Minggu, 04 Desember 2016

Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata sosial masyarakat Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan serta anak-anak dan dewasa.
Indonesia belum mempunyai angka spesifik mengenai penyakit gigi secara nasional dan untuk memperoleh angka spesifik tersebut harus dimulai dari strata pemerintahan yang paling rendah yaitu desa.
Permasalahan tersebut diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai indeks karies dengan melakukan penelitian mengenai indeks DMF-T dan def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasikan masalah mengenai berapa indeks DMF-T dan def-t di di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
C.  Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran umum kesehatan gigi masyarakat di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang sebagai patokan untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan penilaian program kesehatan gigi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui indeks karies dengan melihat indeks DMF-T dan indeks def-t.
D.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penyusunan pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut bagi pelaksana kesehatan setempat dan sebagai bahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
E.   Kerangka Pemikiran
Upaya kesehatan gigi dan mulut adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan gigi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu program yang ada dalam upaya tersebut adalah program Sehat Gigi dan Mulut 2020. Program ini ditetapkan karena dari hasil survey Departemen Kesehatan tahun 1999 diperoleh data bahwa penyakit gigi yang paling sering ditemukan adalah karies gigi, yang ditemukan pada semua usia dan lapisan masyarakat (Moeis,2004)

Untuk menyokong program tersebut diperlukan adanya pelaksanaan program kesehatan gigi dari tingkat terendah, dimana dalam pembuatan program tersebut diperlukan data awal untuk membuat program baik itu program perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan penilaian sehingga peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dapat terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi Karies

Karies berasal dari bahasa latin yaitu karies yang artinya kebusukan. Definisi sederhana karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organic yang akhirnya terjadi kavitas (Schuurs, 1992).
Menurut Sumawinata (2000), karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapt difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah pH kritis, sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Tanda karies adalah terjadinya demineralisasi mineral email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian organiknya.
Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh mikroorganisme (Pine, 1997). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal,1991).
Newburn mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bacterial yang menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Darwita,2004).
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karies  gigi adalah suatu proses kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.
Permasalahan tersebut diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai indeks karies dengan melakukan penelitian mengenai indeks DMF-T dan def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
B.  Etiologi Karies
Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari 4 faktor utama yaitu inang dan gigi,  mikroorganisme di dalam plak, substrat dan waktu (Pine, 1997).
1.   Mikroorganisme
Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri plak sangat dominant dalam karies gigi adalah streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi sepertiga gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
2.  Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptococcus mutans didalamnya.
Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1991)
3.  Inang atau Gigi
Faktor-faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu :
a)    Bentuk
Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies.
b)   Posisi
Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies
c)    Struktur
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).
4.  Waktu
Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara klinis terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun (Pine, 1997).
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode kerusakan dan perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Kidd & Bechal, 1991).
C.  Gambaran Klinis Karies Gigi
Menurut Kid & Bechal, 1991, Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi tempat karies itu timbul. Karies dapat dimulai pada fit dan fisur atau pada permukaan licin.  Karies permukaan licin berawal dari email atau sementum dan dentin akar yang terbuka atau yang terkenal dengan karies akar. Karies dapat terjadi pada tepi restorasi atau dikenal dengan karies rekurn/sekunder.
Gambaran karies :
a)    Karies pada fit dan fisur (fit and fissure caries)
Perkembangan karies dimulai pada fit dan fisur gigi yang rumit. Dari berbagai bentuk variasinya, semuanya diawali dengan tanda-tanda dini sampai kerusakan yang sempurna.
b)   Karies permukaan licin gigi (Smooth surface caries)
Karies permukaan licin gigi biasanya ditemukan pada daerah titik kontak pada interproksimal gigi, tetapi dapat terjadi pada permukaan licin lain pada gigi. Gambaran klinis karies ini pada mulanya merupakan suatu daerah putih seperti kapur secara bertahap manjadi kasar sesuai dengan rusaknya email. Akhirnya terbentuk kavitas yang terbuka dan selanjutnya akan menyebar sama seperti karies pit dan fisur.
c)    Karies servikal (Cervical caries)
Karies ini menyerang bagian servikal gigi dengan dentin terbuka, tetapi gambarannya tidak sama dengan karies pit dan fisur. Dentin mulai pecah dan luruh, membentuk kavitas yang terbuka dari bagian luar. Karies ini cenderung terdapat pada subyek yang mempunyai umur tua dibandingkan dengan kedua tipe karies diatas.
D.  Indeks Pengukuran Gigi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies. Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Pengukuran karies dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan indeks aritmetika penyebaran karies yang kumulatif.  Beberapa  metode  pengukuran karies gigi yaitu indeks DMF-T digunakan untuk menyatakan gigi yang karies, hilang dan ditambal. DMF-S digunakan untuk menyatakan gigi karies, hilang dan permukaan gigi yang ditambal pada gigi permanen, sehingga jumlah permukaan gigi yang terkena harus  diperhitungkan.  Indeks yang sama untuk gigi sulung adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang ditambal (Kidd & Bechal, 1992).
1.   Indeks DMF-T
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen.  Indeks DMF-T adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a)    Setiap gigi dicatat satu kali
b)   D = decay atau rusak
Ø  Ada karies pada gigi dan restorasi
Ø  Mahkota gigi hancur karena karies gigi
c)    M = Missing atau hilang
Ø  Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
Ø  Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
d)   F = filled atau tambal
Ø  Tambalan permanen dan sementara
Ø  Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :
a.    Gigi molar ketiga
b.    Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption)
c.    Gigi yang tidak ada karena  kelainan congenital dan gigi berlebih (supernumerary teeth)
d.    Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi  atau perawatan ortodontik
e.    Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan
f.     Gigi susu yang belum tanggal
2.  Indeks def-t
Indeks def adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies. Tujuan dari indeks def adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut.
Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a)    d = Decayed / rusak
b)   e = indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan
c)    f = Filled / tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak terdapat karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :
a.    Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada  karena kelainan genital
b.    Gigi supernumerary
c.    Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung sebagai filled (tambalan)
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t  berupa derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997) :
1.     Sangat Rendah : 0,0 – 1,1
2.    Rendah : 1,2 – 2,6
3.    Moderat : 2,7 – 4,4
4.    Tinggi : 4,5 – 6,5
5.    Sangat Tinggi : >6,6
E.  Tinjauan Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari
Cipondoh dan Tirtasari adalah salah satu desa di Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan  dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian di wilayah selatan berupa dataran tinggi. Kabupaten Karawang terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang. Penduduk umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda, tetapi di Karawang terdapat beberapa bahasa dan budaya diantaranya budaya dan bahasa Betawi di daerah utara Karawang tepatnya sebagian Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya serta bahasa Jawa Cirebonan di jalur Utara Kecamatan Tempuran Kecamatan cilamaya.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana, dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dan menggunakan odontogram sebagai alat pengumpul data (Singarimbun   dan Effendi, 1989).
B.  Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah :
a.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
b.    Sampel
Sampel diambil secara Multistage Random Sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi beberapa fraksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil dan diambil sampelnya. Pembagian menjadi fraksi dilakukan terus sampai unit sampel yang diinginkan. Unit sampel pertama disebut Primary Sampling Unit (PSU) (Budiarto, 2003).
C.  Defenisi Operasional
1.     Indeks DMF adalah jumlah rata-rata dari gigi geligi tetap perorangan yang rusak (D), hilang karena karies (M) atau ditambal (F) (Burt-Eklund, 1992).
2.    Indeks def yaitu jumlah rata-rata dari gigi geligi susu yang rusak (d), indikasi untuk dicabut (e) dan yang ditambal (f)
3.    Karies klinis adalah fit dan fisur pada permukaan oklusal, bukal dan lingual yang ketika eksplorer (sonde) tersangkut setelah insersi dengan memberikan tekanan yang cukup dan ketika sangkutan diikuti dengan satu atau lebih tanda-tanda berikut :
a)      Kelunakan pada dasar area tersebut
b)      Batas opak memperlihatkan tanda undermining atau demineralisasi
c)      Kelunakan batas email ke area yang dapat dikerok eksplorer
D.  Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan sebagai berikut :
E.  Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik multistage random sampling (Notoatmodjo, 2002).
Keterangan :
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
F.  Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan :
1.     Studi lapangan
Dari studi lapangan diperoleh data primer dengan cara pemeriksaan klinis karies pada masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari.
2.    Studi pustaka
Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan mencari data dan teori dari buku dan penelitian-penelitian terdahulu.
G.  Teknik Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan pada saat pengabdian pada masyarakat berupa pengobatan gigi dimana sebelum diperiksa masyarakat terlebih dahulu dilihat keadaan gigi geliginya dan karies klinis, yang dimaksud dengan karies klinis dalam penelitian ini adalah suatu tingkatan dari karies gigi, jika dilakukan pemeriksaan dengan sonde, sonde tersebut akan tersangkut pada kavitas yang terbentuk. Kemudian dicatat dalam odontogram kemudian dilakukan penghitungan indeks DMF-T dan def-t Indeks DMF-T= jumlah gigi DMF/jumlah orang yang diperiksa X 100%. Cara pencatatan yang digunakan dalam penelitian ini :
1.     D (decayed) : Gigi yang mempunyai satu atau lebih tanda karies yang tidak ditambal tapi masih dapat ditambal. D hanya dihitung satu walaupun pada gigi tersebut ditemukan beberapa karies.
2.    M (missing) : Gigi yang telah dicabut/hancur sendiri karena karies atau harus dicabut karena karies.
3.    F (Filling) : Gigi yang mempunyai satu atau lebih tambalan yang masih baik.
Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel.
H.  Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian diadakan di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang Jawa Barat.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian

Data yang diperoleh disusun secara lengkap dan sistematis, kemudian dianalisis. Hasil analisis terhadap indeks DMF-T dan indeks def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang.
Data sampel penelitian ditampilkan dalam table 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4
Table 4.1
Data Sampel Anak Desa Mekarsari
Jenis Kelamin
Jumlah
L
33
P
52
Total
87

Table 4.2
Data Sampel Anak Desa Cipondoh
Jenis Kelamin
Jumlah
L
48
P
70
Total
118

Pada Tabel 4.1 dan table 4.2 terlihat jumlah sampel penelitian anak di Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh lebih banyak sampel wanita.
Table 4.3
Data Sampel Dewasa Desa Mekarsari
Jenis Kelamin
Jumlah
L
40
P
32
Total
72

Table 4.4
Data Sampel Dewasa Desa Cipondoh
Jenis Kelamin
Jumlah
L
35
P
59
Total
95

Pada Tabel 4.3 dan tabel 4.4 terlihat jumlah sampel penelitian dewasa di Desa Mekarsari lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, sedangkan di Desa Cipondoh lebih banyak sampel perempuan dibandingkan sampel laki-laki.
Table 4.5
Data def Desa Mekarsari
Komponen
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
D
103
135
238
M
37
64
101
F
0
0
0
Total
140
199
339

Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa di Desa Mekarsari indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh anak perempuan begitu juga dengan indeks missing (hilang) banyak dimiliki anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tabel 4.6
Data def Desa Cipondoh
Komponen
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
D
226
311
522
M
67
104
171
F
2
0
2
Total
295
415
695

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa di Desa Cipondoh indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh anak perempuan begitu juga dengan indeks missing (hilang) banyak dimiliki anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tabel 4.7
Data DMF Desa Mekarsari
Komponen
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
D
21
20
41
M
94
53
147
F
0
0
0
Total
115
73
188

Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa di Desa Mekarsari indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh kaum laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Begitu juga dengan indeks missing (hilang) banyak dimiliki kaum laki-laki dibandingkan perempuan.
Tabel 4.8
Data DMF Desa Cipondoh
Komponen
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
D
108
172
280
M
116
183
299
F
0
2
2
Total
224
357
581

Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa di Desa Cipondoh indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh Kaum Perempuan dibandingkan dengan kaum laki-laki. Begitu pula dengan indeks Missing (hilang) banyak dimilik kaum perempuan dibandingkan kaum laki-laki.
Tabel 4.9
Data Indeks def dan DMF Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh
Desa
Indeks
Jumlah Total L & P
def
DMF
L
P
L
P
def
DMF
Mekarsari
4,24
3,99
2,87
2,28
3,99
2,61
Cipondoh
6,15
5,93
5,6
6,05
6,02
5,89
Total
10,01
8,5

Pada table 4.9 terlihat bahwa di Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh indeks def anak Laki-laki lebih tinggi dibandingkan nilai indeks perempuan. Indeks DMF di Desa Mekarsari nilainya lebih besar pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, Hal ini bertolak belakang dengan nilai indeks DMF di Desa Cipondoh dimana nilai indeks DMF Laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Nilai indeks def lebih besar daripada nilai indeks DMF.
B.  Pembahasan
Dari hasil penelitian tersebut diatas, dapat diperoleh pembahasan sebagai berikut :
1.   Indeks def
Dari tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks def Desa Mekarsari adalah 3,98 nilai def sebesar 3,98 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia indeks def di Desa Mekarsari berada dalam kategori Moderat.
Dari tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks def desa Cipondoh adalah 6,02 nilai def sebesar 6,02 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia indeks def di Desa Cipondoh berada dalam kategori tinggi.
Indeks def sebesar 3,98 di Desa Mekarsari artinya rata-rata tiap anak memiliki 3,98 gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies, sedangkan Indeks def sebesar 6,02 di Desa Cipondoh artinya rata-rata tiap anak memiliki 6,02 gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies.
Hasil analisis def dari kedua desa menunjukkan nilai indeks def dalam kategori moderat dan tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (PPKGM, 1999) yaitu :
a)      Pola makan murid Sekolah Dasar yang lebih menyukai makanan yang manis-manis (permen, coklat, dll) dibandingkan dengan murid sekolah yang lebih tinggi.
b)      Kuranya pengetahuan, kesadaran dan kemandirian anak dalam menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri. Anak seusia tersebut biasanya masih sangat tergantung pada orang tua.
c)      Kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya memeriksakan gigi karena gigi tersebut dianggap akan diganti oleh gigi tetap.
Tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak berkaitan dengan perilaku anak tersebut dalam memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya (Gunarsa,2000). Lingkungan memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan perilaku. Perilaku anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut tidak terlepas dari lingkungan Keluarga.
2.  Indeks DMF
Dari tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks DMF desa Mekarsari adalah 2,61 nilai DMF sebesar 2,61 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia indeks DMF di Desa Mekarsari tergolong rendah.
Dari tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks DMF desa Cipondoh adalah nilai DMF sebesar 5,87 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia indeks DMF di Desa Cipondoh tergolong tinggi.
Indeks DMF sebesar  2,61 di Desa Mekarsari artinya rata-rata tiap anak memiliki 2,61 gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies, sedangkan Indeks DMF sebesar 5,87 di Desa Cipondoh artinya rata-rata tiap anak memiliki 5,87 gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies.
Hasil analisis def dari Desa Mekarsari menunjukkan bahwa pengetahuan yang ada sudah dapat menimbulkan  kesadaran  untuk menerapkan  kebiasaan yang positif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut sehari-hari, sedangka untuk masyarakat Desa Cipondoh menunjukkan nilai indeks DMF dalam kategori tinggi hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang ada belum menimbulkan kesadaran untuk menerapkan kebiasaan yang positif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut sehari-hari, sehingga untuk meningkatkan kesadaran tersebut dibutuhkan pendidikan kesehatan yang mencakup adanya proses komunikasi,  motivasi  dan instruksi  yang memadai (Notoatmojo, 2003). Pendapat ini diperkuat dengan penelitian Hawkins RJ, et all (2000), yang mengatakan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan harus diikuti dengan pelatihan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai indeks def dan DMF di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, dapat disimpulkan :
1.     Nilai indeks def Desa Mekarsari adalah 3,98 nilai def sebesar 5,71 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori moderat.
2.    Nilai indeks def Desa Cipondoh adalah 6,02 nilai def sebesar 6,02 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori tinggi.
3.    Nilai indeks DMF Desa Mekarsari adalah 2,61. nilai DMF sebesar 2,61 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori rendah.
4.    Nilai indeks DMF Desa Cipondoh adalah nilai DMF sebesar 5,87 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori tinggi.
B.  Saran
Untuk menurunkan angka indeks karies tersebut diatas, Penulis menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi melalui pendidikan kesehatan yang mencakup adanya proses komunikasi, motivasi dan instruksi yang memadai yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setiap Desa tersebut di atas.


DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran, sebuah pengantar. Jakarta. EGC.

Darwita, 2004. Prevalensi Karies pada Balita Usia 3-5 Tahun dan Faktor yang
Mempengaruhinya (Penelitian di Desa Sawah Kecamatan Ciputat dan Kelurahan
Cilandak Timur Kecamatan Pasar Minggu, 2003). Medika

Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES.

Gunarsa, D. 2000. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia

Houwink, B. et al. 1993. Preventive Tandheelkunde atau Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan. Terjemahan Sutami Suryo. Yogyakarta : UGM.
Sumawinata (2000).


Kidd, E.A.M. : Joyston-Bechal, S. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Diterjemahkan oleh Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk.
Jakarta : EGC.

Moeis, E.F. 2004. Menuju Sehat Gigi dan Mulut Indonesia 2020. Jurnal Kedokteran Gigi
Edisi Khusus KOMIT KG.

Notoatmodjo, S. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta.
Rineka Cipta.

PPKGM, 1999. Survey Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid-Murid Sekolah Dasar
Kelas I, V dan VI di Kotamadya Bandung. Bandung. Dinas Kesehatan Gigi.

Schuurs, A.H.B. 1992. Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi. Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.

Sumber : Anne Agustina Suwargiani, drg

0 komentar:

Posting Komentar