Sabtu, 03 Desember 2016

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT KARIES GIGI SULUNG PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN 2007

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Kesehatan gigi sangat erat kaitannya dengan apa yang kita konsumsi. Seringkali para orang tua terutama ibu, rajin mengingatkan anak-anaknya untuk menjauhi makanan serba manis terutama permen. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak terhindar dari penyakit gigi atau karies gigi. Menurut A.H.B Schuurs, karies gigi atau gigi keropos adalah sebagai penyakit kronik dari jaringan keras gigi yang disebabkan demineralisasi email oleh bakteri yang ada pada plak, pada tahap akhir karies ini menyebabkan kerusakan gigi dan gigi berlubang.
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (John Besford, 1996: 14).
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,  sukrosa  (gula)  dari  sisa  makanan  dan  bakteri  berproses  menempel  pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Ismu Suwelo, 1992: 19).
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Rasinta Tarigan, 1992, 34).
Namun, faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah gigi dan air ludah, mikroorganisme penyebab karies, substrat ( makanan ) serta waktu sebagai faktor tambahan. Gigi yang tidak beraturan (crowding) dan air ludah yang banyak serta konsisitensinya kental, sangat mudah terserang karies. Mikroorganisme penyebab karies adalah bakteri dari jenis Streptococcus dan Lactobacillus. Makanan yang kariogenik adalah makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan coklat (Jhon Besford, 1996: 14).
Gigi yang mudah sekali terserang karies gigi adalah gigi sulung (gigi anak) karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Oleh karena itu, dalam mencegah kerusakan gigi harus dilakukan sedini mungkin. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email yang merupakan jaringan terkeras dari gigi. Bila jaringan kariesnya tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan terus menjalar ke dalam kamar pulpa (ruangan pembuluh saraf dan pembuluh darah di dalam gigi) yang bisa menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Ismu Suwelo, 1992: 29).
Berdasar data yang diperoleh dari Puskesmas Sekaran menunjukkan angka kejadian karies gigi anak-anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah penderita karies sebanyak 173, sedang pada tahun 2006 jumlah penderita karies gigi mengalami peningkatan sebesar 49,18% yaitu sebanyak 263 anak.
Taman Kanak Kanak yang diteliti dalam penelitian ini yaitu TK Raudlotul Huda, TK Sekar Mekar dan TK Al Iman berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sekaran. Masing –masing sekolah mempunyai siswa yang berusia rata- rata 4-6 tahun. Sebagian besar dari mereka sangat gemar mengkonsumsi makanan jajanan terutama makanan manis misalnya permen, karena selain rasanya manis, harganya yang relatif murah, mudah didapat, permen juga dijual dengan berbagai bentuk dan warna yang disukai anak-anak. Distribusi makanan manis seperti permen di 3 kawasan TK di desa Sekaran cukup baik, karena di masing-masing sekolah memiliki kantin maupun penjaja makanan yang menyediakan makanan manis maupun jajanan lainnya. Akibatnya 85% atau sejumlah 140 siswa di 3 TK tersebut mengalami karies gigi.
Berdasarkan fenomena di atas penulis ingin meneliti mengenai hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di desa Sekaran kecamatan Gunungpati Semarang.
B.  Rumusan Masalah
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Prevalensi karies gigi di 3 TK desa Sekaran cukup tinggi yaitu sebesar 85 %. Hal tersebut dikarenakan tingginya kegemaran anak-anak dalam mengkonsumsi makanan ataupun minuman manis namun tidak diimbangi dengan perawatan gigi yang baik seperti menggosok gigi.
Dari latar belakang diatas, penulis menentukan rumusan masalah yaitu : Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran?
C.  Tujuan Penelitian
a.    Tujuan Umum
1.   Mengetahui hubungan antara kosumsi makanan kariogenik dengan timbulnya penyakit kariess gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran.
2.    Mengetahui hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak usia 4-6 tahun di 3 TK Desa Sekaran.
b.    Tujuan Khusus
1.     Mengetahui tingkat kegemaran mengkonsumsi makanan kariogenik pada anak usia 4-6 tahun di 3 TK Desa Sekaran.
2.    Mengetahui kebiasaan menggosok gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran.
3.    Mengetahui jumlah kasus karies gigi di 3 TK Desa Sekaran.
4.    Mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran.
D.  Manfaat Penelitian
1.     Bagi Orang Tua Siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi anak dan perawatannya.
2.    Bagi instansi terkait (Puskesmas, Posyandu, Kader Kesehatan)
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan wacana mengenai karies gigi sehingga dapat menyebarkan informasi mengenai kesehatan gigi pada masyarakat luas.
3.    Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya mengenai hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan penyakit karies gigi.
E.  Ruang Lingkup Penelitian
1.     Ruang Lingkup Tempat
2.    Ruang Lingkup Waktu
3.    Ruang Lingkup Materi


BAB II
LANDASAN TEORI

A.  PENGERTIAN GIGI

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah (Rasinta Tarigan, 1992: 1).
1.   Bagian-Bagian Gigi
a.    Email yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam bahasa Inggris disebut Crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih kersa dari tulang. Email tersusun atas air 2,3%, bahan organik 1,7%, bahan anorganik 96%.
b.    Dentin yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan anorganik.
c.    Jaringan pulpa jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ruang dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe. pembuluh darah arteri/vena, dan urat syaraf.
d.    Sementum yaitu yaitu bagian yang meliputi seluruh lapisan luar gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk/ujung akar gigi disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan dentin, sementum terdiri atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan anorganik 56 % (Ircham Mc, 2005: 26).
2.  Susunan Gigi Anak TK
Gigi sulung sulung bila tumbuh lengkap berjumlah 20 buah, masing-masing 10 gigi di rahang atas dan 10 gigi di rahang bawah, yang terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan 4 gigi geraham. Gigi geraham pada gigi sulung hanya satu macam, sedangkan pada gigi tetap terdapat dua macam sehingga dibedakan menjadi gigi geraham besar dan gigi geraham kecil. Jumlah gigi tetap seluruhnya 32 buah (Ismu Suwelo, 1992: 6).
Saat gigi sulung tanggal, biasanya bersamaan dengan saat gigi tetap (gigi dewasa) tumbuh, tetapi ada pengecualian pada gigi geraham besar. Gigi geraham besar pertama mulai tumbuh pada umur 6-7 tahun. Gigi geraham ini bukan gigi pengganti, artinya gigi ini langsung muncul pada deretan di belakang gigi-gigi sulung, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Jadi, gigi ini (dan juga gigi geraham besar lainnya) tumbuh tidak menggantikan gigi sulung, sedangkan gigi lainnya, geraham kecil, taring, dan seri akan tumbuh menggantikan gigi pendahulunya (gigi sulung) (Ismu Suwelo, 1992: 6).
3.   Periode Pertumbuhan Gigi Anak
Pertumbuhan gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi dan diikuti dengan perubahan psosisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Pada umumnya, gigi sulung pertama kali akan muncul pada usia 6 bulan sesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai muncul pada usia 2,5 tahun, yang ditandai dengan gigi geraham sulung kedua telah mencapai kontak dengan gigi antagonisnya (Rasinta Tarigan, 1992: 16).
Urutan pertama gigi sulung yang tumbuh adalah gigi seri bagian bawah (biasanya pada usia 6-9 bulan), kemudian disusul dengan gigi seri bagian atas. Gigi seri kedua, yaitu gigi yang tumbuh disamping gigi seri pertama akan tumbuh saat usia 7-10 tahun bulan. Terkadang gigi seri kedua di rahang bawah tumbuh lebih dulu sebelum gigi seri kedua di rahang atas. Kemudian, satu gigi geraham depan tumbuh pada usia 16-20 bulan. Gigi taring juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi geraham kedua tumbuh pada usia 20-30 bulan. Pada akhirnya, akar gigi sulung terbentuk sempurna pada usia 3 tahun. Kemudian,satu persatu gigi sulung akan tanggal dan akan digantikan dengan gigi permanen yang jumlahnya  32  buah,  yang  dimulai  saat  anak  berusia  5-6  tahun  sampai  gigi geraham bungsu muncul pada usia  19-22 tahun (Rasinta Tarigan, 1992: 18).
4.  Gigi Berdasarkan Fungsinya
Gigi berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a.    Gigi Seri (Insisivus)
Gigi seri ada 4 buah diatas dan 4 buah di bawah, seluruhnya ada 8. Tugasnya yaitu memotong dan menggiling makanan.
b.    Gigi Taring (Caninus)
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Terletak di sudut mulut, bentuk mahkota meruncing, berfungsi untuk merobek makanan.
c.    Gigi Geraham Kecil (Premolar)
Geraham merupakan pengganti gigi geraham sulung, letak gigi ini di belakang gigi taring, berjumlah 8, 4 di atas dan 4 di bawah, yaitu 2 kanan dan 2 kiri. Fungsinya membantu bersama dengan geraham besar menghaluskan makanan.
d.    Gigi Geraham Besar (Molar)
Gigi geraham besar terletak di belakng gigi geraham kecil, jumlahnya 12. Atas 6 dan bawah 6, masing-masing 3 buah (permukaan tebal dan bertonjol-tonjol), berfungsi untuk menggiling makanan (Ircham Mc, 1993: 19).
5.  Fungsi Gigi Sulung
Meskipun terlihat sepele dan kurang diperhatikan, dari fungsi ternyata gigi sulung memegang peranan penting dalam menjaga kenormalan fungsi bicara anak. Anak-anak dengan gigi sulung kurang bertumbuh sehat, berlubang, dan tanggal  sebelum  waktunya,  perkembangan  fungsi  bicaranya  bisa  terganggu. Dalam jangka panjang, bias berakibat menurunkan kepercayaan diri sang anak. Sebaliknya, jika gigi sulung berkembang dan tanggal sesuai jadwal, gigi jadwal, gigi geligi permanent pun bias tumbuh dengan baik. Dengan kata lain, gigi sulung bermanfaat untuk mempertahankan ruangan bagi geligi permanent (John Besford, 1996: 14).
B.  PENYAKIT GIGI PADA ANAK
Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, seperti Streptococcus mutans. Plak akan melarutkan lapisan email pada gigi yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis. Terjadinya plak sangat singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah makan. Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhhirnya merusak email hingga melubangi gigi (John Besford, 1996: 19).

0 komentar:

Posting Komentar