkan survey National Institute of Dental Research (NIDR) menunjukkan prevalensi (persentase pasien) dengan kehilangan perlekatan sama tau lebih besar dari 3,0 mm adalah 16% pada kelompok usia 18-21 tahun. Pervalensi tersebut terus meningkat sampai mencapai 83% pada kelompok usia 55-64 tahun. Secara umum pervalensi penyakit periodontal pada usia 16-64 tahun adalah 44% (Daliemunthe, 2008).
Etiologi penyakit periodontal merupakan keseimbangan antara faktor etiologi primer, plak gigi dan host pada dento gingival junction, penyebab primer dari periodontal adalah iritasi bakteri pada beberapa faktor lain dan penyebab sekunder yaitu bail lokal maupun sistemik yang merupakan predisposisi dari akumulasi plak atau perubahan respon gingival terhadap plak. Faktor lokal terdiri dari kalkulus, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang desainnya tidak baik. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan yaitu genetik, nutrional, hormonal, obat-obatan, stres dan hematologi (Susanto, 2009). 
Penyakit periodontal juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu faktor lokal dan faktor sistemik (Agtini, 1991). Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa insidensi penyakit periodontal meningkat dengan bertambahnya usia. Beberapa ahli menganggap pertambahan usia sebagai faktor resiko terjadinya penyakit periodontal, karena penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan periodontal, seperti kepadatan tulang berkurang dan terjadi kemampuan penyembuhan     (Fedi, dkk, 2005).
Berdasarkan data kunjungan pasien ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah dari bulan Januari sampai Mei tahun 2012 bahwa penyakit periodontal sebanyak 418 orang. Dan ini menduduki peringkat pertama dari penyakit gigi yang lain. Dari 27 desa di Kecamatan Darul Imarah, masyarakat desa Bayu banyak mengalami penyakit periodontal terlihat dari hasil kunjungan ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah. Dari hasil kunjungan masyarakat Bayu ke poli gigi Puskesmas Darul Imarah dari bulan Januari sampai Mei 2012 tercatat persentase karies gigi mencapai 6,25%, penyakit periodontal 45,84%, abses 10,42%, mobility 6,25%, radiks 6,25%, nekrose pulpa 14,25, persistensi 2,1, pulpitis 8,4. dari data tersebut terlihat bahwa tingginya kasus penyakit periodontal pada masyarakat Bayu yang berkunjung ke poli gigi yaitu 45,84%, penderita penyakit periodontal yang berumur 35 sampai 45 keatas pada masyarakat bayu. Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan pasien ibu hamil, akan tetapi didapatkan bahwa masyarakat bayu yang menderita penyakit periodontal mengalami penyakit diabetes mellitus dan anemia. Maka dari itu penulis tertarik ingin menggambarkan dan mengetahui tentang kejadian penyakit periodontal ditinjau dari faktor Sistemik di Desa tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin Menggambarkan dan mengetahui Apakah Faktor Penyebab Penyakit Periodontal di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar 2012?
C.    Tujuan Penelitian
Mengetahui Penyebab Penyakit Periodontal ditinjau Dari Faktor Sistemik Pada masyarakat Bayu Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar 2012.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
         Hasil penelitian ini di harapkan agar dapat bertambah pengetahuan dan wawasanya terhadap masalah yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut khususnya penyakit periodontal.

2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan agar dapat memberikan informasi tentang penyakit periodontal terutama pada masyarakat Bayu.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Penyakit Periodontal
1.      Pengertian penyakit periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh 400 macam jenis bakteri yang terakumulasi didalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti gingivitis (peradangan yang hanya pada gusi), biasanya gigi berwarna merah dan mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal (Evy, 2006).
Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva, tulang alvelor, sementum dan ligamen periodontal. Penyakit ini adalah akibat interaksi antara produk dari bakteri plak dengan respons paradangan dan imunologi dalam jaringan periodontal. Penyakit periodontal secara klinis dikarakteristikkan dengan adanya peradangan dari jaringan gingiva, migrasi apical dari epitel fungsional, pembentukan poket dan kehilangan tulang alveolar. Jika tidak dirawat penyakit periodontal dapat menjadi penyebab umum dari tanggalnya gigi pada populasi dewasa (Barnes, 2006).
Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang menghasilkan inflamasi gingival dan peradangan jaringan periodontal serta kehilangan tulang alveolar, infeksi periodontal diawali dan dipertahankan oleh beberapa bakteri secara predominan, aerobic, dan bakteri mikroaerofilik yang berkolonisasi pada area sub gingival (Katherinearta, 2009).

2.      Jaringan periodontal
Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang dan rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan periodontal memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan  fungsi dari periodontal. Keadaan periodontal sangat bervariasi, hal ini tergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun umur.
Menurut Megananda (2011), jaringan periodontal tersusun atas :
1.      Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali dipakai sebagai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva dan juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada di bawahnya.
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink). Hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar mukosa tidak mempunyai lapisan kreatin dan epitelnya tipis.
2.      Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk di dinding soket gigi disebut alveolar bone. Alveolar bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama supporting alveolar bone.
3.      Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi gigi dan melekatkannya ke tulang alveolar. Lingamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan ikat gingival dan berhubungan dengan ruang sumsum melalui kanalis vaskuler yang ada pada bone proper. Dengan demikian fungsi dari lingamentum periodontal adalah untuk mendukung gigi, memelihara hubungan fisiologi antara sementum dan tulang, sebagai pensuplai nutrisi, fungsi formatif dan fungsi sensori.
4.      Sementum
Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh darah/saraf dan mengalami klasifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperan di dalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat utama ligamentum periodontal yang tertanam di dalam sementum (serat Sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan makin menebal ke arah apex gigi. Berdasarkan morphologinya sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum aseluler (sementum primer) dan sementum seluler (sementum sekunder).

3.      Macam-macam penyakit periodontal
a.       Poket
Apabila iritasi pada gusi dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi, bila dibiarkan maka akan membentuk periodontal poket. Seterusnya gingiva akan mengalami peradangan.
b.      Gingivitis
Gingivitis  dapat mempengaruhi penyakit periodontal. Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar diregio interdental yang terlindung, maka inflamasi pada gingiva cenderung dimulai pada daerah interdental papila dan menyebar disekitar leher gigi, lama kelamaan hal ini akan mengakibatkan darah mengalir ke tepi papil tersebut, terjadilah hypercropic gingiva yang tampak sebagai pembengkakan disekitar servik. Darah yang banyak ini (hyperaemie) tampak sebagai warna yang menkilap dan sangat merah. Ini merupakan tahap awal dari timbulnya penyakit gusi, peradangan disebabkan oleh plak yang terbentuk disekitar gusi. Iika pembersihan gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu membersihkan dan mengangakat plak yang terbentuk, hal itu bisa memproduksikan racun yang bisa menyebabkan iritasi pada lapisan luar gusi dan timbullah gingivitis. Jika gusi kita berdarah saat kita menyikat gigi atau membersihkan gigi kita dengan benang gigi. Pada tahap awal penyakit gusi ini, kerusakan lebih lanjut bisa bisa diatasi, asalkan tulang dan jaringan luar gusi yang menyangga gigi yang terinfeksi tersebut masih belum terinfeksi juga.
Penyakit gusi adalah penyebab utama kehilangan gigi. Penyakit gigi yang lebih dalam, meliputi infeksi tulang penyangga gigi sehinga terjadi gangguan pada perlekatan antara gigi dan tulang dan mengakibatkan :
a)      Adanya ruangan antara gigi
b)      Pergerakan gigi yang tidak normal.
c)      Berkurangnya jaringan gusi yang menutup gigi.
d)     Rasa nyeri dan perasaan tidak enak.
c.       Periodontitis
Periodontitis terdiri dari 2 :
1.    Periodontitis Marginalis
Peradangan dari jaringan penyangga gigi yang mengenai gingiva sampai dengan periodontal ligamen.
2.    Periodontitis Apikalis
Peradangan jaringan periodontal disekitar apek gigi sebagai akibat tertekan benda yang keras secara terus menerus ( Risha, 2006).

4.      Tanda klinis penyakit periodontal
Menurut Ramadhan (2010), penyakit periodontal bisa terjadi pada semua umur. Namun, karena penyakit ini berjalan cukup lama maka biasanya lebih banyak diderita oleh orang dewasa. Apabila penyakit periodontal terdeteksi pada tahap awal, kondisi kesehatan jaringan periodontal bisa kembali seperti semula.
Berikut ini gejala-gejala penyakit periodontal:
a.       Jaringan gusi terlihat berwarna merah, membengkak, dan konsistensinya lunak.
b.      Gusi mengeluarkan darah ketika menyikat gigi atau flossing.
c.       Pinggiran gusi menurun sehingga mahkota gigi Nampak lebih panjang.
d.      Terjadi kegoyangan gigi.
e.       Keluar nanah dari sela-sela gigi dan gusi.
f.       Bau mulut.

Menurut Melinda (2010), tahap-tahap perkembangan penyakit  periodontal:
1)   Gingivitis (peradangan pada gusi)
Gingivitis umumnya ditandai dengan penumpukan plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan bengkak. Selain itu sering kali terjadi pendarahan waktu menyikat gigi atau menggunakan benang gigi. Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan pembersihan sela gigi yang baik. Sebaliknya, bila hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis.

2)   Periodontitis awal
Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan tulang penyangga gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan karang gigi yang terus tumbuh kearah ujung akar gigi, akibatnya pelekatan jaringan penyangga gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyangga gigi. Kerusakan ini tidak dapat dipulihkan, tetapi penjalarannya dapat dihentikan dengan membersihkan karang gigi dan mengangkat jaringan yang mati.
Kadang-kadang, meskipun tulang penyangga menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal poket. Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup.
Tanda-tanda periodontitis awal sama seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal poket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan gerakan menghisap.
3)   Periodontitis lanjut
Tanda–tanda periodontitis tingkat lanjut adalah terjadinya perubahan cara menggigit, perubahan kecekatan gigi palsu, karena berkurangnya dukungan tulang penyangga gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyangga gigi, akar gigi terbuka, sehingga sensitive terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal sering kali dengan keluarnya nanah diantara gigi dan gusi bila ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyangga akan menyebabkan gigi akan goyang bahkan tanggal.

5.       Proses terjadinya penyakit periodontal
Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada didalam plak. Pada gingivitis mulanya disebabkan oleh plak yang ada pada gigi, sedangkan pada perodontitis, plak telah menyebar kebagian dalam gusi sehingga terjadi peradangan yang mengakibatkan hilangnya pelekatan gigi dan gusi. Hal ini menyebabkan terbentuknya kantung gusi. Kantung gusi ini mempermudah terjadinya infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat terbentuk nanah didalamnya. Kantung ini dapat menjadi semakin dalam dan menyebabkan kerussakan tulang gigi dan kemudian akan menyebabkan gigi goyah dan tanggal (Risha, dkk, 2005).   

B.     Etiologi Penyakit Periodontal
1.       Faktor Lokal
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat langsung pada jaringan periodonsium. Menurut Daliemunthe (2005), adapun faktor lokal penyebab utama penyakit periodontal adalah :
a.       Dental Plak
Permasalahan penyakit periodontal berawal dari pembentukan dental plak. Dental plak adalah deposit lunak berwarna putih kekuningan yang tersusun dari garam-garam saliva dan koloni mikroorganisasi mulut (pada umumnya streptococcus mutans). Dental plak merekat kuat pada [ermukaan gigi dan lokasi tersering adalah pada daerah tersembunyi disamping gigi yang malposisi. Pelekatannya memerlukan gosok gigi yang dengan tepat untuk dapat terlepas, tidak sekedar kumur-kumur. Dental plak yang melekat pada gigi dekat gusi, prosesnya akan berlangsung mulai marginal dan mengarah pada penyakit periodontal. 
b.      Karang Gigi (calculus)
Karang gigi adalah suatu endanpan keras yang terletak pada permukaan gigi berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan kasar. Karang gigi terdiri dari 2 macam, yaitu supra gingival dan sub gingival. Supra gingival calculus yang berwarna kekuning-kuningan, konsistensi lunak, terletak di atas gingiva dan berasal dari air ludah. Sedangkan sub gingival calculus berwarna kemerahan sampai berwarna hitam, konsistensi keras, terletak dibawah gingival dibawah gingival dan berasal dari serum darah.
c.    Materi Alba
Materi alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kekuning atau putih keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah dibandingkan plak dental. Materi alba merupakan kumpulan mikroorganisasi, sel-sel epitel deskuamasi, leokosit dan campuran protein saliva dengan lemak, dengan sedikit atau tanpa partikel makanan, serta tidak mempunyai poa susunan yang teratur seperti halnya plak penumpukan materi alba cenderung pada sepertiga gingival gigi dan pada gigi yang malposisi, materi alba bisa terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan hanya dalam beberapa jam. Efek pengiritasi dari materi alba terhadap gingival adalah berasal dari bakteri dan produksi bakteri.
d.   Debris Makanan
Debris makanan dengan cepat dilarutkan oleh enzim bakteri dan tersingkirkan dari rongga mulut dalam waktu 5 menit setelah makan, namun sebagian ada yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Pembersihan makanan dari rongga mulut diperngaruhi oleh aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi dan bibir, dan bentuk susunan gigi dan rahang. Plak dental bukanlah derivay debris makanan, dan debris makanan bukan penyebab gingivitis yang penting. Debris makanan harus dibedakan dengan sisa makanan yang fibrous yang terperangkap didaerah interproksimal pada keadaan impaksi makanan.
e.       Impaksi Maknanan (Food Impaction)
Impaksi makanan adalah terdesaknya makanan secara paksa ke periodonsium oleh tekanan oklusal. Impaksi makanan bisa terjadi pada permukaan interproksimal atau pada permukaan vestibula/oral. Selain impaksi yang disebabkan tekanan oklusal, bisa pula terjadi impaksi makanan lateral dimana sumber tekanan yang mendesak makanan adalah tekanan lateral dari lidah, pipi dan bibir. Impaksi makanan akan menimbulkan penyakit gingival dan periodontal dan memperhebat keparahan penyakit yang telah ada.
f.       Maloklusi dan Malposisi
Gigi geligi yang letaknya tidak teratur menyebabkan kontrol plak sukar bahkan bisa tidak mungkin dilakukan. Resensi gingival bisa terjadi pada gigi labioversi. Disharmoni oklusal yang disebabkan maloklusi dapat mencederai periodonsium. Overbite anterior yang berlebihan sering menyebabkan iritasi gingival pada rahang antagenesis. Open bite bisa menjurus keperubahan periodontal yang disebabkan penumpukan plak dan hilangnya fungsi.
g.      Perawatan Ortodonsi
Perawatan ortodonsi bisa berperan dalam menimbulkan penyakit atau kelainan pada periodonsium dengan berbagai cara.
1.      Retensi Plak
Piranti ortondonsi tidak saja cenderung mempermudah penumpukan plak dental dan debris makanan dengan akibat timbulnaya gingivitis, tetapi bisa pula memodifikasi ekosistem gingival. Dilaporkan bahwa setelah pemasaran cincin ortodonsi terjadi peningkatan proporsi prevotella melaninogenice, prevotella intermedia, dan actinomyces odoltolyticus, dan pengurangan flora anaerob/fakultatif didalam sulkus gingiva.
2.      Iritasi dari cincin ortodonsi
Pemasangan cincin ortodonsi yang dipaksakan terlalu jauh ke daerah subgingival bisa menyebutkan terpisahnya gingival dari dengan akibat migrasi epitel penyatu kearah apical sehingga timbul resensi gingiva.
3.      Tekanan dari piranti ortodonsi
Tekanan ortodonsi yang normal dapat diadaptasi oleh periodonsium berupa remodeling. Tekanan yang berlebihan bisa menimbulkan nekrose ligament periodontal dan tulang alveolar, yang pada umumnya bisa mengalami perbaikan apabila tekananya dikurangi. Namun demikian, apabila kerusakan mebibatkan ligament periodontal yang berada pada Krista tulang alveolar, kerusakannya adalah arreversibel. Tekanan ortodonsi yang terlalu berlebihan dapat pula menyebabkan resorpsi pada apeka akar gigi.
h.      Tidak digantinya gigi yang hilang
Pencabutan gigi yang tidak disertai pengertian dengan gigi tiruan dapat menimbulkan serangkaian perubahan yang menimbukan dampak bagi periodonsium. Apabila gigi molar pertama mandibula dicabut, perubahan awal yang terjadi adalah drifting (bergesernya) dan tilting (miring) gigi molar yang kedua dan ketiga mandibula, dan ekstrusi molar pertama maksila.Tonjolan distar molar kedua mandibula akan meninggi dan bertindak sebagai tonjol pendorong yang akan mendesak makanan keruang interproksimal di antara molar pertama maksila yang ekstrusi dengan molar kedua maksila. Apabila molar ketiga maksila tidak ada, tonjol distal molar kedua mandibula akan bertindak sebagai baji yang akan memisahkan kontak antara molar pertama dengan molar kedua maksila dan mendefinikasikan molar kedua maksila kedistal. Hal ini akan mengakibatkan impaksi makanan, inflamasi gingival, dan kehilangan tulang pada daerah  interproksimal antara molar pertama dan molar kedua maksila. 
i.        Iritasi bahan kimia
Obat kumur yang terlalu keras efeknya, tablet aspirin yang diletakkan pada kavitas gigi yang sedang berdenyut, obat-obatan dengan efek membakar, dan kontak tidak sengaja dengan bahan kimia seperti fenol dan perak nitra bisa menimbulakan inflasi akut dengan ilserasi pada gingival.
j.        Hubungan oklusi yang mencederai
Untuk memelihara kesehatan periodonsium diperlukan adanya tekanan oklusi sebagai stimulus. Periodonsium mempunyai kemampuan untuk mengadaptasi tekanan oklusal telah melampaui batas kempuan adaptasinya , periodonsium mengalami cidera yang dinamakn sebagai trauma karena oklusi (trauma from occlusion). Terjadinya tekanan oklusal yang melampaui batas kemampuan adaptasi periodonsium bisa karena tekanannya lebih besar dari normal, atau karena arah tekananya berubah tidak lagi partikal (arah tekanan yang paling dapat ditolerir oleh prodonsium). Atau karena kemampuan adaptasi periodonsium yang melemah akibat adanya kerusakan yang di sebabkan oleh inflamasi.

2.   Faktor Sistemik
Secara umum faktor-faktor sistemik tidak dapat memulai timbulnya penyakit periodontal, tetapi dapat mempercepat perkembangannya dan memperhebat kerusakan yang ditimbulkan. Menurut Dalimuthe (2005), Faktor sistemik adalah :
a.       Defisiensi nutrisi
Defisiensi nutrisi menyebabkan perubahan pada jaringan periodonsium, perubahan mana dikatagorikan sebagai manifestasi penyakit nutrisi pada periodonsium.
1.   Defisiensi vitamin C
Defisiensi vitamin C sering dikaitkan dengan penyakit periodontal. Defisiensi vitamin C memoerhebat respon gingival terhadap plak dan mempeparah oedema, pembesaran dan pendarahan yang terjadi akibat inflamasi yang disebabkan plak. Defisiensi vitamin C menghambat pembentukan  tulang yng akan mejurus ke hilangan tulang, kehilangan  tualang akibat kegagalan osteoblas membentuk osteoid (prekunor tulang) baru terjadi pada stadium akhir defisiensi.
2.   Defisiensi protein
Defisiensi protein menyebabkan terhambatnya aktivitas pembentukan tulang yang normal, dan semakin parah efek destruktif dari iritan local dan trauma oklusal terhadap jaringan periodonsium. Namun untuk dimulainya gingivitis dan keparahanya adalah tergantung pada iritan lokal.
b.      Penyakit Endokrin
Gangguan hormonal bisa mempengaruhi jaringan periodonsium secara langsung, sebagai manifestasi penyakit gingival dan periodontal, dan juga dapat menimbulkan perubahan anatomis di rongga mulut yang mempermudah penumpukan plak atau trauma karena oklusi.
1.      Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sangat penting dari sidit oandang periodonsia. Penyakit ini merupakan penyakit metabolisme  yang rumit yang ditandai dengan hipofungsi atau ketiadaan fungsi sel-β pulau-pulau langerhans pancreas, dengan akibat peningkatan level glikosa darah dan ekskresi gula melalui urin.
2.      Kehamilan
Kehamilan secara kesendirian tidak dapat menyebabkan gingivitis, gingivitis pada kehamilan disebabkan plak bakteri, sebagaimana pada orang yang tidak hamil. Kehamilan dapat memperparah respon gingival terhadap plak dan memodifikasi gambaran klinis yang menyertainya. Tanpa adanya iritan lokal tidak terlihat perubahan secara klinis pada gingival wanita yang sedang mengalami kehamilan. 
c.       Penyakit Darah
Dua jenis penyakit darah yang sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit periodontal adalah :
1.   Leukimia
Leukimia adalah neoplasma maligma pada prekusor sel darah putih, berdasarkan evolusinya leukemia di bedakan atas bentuk akut yang bersifat fatal dan sub akut serta kronis. pada leukemia akut sel-sel leukemia menginfiltrasi gingiva, dan jarang sekali bisa infiltrasi ketulang alveolar. Keadaan ini bisa menyebabkan terjadinya pembesaran gingival (leukemic gingival enlargement).
2.    Anemia
Anemia adalah defisiensi dalam kuantitas maupun kualitas darah yang dimanifestasikan dengan berkurangnya jumlah eritrosit dan hemoglobin. Adapun tipe anemia berdasarkan morfologi selulernya dan kandungan hemoglobinnya adalah anemia makrosistik hiperkromik (perniciosa anemia), anemia mikrositik hipokromik (iron deficiency anemia), dan anemia normatik-normokromik (hemolytic anemia / aplasilic anemia). Diantara keempat anemia tersebut, anemia aplastic yang turut berperan dalam etiologi penyakit gingival dan periodontal. Pada tipe anemia ini kerentanan gingival terhadap inflamasi meningkat karena terjadinya neutropenia.
3.      Penyakit Yang Melemahkan
Penyakit yang melemahkan (debilitating diseanses) seperti sifilis, sefritis kronis, dan tuberkulosa bisa menjadi faktor pendorong bagi terjadinya penyakit gingival dan periodontal, dengan jalan melemahkan pertahanan periodonsium terhadap iritan lokal, dan menimbulkan kecendrungan terjadinya gingivitis dan kehilangan tulang alveolar.
4.      AIDS / Infeksi HIV
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) ditandai dengan penurunan sistem imunitas yang menyolok. kondisi yang pertama kali dilaporkan tahun 1981 adalah disebabkan oleh virus yang dinamakan human immunodeficiency virus (HIV). Penurunan sistem imunitas pada penderita yang terinfeksi HIV  menyebabkan peningkatan kerentanannya terhadap penyakit gingival dan periodontal.
5.      Obat-obatan
Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hiperplasia gingiva non-inflamasi dengan gambaran klinik yang tidak dapat dibedakan obat-obatan dimaksud adalah fenitoin, siklosporin, nifedipin.

C.    Patogenesis Penyakit Periodontal
Seperti yang di jelaskan sebelumnya penyebab penyakit periodontal bersifat kronis, kumulatif, progresif. Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada dalam plak. Secara klinis penyakit periodontal pada mulanya terlihat peradangan jaringan gingiva di sekitar leher gigi dan warnanya lebih merah dari pada jaringan gingiva sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa pendarahan spontan atau pendarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat gigi (Paskah, 2007).




BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat studi kasus, yaitu menggali dan mengkaji Faktor Penyebab Penyakit Periodontal di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012.
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 sampai 29 November 2012.

C.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian diperoleh dari hasil wawancara peneliti kepada responden yaitu berjumlah 16 orang yang mengalami penyakit periodontal, teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu penelitian yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Tidak mewawancarai tentang kehamilan dan Leukimia atau kelainan darah, karena tidak di dapatkan masyarakat yang mengalami Leukimia atau kelainan darah, dan ibu hamil.

D.    Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Kuisioner
2.      Tape Recorder
E.     Pengumpulan Data
1.    Data Primer
Data ini diperoleh melalui hasil wawancara pada masyarakat bayu yang terkena penyakit periodontal.  Kuisioner berbentuk pertanyaan terbuka.
2.    Data Sekunder
Data yang di peroleh dari Puskesmas Darul Imarah, Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, serta buku-buku referensi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.

F.     Pengolahan Data
1.      Pengolahan data
Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan penulis lakukan adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap kembali kuisioner apakah sudah terisi dengan lengkap atau belum.
b.   Coding yaitu data yang telah terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode, sehingga lebih mudah dan sederhana
c.    Tabulating yaitu data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel.
2.      Analisis Data
Kumpulan data yang diolah, disajikan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau informasi, yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau konsep penelitian.




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Data Umum
1.      Demografi
Desa Bayu merupakan salah satu desa yang terletak di pemukiman Lampeunurut Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, dengan batas Wilayah sebagai berikut:
-          Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lamcot
-          Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Reueleh Tanjong
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lamreung
-          Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lampeunurut Gampong
Desa Bayu  mempunyai luas wilayah ± 13 hektar dengan jumlah penduduk yang mencapai 1.312 orang yang terdiri dari 694 jumlah penduduk laki-laki dan 618 jumlah penduduk perempuan, yang secara keseluruhan mencangkup dalam 313 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami 125 rumah dan terdiri atas 7 orang Kader di Desa tersebut. Desa Bayu merupakan salah satu Desa dalam wilayah kerja puskesmas Darul Imarah dengan jarak tempuh ke puskesmas sekitar 2,5 km.

B.       Data Khusus
Hasil wawancara yang dilakukan berdasarkan Kejadian penyakit periodontal ditinjau dari faktor sistemik, wawancara tidak dilakukan kepada semua masyarakat bayu yang terkena penyakit periodontal, tetapi dilakukan hingga jawabannya jenuh.
1.      Defisiensi nutrisi
Hasil wawancara dari aspek defisiensi nutrisi, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka apabila giginya sakit minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. Kurangnya masyarakat mengkonsumsi vitamin C  mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal, ini di karenakan defisiensi vitamin C yang kurang di dalam tubuh sehingga tidak dapat mencegah pendarahan yang terjadi akibat inflamasi yang di sebabkan oleh plak.
Selain itu, hasil dari wawancara masyarakat berpendapat mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga. Padahal vitamin C banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Selain itu, di sayuran juga ada yang mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya. Dan makanan yang mereka konsumsi setiap hari tidak selalu yang mengandung protein, misalnya sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, dan yang mengandung protein misalnya ikan, telur, daging, mereka hanya memilih salah satunya saja yaitu ikan atau telur yang mereka konsumsi.
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara beberapa masyarakat Bayu tentang defisiensi nutrisi sebagai berikut:
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu Sering mengkonsumsi vitamin C?
Responden      : Tidak…(berfikir)
                          Jarang Sekali…,karena itu tidak perlu, apabila saya gig sakit, saya
                          cuma minum obat.
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi buah-buahan setiap hari?
Responden      : Jarang...,kadang-kadang kalau ada kami konsumsi.
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu sering mengalami sariawan?
Responden      : Sering…
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu sering mengkonsumsi telur, ikan dan daging?
Responden      : ada…,tapi salah satunya..,yaitu ikan atau telur…, selain itu, saya
                          juga ada mengkonsumsi sayur-sayuran, tetapi tidak setiap hari.


2.      Penyakit Endokrin
Hasil wawancara dari aspek penyakit endokrin, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat penyakit diabetes tidak mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, dan akan mempengaruhi pada ketahanan tubuh saja. Misalnya mudah lelah.
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara beberapa masyarakat bayu tentang penyakit endokrin sebagai berikut:
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu menderita penyakit diabetes (darah manis)?
Responden      : ada…,
Peneliti            : Kapan Bapak/Ibu mengalami penyakit diabetes (darah manis)?
Responden      : Sudah 9 tahun saya menderita penyakit diabetes…
peneliti            : Apakah kesehatan Bapak/Ibu baik saja?
Responden      : tidak.., kondisi saya agak menurun, mudah capek…

3.      Penyakit Darah
Hasil wawancara dari aspek penyakit darah, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat anemia atau kurang darah sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan atau buah-buahan, misalnya pada timun dan semangka. setelah itu, kalau batuk menahun jarang terjadi pada kami, cuma sering pusing, badan mudah lelah dan mudah sariawan. setelah itu, ketahanan tubuh mulai menurun, mudah sakit.  
Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara beberapa masyarakat bayu tentang penyakit penyakit darah sebagai berikut:
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu mengalami penyakit anemia (kekurangan darah)?
Responden      : ada…, sudah lama tapi saya gak ingat lagi kapan sudah
                          mengalaminya…
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu Mengalami Penurunan sistem imunitas atau
                          kekebalan tubuh?
Responden      : ada… (berfikir)
                          Cuma saya agak cepat lelah…
Peneliti            : Apakah Bapak/Ibu sering mengkonsumsi obat-obatan yang efek
                          sampingnya mempengaruhi kinerja tubuh?
Responden      : ada…            , sekali-kali saya mengalami kejang-kejang…

C.  Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara kepada masyarakat bayu yang terkena penyakit periodontal yang dilakukan pada tanggal 27 sampai dengan 29 September 2012 dengan jumlah responden yang didapat sebanyak 16 orang. dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1.      Defisiensi nutrisi
Hasil wawancara dari aspek defisiensi nutrisi, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka apabila giginya sakit minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. Kurangnya masyarakat mengkonsumsi vitamin C  mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal, ini di karenakan defisiensi vitamin C yang kurang di dalam tubuh sehingga tidak dapat mencegah pendarahan yang terjadi akibat inflamasi yang di sebabkan oleh plak. selain itu, hasil dari wawancara masyarakat berpendapat mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga, maka buah-buahan yang sifatnya asam. padahal vitamin C banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Selain itu, di sayuran juga ada yang mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya. Dan makanan yang mereka konsumsi setiap hari tidak selalu yang mengandung protein, misalnya sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, dan yang mengandung protein misalnya ikan, telur, daging, mereka hanya memilih salah satunya saja yaitu ikan atau telur yang mereka konsumsi.
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih beranggapan bahwa mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka apabila giginya sakit minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga, maka buah-buahan yang sifatnya asam. padahal vitamin C banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Selain itu, di sayuran juga ada yang mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya.
Peneliti berasumsi masyarakat bayu merasa tidak perlu untuk mengkonsumsi vitamin C, karena mereka berfikir itu tidak perlu. Kurangnya konsumsi vitamin C berhubungan dengan gangguan pembentukan kolagen, padahal kolagen penting untuk memelihara integritas elemen penempelan gigi dan gusi. Selain itu, kolagen juga berperan sebagai pertahanan terhadap toksin bakteri dalam plak gigi sehingga tidak masuk ke pembuluh darah dalam gusi. (Manson, 1993).
2.      Penyakit Endokrin
Hasil wawancara dari aspek penyakit endokrin, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat penyakit diabetes tidak mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, dan akan mempengaruhi pada ketahanan tubuh saja. Misalnya mudah lelah.
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih beranggapan bahwa penyakit diabetes tidak mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, tetapi mereka beranggapan akan mempengaruhi pada ketahanan tubuh saja. Peneliti berasumsi bahwa adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan meningkatnya karies gigi dan memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah. Pada penderita diabetes melitus lebih parah dibandingkan dengan yang bukan penderita diabetes mellitus. Kadar gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan penderita diabetes beresiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mulut. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun, dan penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Menurut Novertasari (2010) penyakit diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan meningkatnya karies dan memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah. Kerusakan jaringan periodontal pada penderita diabetes mellitus lebih parah dibandingkan dengan yang bukan penderita diabetes mellitus, meskipun pada kelompok bukan penderita diabetes mellitus memiliki penumpukan plak yang lebih banyak dibandingkan pada kelompok penderita diabetes mellitus. Penumpukan plak itu akan membentuk karang gigi dan kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga menyebabkan lepasnya gigi. 
Keadaan adanya diabetes mellitus merupakan suatu tanda meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dimana diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi penting terhadap timbulnya infeksi. Di dalam mulut diabetes mellitus dapat meningkatkan jumlah bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan jaringan periodontal. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hiperlipidemi dijumpai adanya inflamasi gingival yang parah dan hilangnya perlekatan pada jaringan periodontal. Berkembangnya penyakit periodontal dengan diabetes mellitus mengakibatkan kerusakan pada jaringan periodontal lebih parah sehingga gigi menjadi goyah dan akhirnya lepas. Gusi membengkak sehingga gigi tampak keluar    ( Made, 2003).
3.      Penyakit Darah
Hasil wawancara dari aspek penyakit darah, didapatkan bahwa sebagian masyarakat yang diwawancarai berpendapat anemia atau kurang darah sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan atau buah-buahan, misalnya pada timun dan semangka. setelah itu, kalau batuk menahun jarang terjadi, cuma sering pusing, badan mudah lelah dan mudah sariawan. setelah itu, ketahanan tubuh mulai menurun, mudah sakit.  
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang di wawancarai masih beranggapan bahwa kurang darah atau anemia dapat menyebabkan pusing, badan lemas., dan mudah sariawan, tidak berpengaruh pada kesehatan gigi. Obat-obatan yang mereka konsumsi dapat mempengaruhi kondisi tubuh mereka misalnya kejang-kejang. Penulis berasumsi bahwa masyarakat bayu tidak mengetahui bahwa anemia sangat berpengaruh dengan kesehatan gigi.
Penyakit yang melemahkan (debilitating diseases) seperti sifilis, nefritis kronis, dan tuberkulosa bisa menjadi faktor pendorong bagi terjadinya penyakit gingival dan periodontal, dengan jalan melemahkan pertahanan periodonsium terhadap iritan local, dan menimbulkan kecenderungan terjadinya gingivitis dan kehilangan tulang alveolar. Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hyperplasia gingival non-inflamasi dengan gambaran klinis yang tidak dapat dibedakan. Obat-obatan yang dimaksud adalah Fenitoin atau dilantin, suatu antikonvulsan yang digunakan dalam perawatan epilepsy, Siklosporin, suatu imunosupresif yang biasa digunakan untuk mencegah reaksi tubuh dalam pencangkokan anggota tubuh, dan Nifedipin, diltiazem, dan verapamil, yaitu penghambat kalsium (calcium blocker) yang digunakan dalam perawatan hipertensi.  ( Daliemunthe, 2008)



BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 


A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Kejadian Penyakit Periodontal ditinjau Dari Faktor Sistemik di Desa Bayu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat bayu masih kurang dari aspek defisiensi nutrisi dapat dilihat bahwa masyarakat bayu berpendapat mengkonsumsi vitamin C tidak perlu, karena menurut mereka vitamin C tidak akan mempengaruhi kesehatan tubuh, dan apabila giginya sakit, mereka hanya minum obat saja baik itu dalam bentuk tablet maupun serbuk. Masyarakat bayu belum mengetahui manfaat dari vitamin C. Selain itu, menurut masyarakat bayu mengkonsumsi buah-buahan tidak perlu setiap hari tetapi hanya pada waktu perlu saja. Buah-buahan yang mengandung vitamin C yang mereka ketahui yaitu yang bersifat asam contohnya Jeruk, mangga itu saja.
2.      Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat bayu masih kurang dari aspek penyakit endokrin, dapat dilihat bahwa masyarakat bayu yang berpendapat penyakit diabetes tidak mempengaruhi pada kesehatan gigi mereka, akan tetapi mempengaruhi pada ketahanan tubuh saja. Karena masyarakat bayu belum pernah mendengar info bahwa penyakit diabetes dapat mengalami masalah kesehatan gigi dan  mulut.
3.      Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat bayu masih kurang dalam aspek penyakit darah ini dapat dilihat dari kurang darah atau anemia dapat menyebabkan pusing, badan lemas, obat-obatan yang mereka konsumsi dapat mempengaruhi kondisi tubuh mereka.

B.     Saran
1.    Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat bayu hendaknya memperbanyak informasi kesehatan gigi dan mulut, menumbuh kembangkan kesadaran dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Selain itu masyarakat juga harus menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur dan benar, agar sisa-sisa makanan pada permukaan gigi dapat terangkat, sehingga terhindar dari penyakit gigi dan mulut khusunya pada penyakit periodontal, dan diharapkan masyarakat juga melakukan pembersihan karang gigi yang merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit periodontal.
2.      Bagi Petugas Kesehatan Gigi
Bagi petugas diharapkan lebih aktif dalam mempromosikan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan memberikan penyuluhan secara rutin, sehingga dapat menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjjaga kebersihan gigi dan mulut. 




DAFTAR PUSTAKA

Anitasari, S, Rahayu, N, E, 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar. Journal Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda.

Barnes, Ian E, 2006. Perawatan Gigi Terpadu unruk Lansia. EGC, Hal : 25. Jakarta

Daliemunthe, S I, 2005. Periodonsia, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Depkes RI., 1995. Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan            Mulut Di Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.

                    ., 1996 Oral Diagnostik. hal. 33-7, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta.
                       
                     .,  2009, Undang-Undang Kesehatan, No. 36. Jakarta.
                       
Evy, 2006. Upaya Pencegahan Penyakit Periodontal,  http//analisaonline.com. di akses 25 Juni 2012.

Fedi.P.F, Arthur.R, Vernino, dan Jhon.I.G, 2004. Silabus Periodonti, hal. 13. EGC, Jakarta.

Kanal Paskah, LS, 2007. Pencegahan Penyakit Periodontal, http//yahoo.com. di akses 26 Juni 2012.

Katherinearta, 2009. Prevalensi Penyakit Periodontal, http//google.com. di akses 26 Juni 2012.

Manson. J. D dan Eley. B. M, 1993. Buku Ajar Periodonti, hal. 49-80, Hipokrates, Jakarta.

Megananda, dkk, 2011, Ilmu Pencegahan Jaringan Penyakit Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGD.

Melinda, 2010, Kesehatan Penyakit Periodontal Dalam Rongga Mulut, Diakses 28 Juli 2012, http;//gkisuryautama.org/artikel.php.id.

Made Ayu Lely Suratri, dkk, 2003. Kegoyahan Gigi Pada Penderita Diabetes Mellitus: Pengaruh Kadar Glukosa Darah yang Terkontrol terhadap Penurunan Derajat Kegoyahan Gigi. diakses 28 Juli 2012 http://digilib.litbang.depkes.go.id

Novestasari, 2010, Hubungan Penyakit Periodontal Dengan Diabetes Melitus.   Diakses 28 Juli 2012, http://blisha.woordpress.com/2010/10/28.

Ramadhan A, Gilang, 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta.                                

Risha, dkk. 2006. Kurang Vitamin C Bisa Ompong,  www.google.co.id di akses 26 Juni 2012.

Situmorang N, 2004, Profil Penyakit Periodontal Di Dua Kecamatan Kota Medan Tahun 2004 Dibandingkan Dengan Kesehatan Gigi dan Mulut tahun 2010 (WHO). Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG USU, Medan.

Susanto, 2009. Periodontal. Diakses 28 Juli 2012, Http//www.Google.co.id

0 komentar:

Posting Komentar