BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kesehatan gigi
sangat erat kaitannya dengan apa yang kita konsumsi.
Seringkali para orang tua terutama ibu,
rajin mengingatkan anak-anaknya untuk menjauhi makanan
serba manis terutama permen.
Hal tersebut dilakukan
agar anak-anak terhindar dari penyakit gigi atau karies gigi. Menurut A.H.B Schuurs, karies gigi atau gigi keropos adalah sebagai penyakit
kronik dari jaringan
keras gigi yang disebabkan demineralisasi email oleh bakteri yang ada pada plak, pada tahap akhir karies ini
menyebabkan kerusakan gigi dan gigi berlubang.
Karies gigi merupakan
salah satu penyakit gigi dan mulut
yang paling sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang
erat hubungannya dengan konsumsi makanan
ataupun minuman yang
kariogenik. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu lebih
diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini
kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan.
Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan
salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan
pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum
namun masih ada kekeliruan baik dalam
pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya
(John Besford, 1996: 14).
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi, sukrosa (gula)
dari sisa makanan
dan bakteri berproses
menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang
menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi
karies gigi. Pada awalnya, lesi
karies berwarna putih akibat
dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Ismu
Suwelo, 1992: 19).
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies
gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi,
susunan gigi-geligi di rahang, derajat
keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan
dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok
gigi, jumlah dan frekuensi makan
makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan
penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies
gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
(Rasinta Tarigan, 1992, 34).
Namun, faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah gigi dan air ludah, mikroorganisme penyebab karies,
substrat ( makanan ) serta waktu sebagai faktor tambahan. Gigi yang tidak beraturan (crowding) dan air ludah yang banyak serta konsisitensinya kental, sangat mudah terserang karies. Mikroorganisme penyebab karies
adalah bakteri dari jenis Streptococcus
dan Lactobacillus. Makanan yang
kariogenik adalah makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula
(permen) dan coklat (Jhon Besford, 1996: 14).
Gigi yang mudah
sekali terserang karies
gigi adalah gigi sulung (gigi anak) karena struktur giginya lebih
tipis dan lebih kecil dibandingkan
dengan gigi dewasa (gigi tetap).
Oleh karena itu, dalam mencegah kerusakan
gigi harus dilakukan sedini mungkin. Penjalaran karies mula-mula
terjadi pada email yang merupakan jaringan terkeras dari gigi. Bila
jaringan kariesnya tidak segera dibersihkan dan ditambal,
karies akan terus menjalar ke dalam kamar pulpa (ruangan pembuluh saraf dan pembuluh darah di dalam gigi) yang bisa menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Ismu Suwelo, 1992: 29).
Berdasar data yang diperoleh dari
Puskesmas Sekaran menunjukkan angka kejadian karies gigi anak-anak
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah penderita karies
sebanyak 173, sedang pada tahun 2006 jumlah penderita karies gigi mengalami peningkatan
sebesar 49,18% yaitu sebanyak 263 anak.
Taman Kanak Kanak yang diteliti dalam penelitian ini yaitu TK Raudlotul
Huda, TK Sekar Mekar dan TK Al Iman berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sekaran. Masing –masing
sekolah mempunyai siswa yang berusia
rata- rata 4-6 tahun. Sebagian besar dari mereka sangat gemar mengkonsumsi makanan jajanan
terutama makanan manis misalnya permen, karena selain rasanya
manis, harganya yang relatif
murah, mudah didapat, permen juga dijual dengan berbagai bentuk dan warna
yang disukai anak-anak. Distribusi makanan manis
seperti permen di 3 kawasan TK di desa Sekaran cukup baik, karena di
masing-masing sekolah memiliki kantin maupun penjaja makanan yang menyediakan makanan manis maupun jajanan lainnya.
Akibatnya 85% atau sejumlah 140 siswa di 3 TK tersebut mengalami karies gigi.
Berdasarkan fenomena
di atas penulis ingin meneliti mengenai
hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan
timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di
desa Sekaran kecamatan Gunungpati Semarang.
B. Rumusan Masalah
Karies
gigi merupakan penyakit jaringan
keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi
makanan ataupun minuman yang kariogenik. Prevalensi karies gigi
di 3 TK desa Sekaran cukup tinggi yaitu sebesar 85 %. Hal tersebut dikarenakan tingginya kegemaran anak-anak dalam mengkonsumsi makanan ataupun minuman manis namun
tidak diimbangi dengan perawatan gigi
yang baik seperti menggosok gigi.
Dari latar
belakang diatas, penulis menentukan
rumusan masalah yaitu :
Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan
menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak pra
sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran?
C. Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan antara kosumsi makanan kariogenik
dengan timbulnya penyakit kariess gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6
tahun di Desa Sekaran.
2.
Mengetahui hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan
timbulnya penyakit karies gigi sulung pada anak usia 4-6 tahun di 3 TK Desa
Sekaran.
b.
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui tingkat kegemaran mengkonsumsi makanan
kariogenik pada anak usia 4-6 tahun di 3 TK Desa Sekaran.
2.
Mengetahui kebiasaan menggosok
gigi pada anak pra sekolah
usia 4-6 tahun di Desa Sekaran.
3.
Mengetahui jumlah kasus karies gigi
di 3 TK Desa Sekaran.
4.
Mengetahui hubungan antara
konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan
menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi
pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Sekaran.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Orang Tua Siswa
Diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai kesehatan gigi
anak dan perawatannya.
2.
Bagi instansi terkait (Puskesmas, Posyandu,
Kader Kesehatan)
Diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan wacana mengenai karies gigi sehingga dapat menyebarkan
informasi mengenai kesehatan
gigi pada masyarakat luas.
3.
Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian khususnya mengenai
hubungan antara konsumsi makanan
kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan penyakit karies gigi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang Lingkup Tempat
2.
Ruang Lingkup Waktu
3.
Ruang Lingkup Materi
BAB
II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN GIGI
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi
pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah
(Rasinta Tarigan, 1992: 1).
1. Bagian-Bagian Gigi
a.
Email yaitu lapisan terluar gigi yang
meliputi seluruh corona, dalam bahasa Inggris disebut Crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih kersa dari tulang.
Email tersusun atas air 2,3%, bahan organik 1,7%, bahan anorganik 96%.
b.
Dentin yaitu bagian yang terletak di
bawah email, merupakan bagian
terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih
lunak dari email. Dentin tersusun
atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan
anorganik.
c.
Jaringan pulpa jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang
terdapat di dalam kamar pulpa/ruang dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe.
pembuluh darah arteri/vena, dan urat syaraf.
d.
Sementum yaitu yaitu bagian yang meliputi seluruh
lapisan luar gigi, kecuali pada
bagian lubang pucuk/ujung akar gigi disebut
foramen apikalis. Sama seperti
email dan dentin, sementum
terdiri atas air 32 %,
bahan organik 12 % dan bahan anorganik 56 % (Ircham Mc, 2005:
26).
2. Susunan Gigi Anak TK
Gigi
sulung sulung bila tumbuh lengkap
berjumlah 20 buah, masing-masing
10 gigi di rahang atas dan 10 gigi di rahang bawah, yang terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi
taring, dan 4 gigi geraham. Gigi geraham
pada gigi sulung hanya satu macam, sedangkan pada gigi tetap terdapat dua macam
sehingga dibedakan menjadi gigi geraham besar dan gigi geraham kecil.
Jumlah gigi tetap seluruhnya 32 buah (Ismu Suwelo,
1992: 6).
Saat gigi
sulung tanggal, biasanya bersamaan
dengan saat gigi tetap (gigi dewasa) tumbuh, tetapi ada pengecualian pada gigi geraham besar. Gigi geraham besar pertama mulai tumbuh pada umur 6-7 tahun. Gigi geraham
ini bukan gigi pengganti, artinya gigi ini langsung muncul pada deretan di belakang gigi-gigi
sulung, baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Jadi, gigi ini (dan juga gigi geraham besar lainnya) tumbuh tidak menggantikan gigi sulung, sedangkan
gigi lainnya, geraham kecil, taring,
dan seri akan tumbuh menggantikan gigi pendahulunya (gigi sulung) (Ismu Suwelo, 1992: 6).
3. Periode Pertumbuhan Gigi Anak
Pertumbuhan
gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi dan diikuti dengan perubahan psosisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Pada umumnya, gigi sulung pertama kali akan muncul
pada usia 6 bulan sesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai muncul pada usia 2,5 tahun, yang ditandai dengan gigi geraham sulung kedua telah mencapai kontak dengan gigi
antagonisnya (Rasinta Tarigan, 1992: 16).
Urutan
pertama gigi sulung yang tumbuh adalah gigi seri bagian bawah (biasanya pada usia 6-9 bulan), kemudian
disusul dengan gigi seri bagian
atas. Gigi seri kedua, yaitu gigi yang tumbuh
disamping gigi seri pertama akan tumbuh saat usia 7-10 tahun bulan. Terkadang
gigi seri kedua di rahang bawah tumbuh lebih
dulu sebelum gigi seri kedua di rahang atas. Kemudian, satu gigi geraham depan tumbuh pada usia 16-20
bulan. Gigi taring
juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi geraham
kedua tumbuh pada usia 20-30 bulan. Pada akhirnya,
akar gigi sulung terbentuk sempurna pada usia 3 tahun. Kemudian,satu persatu gigi sulung akan tanggal dan akan digantikan dengan gigi permanen yang jumlahnya 32
buah, yang dimulai saat anak berusia
5-6 tahun sampai
gigi geraham bungsu muncul pada usia 19-22
tahun (Rasinta Tarigan, 1992: 18).
4. Gigi Berdasarkan Fungsinya
Gigi
berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a.
Gigi Seri (Insisivus)
Gigi seri ada 4 buah diatas dan 4 buah di bawah,
seluruhnya ada 8. Tugasnya
yaitu memotong dan menggiling
makanan.
b.
Gigi Taring (Caninus)
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Terletak
di sudut mulut, bentuk mahkota meruncing,
berfungsi untuk merobek
makanan.
c.
Gigi Geraham Kecil (Premolar)
Geraham merupakan pengganti gigi geraham sulung, letak gigi ini di belakang
gigi taring, berjumlah 8, 4 di atas
dan 4 di bawah, yaitu 2 kanan dan 2 kiri. Fungsinya membantu bersama dengan geraham besar menghaluskan
makanan.
d.
Gigi Geraham Besar (Molar)
Gigi geraham besar
terletak di belakng gigi geraham kecil, jumlahnya 12. Atas 6 dan bawah 6, masing-masing 3 buah (permukaan
tebal dan bertonjol-tonjol), berfungsi untuk
menggiling makanan (Ircham Mc, 1993: 19).
5. Fungsi Gigi Sulung
Meskipun terlihat sepele dan kurang diperhatikan, dari fungsi ternyata gigi sulung memegang peranan penting
dalam menjaga kenormalan fungsi bicara anak. Anak-anak dengan gigi sulung
kurang bertumbuh sehat, berlubang, dan tanggal sebelum
waktunya, perkembangan fungsi bicaranya bisa terganggu.
Dalam jangka panjang, bias berakibat menurunkan kepercayaan diri sang anak. Sebaliknya, jika gigi sulung
berkembang dan tanggal sesuai jadwal, gigi jadwal, gigi geligi permanent pun bias tumbuh dengan baik. Dengan kata lain, gigi sulung bermanfaat untuk mempertahankan ruangan bagi geligi permanent (John Besford, 1996: 14).
B. PENYAKIT GIGI PADA ANAK
Secara umum penyakit yang menyerang
gigi dimulai dengan adanya
plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan
yang mengendap pada lapisan gigi yang
kemudian berinteraksi dengan bakteri
yang banyak terdapat dalam mulut, seperti
Streptococcus mutans. Plak akan melarutkan
lapisan email pada gigi yang lama kelamaan lapisan
tersebut menipis.
Terjadinya plak sangat
singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah
makan. Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhhirnya merusak
email hingga melubangi
gigi (John Besford,
1996: 19).
0 komentar:
Posting Komentar