BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Gigi
merupakan bagian dari
alat pengunyahan pada system pencernaan dalam
tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan
perorangan. Penyakit gigi yang sering
diderita oleh hampir semua
penduduk
Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata
sosial masyarakat Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan serta anak-anak dan dewasa.
Indonesia
belum
mempunyai
angka
spesifik mengenai
penyakit gigi
secara nasional dan untuk
memperoleh angka spesifik tersebut harus dimulai dari
strata
pemerintahan yang paling rendah yaitu desa.
Permasalahan
tersebut diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai indeks karies dengan melakukan penelitian mengenai indeks DMF-T dan def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasikan masalah mengenai berapa indeks DMF-T dan def-t di
di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud
penelitian ini yaitu
untuk mengetahui gambaran umum kesehatan gigi
masyarakat di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten
Karawang sebagai patokan untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan penilaian
program kesehatan gigi. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk
mengetahui indeks karies
dengan melihat indeks DMF-T dan indeks def-t.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini dapat
dijadikan
sebagai data awal untuk penyusunan
pelaksanaan
program kesehatan gigi dan mulut
bagi
pelaksana kesehatan
setempat
dan sebagai bahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Pemikiran
Upaya
kesehatan gigi dan
mulut
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan gigi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu program yang ada dalam upaya tersebut adalah program Sehat Gigi dan Mulut 2020. Program ini ditetapkan karena dari hasil survey
Departemen Kesehatan tahun 1999 diperoleh data
bahwa penyakit gigi yang paling sering ditemukan adalah karies gigi, yang ditemukan pada semua usia dan lapisan masyarakat (Moeis,2004)
Untuk menyokong program tersebut diperlukan adanya pelaksanaan program kesehatan gigi dari
tingkat terendah, dimana dalam pembuatan program tersebut
diperlukan data awal untuk membuat program baik itu
program perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan penilaian sehingga peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dapat terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Karies
Karies berasal dari bahasa latin yaitu karies yang artinya kebusukan. Definisi sederhana karies gigi
adalah suatu proses kronis regresif
yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan
oleh
pembentukan asam microbial
dari
substrat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen organic yang
akhirnya terjadi kavitas (Schuurs, 1992).
Menurut Sumawinata (2000), karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi
yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapt difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah pH
kritis,
sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Tanda karies adalah
terjadinya
demineralisasi mineral email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian organiknya.
Karies gigi
adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh
mikroorganisme
(Pine, 1997). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal,1991).
Newburn mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bacterial
yang menyerang gigi
dimana
bagian organik
dari gigi
mengalami
destruksi, sedangkan
bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Darwita,2004).
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karies
gigi adalah suatu proses kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian
yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh
tubuh melalui proses
penyembuhan,
pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.
Permasalahan tersebut diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai indeks karies dengan melakukan penelitian mengenai indeks DMF-T dan def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
B. Etiologi Karies
Karies
gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari
4 faktor
utama
yaitu
inang
dan
gigi,
mikroorganisme di dalam plak,
substrat dan waktu (Pine, 1997).
1. Mikroorganisme
Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri plak sangat dominant
dalam
karies
gigi adalah
streptococcus mutans.
Bakteri
ini sangat kariogen karena mampu membuat asam
dari karbohidrat yang dapat diragikan.
Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini
terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak
gigi
mempunyai konsistensi sepertiga gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
2. Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang
dikonsumsi
sehari-hari yang
menempel pada gigi.
Seringnya mengkonsumsi gula akan menambah
pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptococcus mutans didalamnya.
Sukrosa merupakan gula yang
kariogen, walaupun gula
lainnya
tetap
berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang
paling banyak dikonsumsi, maka
sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1991)
3. Inang atau
Gigi
Faktor-faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu :
a)
Bentuk
Gigi
dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies.
b)
Posisi
Gigi
yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies
c)
Struktur
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang
optimum pada jaringan
gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).
4. Waktu
Waktu menjadi salah satu faktor
penting, karena meskipun ada
ketiga faktor sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan
secara klinis terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun (Pine, 1997).
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode kerusakan dan perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di
dalam lingkungan
gigi, maka karies
tidak
menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Kidd & Bechal, 1991).
C. Gambaran Klinis Karies Gigi
Menurut Kid & Bechal,
1991, Karies dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
anatomi tempat karies itu timbul. Karies dapat dimulai pada fit
dan
fisur atau pada permukaan
licin.
Karies
permukaan
licin
berawal dari email atau sementum
dan
dentin akar yang terbuka atau yang terkenal dengan karies akar. Karies dapat terjadi pada tepi restorasi atau dikenal dengan karies rekurn/sekunder.
Gambaran
karies :
a)
Karies pada fit dan
fisur (fit and fissure caries)
Perkembangan karies dimulai pada fit dan
fisur gigi yang rumit. Dari berbagai
bentuk variasinya, semuanya
diawali
dengan
tanda-tanda dini sampai
kerusakan yang sempurna.
b)
Karies permukaan
licin gigi (Smooth surface caries)
Karies permukaan licin gigi
biasanya ditemukan pada daerah titik
kontak pada interproksimal
gigi, tetapi dapat terjadi pada permukaan licin lain pada gigi. Gambaran klinis karies ini pada mulanya merupakan suatu daerah putih
seperti kapur secara bertahap manjadi kasar sesuai dengan rusaknya email. Akhirnya
terbentuk kavitas yang terbuka dan selanjutnya akan
menyebar sama seperti
karies pit dan fisur.
c)
Karies servikal (Cervical caries)
Karies ini
menyerang bagian servikal gigi dengan dentin terbuka, tetapi gambarannya tidak sama dengan karies pit
dan
fisur. Dentin mulai pecah dan luruh, membentuk kavitas yang terbuka dari bagian luar.
Karies ini cenderung terdapat pada subyek yang mempunyai umur tua dibandingkan dengan kedua tipe karies diatas.
D. Indeks Pengukuran Gigi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies. Indeks
karies gigi
yaitu angka
yang menunjukkan
jumlah gigi karies seseorang
atau sekelompok orang. Pengukuran
karies dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan
indeks aritmetika penyebaran karies
yang kumulatif. Beberapa
metode
pengukuran karies gigi yaitu indeks DMF-T digunakan untuk menyatakan gigi yang karies, hilang
dan ditambal. DMF-S digunakan untuk menyatakan gigi karies, hilang dan permukaan
gigi yang
ditambal pada gigi permanen, sehingga jumlah permukaan gigi yang terkena
harus diperhitungkan.
Indeks yang sama untuk gigi
sulung adalah def-t
dan
def-s dimana t menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang ditambal (Kidd & Bechal, 1992).
1. Indeks DMF-T
Indeks
DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T
adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut
dan yang ditambal. Tujuan dari indeks
DMF-T adalah untuk
menentukan jumlah total
pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a)
Setiap gigi dicatat
satu kali
b)
D = decay atau rusak
Ø Ada karies pada gigi dan restorasi
Ø Mahkota gigi hancur karena karies gigi
c)
M = Missing atau hilang
Ø Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
Ø Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
d)
F = filled atau tambal
Ø Tambalan permanen dan sementara
Ø Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan
DMF-T berdasarkan
pada
28 gigi permanen,
adapun gigi
yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :
a.
Gigi molar ketiga
b.
Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada
bagian gigi yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption)
c.
Gigi yang tidak ada
karena kelainan congenital
dan
gigi berlebih
(supernumerary teeth)
d.
Gigi yang
hilang bukan karena karies, seperti impaksi
atau perawatan
ortodontik
e.
Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan
f.
Gigi susu yang belum tanggal
2. Indeks def-t
Indeks
def adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies. Tujuan dari indeks def
adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat
pada gigi sulung dalam rongga mulut.
Untuk
pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a)
d = Decayed / rusak
b)
e = indicated for
Extracted / indikasi untuk pencabutan
c)
f = Filled / tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak terdapat karies
gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung.
Adapun gigi-gigi yang tidak
dihitung adalah sebagai berikut :
a.
Gigi yang hilang termasuk
gigi yang belum erupsi dan tidak
ada karena kelainan genital
b.
Gigi supernumerary
c.
Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung sebagai filled (tambalan)
WHO memberikan kategori dalam perhitungan
DMF-T
dan def-t
berupa derajat
interval sebagai berikut (Pine, 1997) :
1.
Sangat Rendah : 0,0
– 1,1
2.
Rendah : 1,2 – 2,6
3.
Moderat : 2,7 – 4,4
4.
Tinggi : 4,5 – 6,5
5.
Sangat Tinggi :
>6,6
E. Tinjauan Desa Cipondoh dan Desa
Mekarsari
Cipondoh dan Tirtasari adalah salah
satu
desa
di Kecamatan Tirtamulya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, adalah
sebuah kabupaten di Provinsi
Jawa
Barat, Indonesia. Ibukotanya
adalah
Karawang.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten
Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara,
serta Kabupaten Cianjur di selatan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian di wilayah selatan berupa dataran tinggi. Kabupaten
Karawang
terdiri atas 30 kecamatan, yang
dibagi
lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di
Kecamatan Karawang. Penduduk umumnya adalah
suku Sunda yang
menggunakan Bahasa Sunda, tetapi di
Karawang terdapat beberapa
bahasa dan budaya diantaranya budaya dan bahasa Betawi di
daerah utara Karawang
tepatnya sebagian Kecamatan Batujaya dan
Kecamatan Pakisjaya serta bahasa Jawa Cirebonan di jalur Utara Kecamatan Tempuran Kecamatan
cilamaya.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana,
dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dan menggunakan odontogram sebagai alat pengumpul
data (Singarimbun dan Effendi, 1989).
B. Populasi dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah :
a.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.
b.
Sampel
Sampel diambil secara
Multistage Random
Sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak yang
pelaksanaannya dilakukan dengan membagi
populasi menjadi beberapa fraksi kemudian
diambil
sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi
menjadi beberapa fraksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil dan diambil sampelnya. Pembagian menjadi fraksi dilakukan terus sampai
unit sampel yang
diinginkan.
Unit
sampel pertama disebut Primary Sampling Unit (PSU) (Budiarto, 2003).
C. Defenisi Operasional
1.
Indeks DMF adalah jumlah rata-rata dari
gigi geligi tetap perorangan yang rusak (D), hilang karena karies (M) atau ditambal (F) (Burt-Eklund,
1992).
2.
Indeks def yaitu
jumlah rata-rata dari gigi
geligi susu
yang rusak (d), indikasi untuk dicabut (e) dan yang ditambal (f)
3.
Karies klinis adalah fit
dan fisur pada permukaan oklusal,
bukal dan lingual yang ketika eksplorer (sonde)
tersangkut
setelah
insersi
dengan
memberikan tekanan yang cukup dan
ketika sangkutan diikuti dengan satu atau lebih tanda-tanda berikut :
a)
Kelunakan pada dasar area tersebut
b)
Batas opak memperlihatkan tanda undermining atau demineralisasi
c)
Kelunakan batas email ke area yang dapat dikerok eksplorer
D. Skala Pengukuran
Skala
pengukuran yang digunakan sebagai berikut :
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
multistage random sampling (Notoatmodjo, 2002).
Keterangan :
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan :
1.
Studi lapangan
Dari studi lapangan diperoleh data primer dengan cara pemeriksaan klinis karies pada masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari.
2.
Studi pustaka
Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan mencari data dan teori dari buku dan penelitian-penelitian terdahulu.
G. Teknik Penyajian Data
Penelitian ini
dilakukan pada saat pengabdian pada masyarakat berupa
pengobatan gigi
dimana sebelum diperiksa masyarakat terlebih dahulu dilihat keadaan gigi geliginya dan karies klinis, yang dimaksud dengan karies klinis dalam penelitian
ini adalah suatu tingkatan dari karies gigi, jika dilakukan pemeriksaan dengan sonde, sonde tersebut akan tersangkut pada kavitas yang terbentuk. Kemudian dicatat dalam
odontogram kemudian dilakukan penghitungan indeks DMF-T dan def-t
Indeks DMF-T= jumlah gigi DMF/jumlah orang yang diperiksa X 100%. Cara pencatatan yang digunakan dalam penelitian ini :
1.
D (decayed) : Gigi yang mempunyai satu atau lebih tanda karies yang tidak
ditambal tapi masih dapat ditambal.
D hanya dihitung satu walaupun pada gigi tersebut ditemukan beberapa karies.
2.
M (missing) : Gigi
yang
telah
dicabut/hancur sendiri
karena
karies
atau harus dicabut karena karies.
3.
F (Filling)
: Gigi yang mempunyai satu atau lebih tambalan yang masih baik.
Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian diadakan di Desa
Cipondoh
dan Desa Mekarsari
kecamatan
Tirtamulya Kabupaten Karawang Jawa Barat.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Data
yang diperoleh
disusun
secara lengkap dan sistematis, kemudian
dianalisis. Hasil analisis terhadap indeks DMF-T dan indeks def-t di Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang.
Data sampel penelitian ditampilkan dalam table 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4
Table 4.1
Data Sampel Anak Desa Mekarsari
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
L
|
33
|
P
|
52
|
Total
|
87
|
Table 4.2
Data Sampel Anak Desa Cipondoh
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
L
|
48
|
P
|
70
|
Total
|
118
|
Pada Tabel 4.1 dan table 4.2 terlihat jumlah sampel penelitian anak di Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh lebih banyak sampel wanita.
Table 4.3
Data Sampel Dewasa Desa
Mekarsari
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
L
|
40
|
P
|
32
|
Total
|
72
|
Table 4.4
Data Sampel Dewasa Desa Cipondoh
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
L
|
35
|
P
|
59
|
Total
|
95
|
Pada Tabel 4.3 dan tabel 4.4 terlihat jumlah sampel penelitian dewasa di Desa Mekarsari lebih
banyak
laki-laki
dibandingkan perempuan,
sedangkan
di Desa
Cipondoh lebih banyak sampel perempuan dibandingkan sampel laki-laki.
Table 4.5
Data def Desa Mekarsari
Komponen
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
||
D
|
103
|
135
|
238
|
M
|
37
|
64
|
101
|
F
|
0
|
0
|
0
|
Total
|
140
|
199
|
339
|
Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa di
Desa Mekarsari indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh anak perempuan
begitu juga dengan indeks missing (hilang) banyak
dimiliki anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tabel 4.6
Data def Desa Cipondoh
Komponen
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
||
D
|
226
|
311
|
522
|
M
|
67
|
104
|
171
|
F
|
2
|
0
|
2
|
Total
|
295
|
415
|
695
|
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa di
Desa Cipondoh indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh anak perempuan
begitu juga dengan indeks missing (hilang) banyak
dimiliki anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tabel 4.7
Data DMF Desa Mekarsari
Komponen
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
||
D
|
21
|
20
|
41
|
M
|
94
|
53
|
147
|
F
|
0
|
0
|
0
|
Total
|
115
|
73
|
188
|
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa di
Desa Mekarsari indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh kaum
laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Begitu juga
dengan
indeks missing (hilang) banyak dimiliki kaum laki-laki dibandingkan perempuan.
Tabel 4.8
Data DMF Desa Cipondoh
Komponen
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
||
D
|
108
|
172
|
280
|
M
|
116
|
183
|
299
|
F
|
0
|
2
|
2
|
Total
|
224
|
357
|
581
|
Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa di
Desa Cipondoh indeks decay (rusak) banyak dimiliki oleh
Kaum
Perempuan dibandingkan
dengan kaum
laki-laki. Begitu
pula dengan indeks Missing (hilang) banyak dimilik kaum perempuan dibandingkan kaum laki-laki.
Tabel 4.9
Data Indeks def dan DMF Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh
Desa
|
Indeks
|
Jumlah Total L & P
|
||||
def
|
DMF
|
|||||
L
|
P
|
L
|
P
|
def
|
DMF
|
|
Mekarsari
|
4,24
|
3,99
|
2,87
|
2,28
|
3,99
|
2,61
|
Cipondoh
|
6,15
|
5,93
|
5,6
|
6,05
|
6,02
|
5,89
|
Total
|
10,01
|
8,5
|
Pada table
4.9 terlihat bahwa di Desa Mekarsari dan Desa Cipondoh indeks def anak Laki-laki lebih tinggi dibandingkan nilai indeks perempuan. Indeks DMF di Desa Mekarsari nilainya lebih besar pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, Hal ini bertolak belakang dengan nilai indeks DMF di
Desa Cipondoh dimana nilai indeks DMF Laki-laki lebih
besar
dibandingkan dengan perempuan. Nilai indeks def lebih besar daripada nilai indeks DMF.
B. Pembahasan
Dari
hasil penelitian
tersebut diatas, dapat diperoleh
pembahasan
sebagai berikut :
1. Indeks def
Dari
tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks def Desa Mekarsari adalah 3,98 nilai def sebesar 3,98 berdasarkan
kategori karies
menurut
badan kesehatan
dunia indeks def di Desa Mekarsari berada dalam kategori Moderat.
Dari
tabel tersebut
diatas diperoleh nilai indeks
def desa Cipondoh
adalah 6,02
nilai
def sebesar 6,02
berdasarkan kategori karies
menurut
badan
kesehatan dunia indeks def di Desa Cipondoh berada dalam kategori tinggi.
Indeks
def sebesar 3,98
di Desa Mekarsari artinya
rata-rata tiap
anak memiliki
3,98 gigi
sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies, sedangkan Indeks def sebesar 6,02 di Desa Cipondoh artinya rata-rata tiap anak memiliki 6,02 gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies.
Hasil
analisis def
dari
kedua desa menunjukkan nilai
indeks
def
dalam kategori moderat dan
tinggi hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor (PPKGM, 1999) yaitu :
a)
Pola makan murid Sekolah Dasar yang lebih menyukai makanan yang manis-manis (permen,
coklat,
dll)
dibandingkan
dengan murid sekolah yang lebih tinggi.
b)
Kuranya pengetahuan, kesadaran dan
kemandirian anak
dalam menjaga kesehatan dan
kebersihan dirinya sendiri. Anak seusia tersebut biasanya masih sangat tergantung pada orang tua.
c)
Kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya memeriksakan gigi karena gigi tersebut dianggap akan diganti oleh gigi tetap.
Tingkat kebersihan gigi
dan mulut pada
anak berkaitan dengan perilaku
anak tersebut dalam memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya (Gunarsa,2000). Lingkungan memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan
perilaku. Perilaku anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut tidak terlepas dari lingkungan Keluarga.
2. Indeks DMF
Dari
tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks DMF desa Mekarsari adalah 2,61 nilai DMF sebesar 2,61 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan
dunia indeks DMF di Desa Mekarsari tergolong rendah.
Dari
tabel tersebut diatas diperoleh nilai indeks DMF desa Cipondoh adalah nilai DMF sebesar 5,87 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia
indeks DMF di Desa Cipondoh tergolong tinggi.
Indeks
DMF sebesar
2,61 di Desa Mekarsari artinya rata-rata tiap
anak memiliki 2,61 gigi
sulung yang
rusak, hilang atau ditambal karena karies, sedangkan Indeks DMF sebesar 5,87 di Desa Cipondoh artinya rata-rata tiap anak memiliki 5,87
gigi sulung yang rusak, hilang atau ditambal karena karies.
Hasil analisis def dari Desa Mekarsari menunjukkan bahwa pengetahuan yang ada sudah dapat menimbulkan kesadaran untuk
menerapkan kebiasaan yang positif
dalam memelihara kebersihan
gigi
dan
mulut sehari-hari,
sedangkan untuk masyarakat Desa Cipondoh menunjukkan nilai indeks DMF dalam kategori tinggi hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang ada belum menimbulkan kesadaran untuk menerapkan kebiasaan yang
positif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut sehari-hari, sehingga untuk
meningkatkan kesadaran tersebut dibutuhkan pendidikan
kesehatan
yang mencakup adanya proses
komunikasi,
motivasi
dan instruksi
yang memadai (Notoatmojo, 2003). Pendapat ini diperkuat dengan penelitian Hawkins RJ, et all (2000),
yang mengatakan
bahwa pendidikan
kesehatan yang diberikan harus diikuti dengan pelatihan.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai indeks def dan DMF di
Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, dapat disimpulkan :
1.
Nilai indeks def
Desa
Mekarsari
adalah
3,98 nilai def
sebesar
5,71
berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam
kategori moderat.
2.
Nilai indeks def Desa Cipondoh adalah 6,02 nilai def sebesar 6,02 berdasarkan
kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori tinggi.
3.
Nilai indeks DMF Desa
Mekarsari adalah 2,61. nilai DMF sebesar 2,61 berdasarkan kategori karies menurut badan kesehatan dunia
berada dalam kategori rendah.
4.
Nilai indeks DMF Desa Cipondoh
adalah nilai DMF sebesar 5,87 berdasarkan
kategori karies menurut badan kesehatan dunia berada dalam kategori tinggi.
B. Saran
Untuk menurunkan angka
indeks karies
tersebut diatas,
Penulis menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi melalui
pendidikan kesehatan
yang
mencakup
adanya
proses komunikasi, motivasi dan instruksi yang memadai yang
disesuaikan dengan kondisi masyarakat setiap Desa
tersebut
di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 2003. Metodologi
Penelitian Kedokteran, sebuah pengantar. Jakarta. EGC.
Darwita, 2004. Prevalensi
Karies pada Balita Usia 3-5 Tahun dan Faktor yang
Mempengaruhinya (Penelitian di
Desa Sawah Kecamatan Ciputat dan Kelurahan
Cilandak Timur Kecamatan Pasar
Minggu, 2003). Medika
Effendi, S. 1989. Metode
Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES.
Gunarsa, D. 2000. Psikologi
Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia
Houwink, B. et al. 1993.
Preventive Tandheelkunde atau Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan. Terjemahan Sutami
Suryo. Yogyakarta : UGM.
Sumawinata (2000).
Kidd, E.A.M. : Joyston-Bechal,
S. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya.
Diterjemahkan oleh Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk.
Jakarta : EGC.
Moeis, E.F. 2004. Menuju Sehat
Gigi dan Mulut Indonesia 2020. Jurnal Kedokteran Gigi
Edisi Khusus KOMIT KG.
Notoatmodjo, S. 2002. Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta.
Rineka Cipta.
PPKGM, 1999. Survey Dasar
Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid-Murid Sekolah Dasar
Kelas I, V dan VI di Kotamadya
Bandung. Bandung. Dinas Kesehatan Gigi.
Schuurs, A.H.B. 1992. Patologi
Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi. Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.
Sumber
: Anne Agustina Suwargiani, drg
0 komentar:
Posting Komentar