BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara
fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
produktif secara sosial dan ekonomis. pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif dan ekonomis (Depkes, 2009)
Pembangunan
di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan kesehatan nasional, artinya dalam
melaksanakan kesehatan pembangunan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak
boleh di tinggalkan. Dalam mengatasi masalah kesehatan gigi, perlu menunjang
upaya kesehatan agar menjadi derajat kesehatan yang optimal, upaya di bidang
kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, kesadaran masyarakat dan
penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. (Pratiwi, 2007).
Kesehatan
gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius
dari kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa
penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia. salah satu
faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat
adalah faktor prilaku yang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo,
2004). Upaya pelayanan gigi
merupakan salah satu tugas pokok dari perawat gigi dalam pelayanan asuhan
sistematik yang meliputi upaya peningkatan pencegahan, pengobatan pemulihan,
dan rujukan yang ditujukan pada kelompok rentan, khususnya ibu hamil.
Pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok ibu hamil
sangat diperlukan untuk memperoleh fungsi pengunyahan yang optimal, agar
makanan dapat dicerna dengan baik sehingga zat nutrisi bisa diserap sempurna
(Depkes RI, 2000 ).
Pada
masa kehamilan banyak ibu hamil yang membutuhkan makanan camilan, kebiasaan ini
bisa merusak kesehatan gigi jika makan kecil tersebut banyak mengandung gula,
hal ini disebabkan karena nilai gizinya kurang,makanan tersebut sangat rawan akan penyakit pada gigi dan mulut.
Penyakit dalam
rongga mulut yang sering terjadi pada waktu hamil,
yaitu gingivitis, kondisi ini disebabkan ibu hamil yang malas memelihara
kebersihan gigi. Penyakit gingivitis ini juga disebabkan oleh faktor lokal
(plak dan karang gigi) dan faktor sistemik seperti pengaruh hormonal, faktor
umur kehamilan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan gigi (Boediharjo, 1985).
Untuk mencapai hasil perawatan yang optimal dokter gigi sebaiknya
memahami proses kehamilan, perkembangan janin, manifestasi kehamilan di rongga
mulut dan prosedur-prosedur yang dapat membahayakan keadaan ibu hamil,
seperti perawatan yang dapat menimbulkan kelelahan, pemberian obat-obatan dan
radiographi gigi. (Affiandi
R, 1996)
Berdasarkan data
dokter gigi (PDGI) tahun 2009 menyebutkan prevalensi gingivitis di seluruh
dunia adalah 75%-90%. Sedangkan data dari penelitian di rumah sakit gigi dan mulut pendidikan
universitas Prof. Dr. Moestopo tahun 2004 mencatat 71,3% pasien di rumah sakit
ini memiliki karang gigi sebagai pemicu timbulnya penyakit radang gusi, 3%
menderita pendarahan gusi, dan 25,55% mengalami penurunan gusi. Dan penyakit gingivitis ini menduduki peringkat ke 2 setelah penyakit
karies gigi.
Berdasarkan data RISKESDAS 2007, Provinsi NAD termasuk dalam 5 Provinsi tertinggi masalah gigi dan mulut
dengan prevalensi (30,5%) yang sebagian besar penderitanya adalah wanita hamil,
lebih lanjut data RISKESDAS tersebut, prevalensi penduduk provinsi NAD yang
melakukan konseling/kebersihan gigi hanya (13,2%) dan juga presentasi penduduk
NAD yang berprilaku benar menggosok gigi (4,9%).
Adapun data yang diambil di Poli KIA Puskesmas Batoh, dari
123 ibu hamil yang berkunjung antara bulan
Januari sampai bulan Mei 2012, tercatat ada 115 ibu hamil yang menderita penyakit gingivitis. Maka dari itu peneliti ingin
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya gingivitis pada
ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Batoh tersebut.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan gingivitis yang telah dilakukan pada 6 orang ibu hamil di
Poli KIA Puskesmas Batoh didapatkan bahwa 5 orang
dari ibu hamil menderita gingivitis, maka dari itu peneliti ingin
meneliti lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya gingivitis pada ibu
hamil.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Mengetahui Apa sajakah
Faktor-faktor penyebab terjadinya Gingivitis Pada ibu hamil yang berkunjung ke
Poli KIA Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh Tahun 2012
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui penyebab primer gingivitis pada
ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Batoh kecamatan Lueng Bata
Banda Aceh Tahun 2012
b. Mengetahui
penyebab sekunder gingivitis pada ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA
Puskesmas Batoh kecamatan Lueng Bata Banda Aceh Tahun 2012.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penyakit umum
khususnya tentang penyakit gingivitis pada ibu hamil.
2. Manfaat Praktis
Dapat
memberikan informasi mengenai hal-hal yang mempengaruhi faktor-faktor penyebab
terjadinya penyakit gingivitis pada ibu hamil, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva
1.
Pengertian
Gingiva
Gingival
adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir
(riedge) alveolar. Merupakan bagian dari apparatus pendukung gigi,
periodonsium, dan dengan membentuk dengan gigi, gingival berfungsi melindungi
jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
Gingival tergantung pada gigi geligi: bila ada gigi geligi, gingival juga ada
dan bila gigi di cabut gingival akan hilang (Manson, 1993)
Gingival merupakan bagian dari jaringan periodontal
yang paling luar. Gingival sering kali di pakai indicator bila jaringan
periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit
periodontal dimulai dari gingival, kadang-kadang gingival juga dapat
menggambarkan tulang alveolar yang berada dibawahnya (herrijulianti, 2009)
2.
Gambaran
Klinis Gingiva Normal
Gambaran
klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang
terjadi pada gingival yang terjangkit suatu penyakit. Gambaran klinis gingival
klinis gingival normal terdiri dari:
a.
Warna
gingiva
Warna
gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink) hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan
derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi
pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneus. Pigmentasi
pada gingival biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit yang
gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa
lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar mucosa tidak mempunyai
lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b.
Besar
Gingiva
Besar
gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan besar gingival merupakan gambaran yang paling sering di jumpai pada
penyakit periodontal.
c.
Kontur gingiva
Kontur dan besar gingival sangat
bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada
lengkungan, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure
(interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip.
d.
Konsistensi
Gingival melekat erat kestruktur
dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukusa sehingga gingiva tidak
dapat digerakkan dan kenyal.
e.
Teksture
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk.
Bintik-bintik ini disebut stipiling.
Stipiling akan terlihat jelas apabila permukaan gingival kering (Daliemunthe,
2008).
B. Gingivitis
1. Pengertian
Gingivitis
Gingivitis
adalah akibat proses peradangan gusi. Biasanya disebabkan oleh gangguan kuman, dan tanpa plak penyakit gusi tidak
terjadi. Ini berarti, dapat disembuhkan bilang rajin membersihkan semua plak
dari gigi (John Besfrord, 1996).
Kemunduran
atau penyusutan gusi disebut juga dengan atropi atau degenerasi. Jadi kebalikan
dari radang. Radang yang disebut juga inflamasi, ada tanda – tanda membengkak,
memerah, sakit dan temperatur meninggi di daerah inflamasi atau radang.
Sedangkan atropi sebaliknya, tidak ada pembengkakan, melainkan penyusutan atau
pengecilan. Ini disebabkan kurangnya bahan makanan melalui darah yang datang ke
jaringan tersebut. Ini bisa disebabkan suplai darah di daerah itu sangat kurang
( Machfoedz, 2005)
2. Macam-macam
Gingivitis
Menurut Daliemunthe (2008), Gingivitis terdiri dari 5 macam gingivitis, yaitu :
a.
Givitis
Marginalis adalah peradangan gingival bagian marginal yang merupakan stadium
awal dari penyakit periodontal (rosad, 2008)
b.
Gingivitis
Pubertas adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usai pubertas,
yang ditandai dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah
sampai kebiru-biruan, konsistensi gingival berubah menjadi lunak atau
edematous, licin dan berkilat dan permukaan gingival, terutama papilla
interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.
c.
Gingivitis
Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya di
tandai dengan gejala gingiva yang cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi
mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna
menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas
dan gingiva interdental adalah lunak gingiva (mudah tercabik).
d.
Scorbotic
Gingivitis merupakan yang terjadi karena defisiensi vitamin C, di tandai adanya
hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang atau merah menyala.
e.
Anug
(Acute Necrotizing Ulserative
Gingivitis) merupakan satu –satunya gingivitis yang akut, terjadi sangat
mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi pada masa pergantian gigi di mana
anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama lain dari Anug adalah Vincent’s
Gingivitis atau Trench Month.
3. Proses
terjadinya gingivitis
Menurut
John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis di mulai dari :
a.
Tahap
pertama
Plak
yang terdapat pada gigi di dekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua
dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan
berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika di sikat (karena adanya
luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b.
Tahap
kedua
Setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. Plak pada gigi
dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi
membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat
perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang
rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika
disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
c.
Tahap
ketiga
Setelah
beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga.
Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin
turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam
(lebih dari 6 mm). karena tulang hilang, gigi mulai terasa sakit goyang, dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak
dari posisi semula. Kemerahan, pembengkakan, dan pendarahan masih tetap seperti
sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit.
d.
Tahap
terakhir
Tahap
– tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi terkadang
dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plak yang
baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang kebanyakan
tulang di sekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi
sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis
yang biarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu
periodontitis.
4. Faktor-faktor
Penyebab Gingivitis
Faktor-faktor
etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara,
berdasarkan keberadaannya, menurut Daliemunthe (2008) faktor – faktor tersebut dapat di klasifikasikan atas :
a.
Faktor lokal
1)
Plak
dental / plak bakteri adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi
lepasan dan cekat.
2)
Kalkulus
dental adalah massa terklasifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli
maupun gigi tiruan. Bisanya kalkulus
terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisai. Berdasarkan lokasi
perlekatannya di kaitkan dengan tepi gingiva, kalkulus dental dapat di bedakan
atas kalkulus suprangingival dan subgingival.
3)
Material
alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih
keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih
rendah di bandingkan plak dental.
4)
Stein
dental adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi.
5)
Debris
/ sisa makanan.
b.
Faktor sistemik
Faktor
– faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan
misalnya :
1)
Genetik
2)
Nutrisional
3)
Hormonal
misalnya : kehamilan dan diabetes
4)
Hematologi
/ penyakit darah misalnya : anemia, dan leukemia.
5)
Obat-obatan
misalnya : dilantin, fenition, dan DPH
c.
Faktor
luar
Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang berkaitan dengan
masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian juga permasalah
kesehatan gigi dan mulut, tidak hanya dilihat dari segi kesehatan gigi dan
mulut itu sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan gigi dan mulut itu sendiri.
Dilihat menurut
Notoadmotjo (2003) hanya faktor yang mempengaruhi kesehatan di dalam hal ini
kesehatan gigi dan mulut yaitu:
1) Faktor keturunan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Lingkungan
5. Indeks
Gingival ( gingival index)
Indeks yang di perkenalkan oleh Leo dan Silness ini
digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada
gingival diempat sisi gigi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular,
tepi gingival vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingival oral.
Skor / Nilai
Gingiva
|
Kondisi Gingiva
|
0
|
Gingiva Normal
|
1
|
Inflamasi ringan pada gingival yang di
tandai dengan perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi tidak terjadi
pendarahan
|
2
|
Inflamasi gingival sedang, gingiva berwarna
merah, oedema, dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan.
|
3
|
Inflamasi gingival parah, gingival berwarna
merah menyolok, oedermatous, terjadi ulserasi, gingival cenderung berdarah
spontan.
|
Skor untuk setiap gigi diperoleh
dengan menunjukkan skor dari keempat sisi yang diperiksa lalu dibagi dengan
empat (jumlah sisi yang diperiksa pergigi). Skor Indeks Gingiva (IG) untuk
individu diperoleh dengan membagi jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa
dengan jumlah gigi yang diperiksa.
Menurut saidina, 2008 keparahan
inflamasi gingival secara klinis dapat ditentukan dari skor indeks gingival
dengan criteria sebagai berikut :
Skor Indeks Gingiva
|
Kondisi Gingiva
|
0,1 – 1,0
1,1 – 2,0
2,1 – 3,0
|
Gingivitis Ringan
Gingivitis Sedang
Gingivitis parah
|
6.
Tanda
– tanda Gingivitis
Menurut Drg.
Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda – tanda gingivitis, yaitu :
a.
Saat
dan setelah menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
b.
Saat
meludah, ada darah di dalam air liur.
c.
Gusi
bisa di pisahkan dari menggunakan tusuk gigi.
d.
Warna
gusi mengkilap dan bengkak, kadang – kadang berdarah saat di sentuh..
e.
Tidak
selalu di sertai rasa sakit.
f.
Terdapat
akumulasi karang gigi di sekitar leher gigi.
7. Akibat Lanjut dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan
perawatan gusi baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada
lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus,
selain mengandung banyak kuman, permukaan yang kasar akan merusak baik gusi
maupun jaringan periodontium di bawahnya (Jhon Bestford, 1996).
8.
Penanggulangan
Gingivitis
Menurut
Manson (1993), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek
yaitu upaya promotif, prefentif, dan kuratif, yaitu :
a.
Upaya
Promotif
Upaya
promotif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut:
1)
Dokter
gigi ataupun perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
2)
Memberikan
informasi dan pengarahan tentang teknik – teknik pengontrolan plak.
3)
Mendidik
pasien agar pasien mengetahui cara – cara menjaga kebersihan mulutnya.
b.
Upaya
prefentif
Upaya
prefentif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut:
1)
Menjaga
oral hygiene
2)
Sikat
gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah
dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan tehnik sikat
gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta
gigi dengan tepat. Tehnik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim
dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit –
penyakit periodontal akan lebih mudah terjadi.
3)
Dental
flosh atau benang gigi merupakan cara
yang akhir – akhir ini mulai banyak di perkenalkan, dan cukup ampuh untuk
membersihkan di sela – sela gigi. Tapi teknik harus di mengerti dengan tepat
karena jikalau tidak, alih – alih mencegah penyakit periodontal, yang terjadi
malah melukai gusi dan membuat radang.
4)
Kontrol
ke dokter gigi secara teratur di perlukan sebagai salah satu upaya preventif,
karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati
perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah
menderita penyakit periodontal disarankan untuk control secara teratur ke
dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
c.
Upaya
Kuratif (pengobatan)
Upaya
kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
1)
Scaling
merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi).
2)
Kuretase
merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food
debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. Apabila pocket sedang
dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan
kuretase.
3)
Kumur-kumur
antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur.
Yang dijual bebas umumnya berasa dari
minyak tumbuh-tumbuhan seperti menta
salisilat ( seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu
diresepkan dokter adalah chlorhexidine 0,20% ( seperti pada produk minosep) dan
H202 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah
dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering di
gunakan adalah Chlorhexidine 0,20%. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10
cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan
periodontal.
4)
Antibiotik
digunakan apabila terbukti keterlibatan
kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak
diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang digunakan pada penyakit – penyakit
gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi causanya
sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal, terutama
yang lanjut, perlu di pertimbangkan keterlibatan kuman – kuman gram negative
serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada
tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena
berspectrum luas juga) atau metrroridazol karena efektivitas terhadap anaerob.
Pemberian dapat berupa per oral maupun local seperti gel, tergantung dari
luasnya dan tahap proses penyakit dan juga di bantu dengan analgetik – anti
inflamasi untuk merdeka gejala simtomatik.
5)
Kemudian
di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk
mengembalikan kesehatan gusi.
Pada
akhir perlu di ingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal
dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah control plak.
Dengan mengabaikan control plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih
apapun umumnya akan kurang berhasil.
C.
Kebersihan Gigi dan Mulut
Penyebab terjadinya gingivitis dan
radang gusi karena kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka. Oleh karena
itu sangat penting pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menurut Green dan
Vermillion, OHI-S (Oral Hygiene Index Symplified) adalah pemeriksaan gigi dan
mulut dengan menjumlahkan “Debris Indeks (DI) dan Calsulus Indeks)”.
Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk
penilaian debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu, yaitu :
1. Untuk
rahang atas gigi yang diperiksa adalah :
a. Gigi
molar satu kanan atas pada permukaan bakal
b.
Gigi insisivus satu
kanan atas pada permukaan labial
c.
Gigi molar satu kiri
atas pada permukaan bukal
2. Untuk
rahang bawah gigi yang diperiksa adalah :
a. Gigi
molar satu kiri bawah pada permukaan lingual
b.
Gigi insisivus satu
kiri bawah pada permukaan labial
c.
Gigi molar satu kanan
bawah pada permukaan lingual.
Penilaian
Debris Index (DI)
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada permukaan gigi
yang terlihat tidak adanya debris lunak dan tidak ada pewarna ektrinsik
|
0
|
2.
|
a. Pada permukaan gigi yang terlihat
adanya debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
kurang dari 1/3 permukaan gingiva / gusi.
b. Pada permukaan gigi terlihat tidak
adanya debris lunak akan tetapi, ada pewarna ekstrinsik yang menutupi
permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
|
1
|
3.
|
Pada permukaan gigi
terlihat ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari
1/3, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
|
2
|
4.
|
Pada permukaan gigi
yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari
2/3 permukaan gigi.
|
3
|
Sumber
: Depkes R.I., 1995
Penilaian
Calculus Index (CI)
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Pada permukaan gigi
yang terlihat tidak adanya calculus
|
0
|
2.
|
Pada permukaan gigi
yang terlihat adanya calculus supra gingival yang menutupi lebih dari
permukaan gigi.
|
1
|
3.
|
i. Pada permukaan gigi adanya calculus
supra gingival yang menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi, tetapi
kurang dari 2/3 permukaan gigi.
ii. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya
calculus subgingiva yang menutupi sebagian daerah servikal gigi.
|
2
|
4.
|
a. Pada permukaan gigi yang terlihat
adanya calculus supra gingiva yang menutupi sebagian gigi lebih dari 2/3
permukaan gigi.
a. Pada permukaan gigi yang terlihat
adanya calculus subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh bagian
servikal gigi
|
3
|
Sumber
: Depkes R.I., 1995
- Cara menghitung OHI-S (Oral Hygiene Index Symplified)OHI-S = debris Indeks + Calculus Indeks
Kriteria
Debris Indeks dan Cakulus Indeks adalah :
1.
Baik : 0 – 0,6
2.
Sedang : 0,7 – 1,8
3.
Buruk :
1,9 – 3,0
Kriteria
OHI-S adalah :
1.
Baik : 0 – 1,2
2.
Sedang : 1,3 – 3,0
3.
Buruk :
3,1 – 6,0
A. Kehamilan
1.
Pengertian
Kehamilan adalah
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Masa kehamilan di mulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid
terakhir. (Sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam
rangka melanjutkan keturunan yang
terjadi
secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan
tingkat pertumbuhan dan besarnya janin
sesuai
usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kahamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010). Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kehamilan adalah
peristiwa
yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.
2. Etiologi
Kehamilan
Menurut
Mochtar
(1998), Suatu kehamilan akan terjadi bila
terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a.
Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan
diameter + 0,1 mm yang terdiri dari
suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.
b.
Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala
berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat
bergerak sehingga sperma dapat bergerak
cepat.
c.
Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara
sperma dan ovum
di tuba fallopii.
d.
Nidasi Nidasi adalah masuknya atau
tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e.
Plasentasi Plasentasi adalah alat yang sangat
penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
3.
Tanda-Tanda Kehamilan
a.
Tanda-tanda
dugaan hamil
1) Amenorea
(terlambat
datang bulan)
a)
Mengetahui tanggal haid terakhir dengan
perhitungan rumus Naegle
dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi.
2) Nausea
(enek/mual)
dan emesis (muntah)
a)
Pengaruh ekstrogen dan progresteron
terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
b)
Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, sering
terjadi pada pagi hari (morning sickness).
c)
Dalam batas yang fisiologisnkeadaan ini
dapat diatasi.
d)
Akibat mual dan muntah nafsu makan
berkurang.
3) Sering buang air kecil
a)
Trimester I : karena kandung kencing
tertekan uterus yang
mulai membesar.
b)
Trimester II dan III : karena janin
mulai masuk ke ruang panggul
dan menekan kembali kandung kencing.
4) Pimentasi
kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta
yang merangsang melanosfor dan kulit.
a) Sekitat
pipi : cloasma gravidarum Keluarnya
melanophore stimulating hormon hipofisis
anterior
menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.
b) Dinding
perut
(1) Striae lividae
(2) Striae nigra
(3) Linea alba makin hitam
c) Sekitar
payudara
(1) Hiperpigmentasi areola
mamae
(2) Putting susu makin menonjol
(3) Kelenjar Montgomery
menonjol
(4)
Pembuluh darah menifes sekitar payudara
(5)
Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi
setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.
(6) Payudara menjadi tegang dan
membesar
a)
Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron
yang merangsang duktuli dan alveoli di
mammae glandula montgomerry
tampak lebih jelas.
b)
Payudara
membesar dan menegang.
c)
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
(7) Obstipasi
atau konstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang
disebabkan olehpengaruh hormon steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
(8) Epulis
Hipertrofi gusi disebut
epulis dapat terjadi bila
(9)
Varises
atau penampakan pembuluh darah vena
a) Karena
pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi penampakan
pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang
mempunyai bakat.
b)
Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar
genetalia eksterna,
kaki dan betis, dan payudara.
c)
Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung
setelah persalinan.
10) Mengidam Wanita sering menginginkan makanan
tertentu,
11)
Sinkope
atau pinsan
a) Terjadi
gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkop atau pinsan.
b) Keadaan
ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
a. Tanda-tanda Mungkin Hamil
Adapun
tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Manuaba (1998), yaitu:
1)
Rahim
membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2)
Pada
pemeriksaan dalam dijumpai :
a) Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian
yang lain.
b)
Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan
hingga menonjol jelas
ke jurusan pembesaran perut.
c) Tanda
Chadwick
Perubahan warna pada
servix dan vagina menjadi kebirubiruan.
d)
Tanda braxton-hicks Uterus
mudah berkontraksi jika dirangsang.
e) Teraba ballottement
3)
Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
Sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).
c.
Tanda-tanda Pasti Hamil
Menurut Sarwono (1999), seorang wanita dipastikan hamil apabila:
1) Terdengar Denyut Jantung Janin.
2) Terasa pergerakan janin dalam
rahim
3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Terdapat kantong hamil, hamil 4
minggu
b) Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu
c) Terdapat kerangka janin, hamil 12
minggu
d) Terdapat denyut jantung janin, hamil
6 minggu.
4) Pemeriksaan
rontgen untuk melihat kerangka janin.
B.
Gingivitis Kehamilan
Gingivitis kehamilan
merupakan keadaan yang tidak terlihat pada setiap wanita hamil. Walaupun
hygiene mulutnya baik, namun pada gingival dapat terlihat adanya kemungkinan
berdarah setelah menyikat gigi atau setelah suklus di probing, hal ini
menunjukkan bahwa factor hormon estrogen
dan progesterone yang mengalami peningkatan selama kehamilan sehingga
dapat menimbulkan inflamasi gingivitis kehamilan. (Harahap, 1996)
Gingivitis kehamilan
biasanya memperlihatkan adanya peningkatan intensitas sejak bulan kedua sampai
bulan kedelapan dari kehamilan, dan menurun pada bulan kesembilan. Kondisi ini
menghasilkan berbagai iritasi ketidaknyamanan pada wanita hamil, hal ini juga
sering mengakibatkan terjadinya pendarahan yang berlebihan pada jaringan
gingival. Pendarahan paling sering terjadi selama berfungsi misalkan waktu
makan dan selama menyikat gigi, pendarahan yang dialami oleh wanita hamil saat
menyikat gigi dan pendarahan yang sering membuat si ibu takut sehingga menjadi
lebih mengabaikan hygiene mulut. (Affiandi, 1996)
Menurut Ojanotko. dkk,
(1991), Peningkatan gingivitis kehamilan dapat dibagi dalam dua periode, yaitu:
a) Selama trimester pertama, saat terjadinya
produksi berlebihan dari gonadotropin
b) Selama trimester ketiga, saat tingkat estrogen
dan progeesteron paling tinggi. Pada trimester ketiga ini, gingivitis kehamilan
terjadi paling parah.
C.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Gingivitis Pada Masa Kehamilan
Penyebab
utama radang gusi pada ibu hamil sebenarnya sama dengan ibu yang tidak hamil,
yakni iritasi lokal seperti plak yang telah mengalami pengapuran (karang gigi),
gigi berlubang atau tambalan yang kurang sempurna sehingga terjadi “penahanan”
sisa makanan di dalamnya, atau sisa akar gigi yang belum dicabut. Hanya saja,
perubahan hormonal yang menyertai kehamilan, misalnya terjadi pelebaran
pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah, dapat memperberat
reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal tersebut (Lalawangi, 2007).
Faktor
penyebab timbunya gingivitis pada masa kehamilan menurut Lalawangi, (2007) dapat dibagi 2 bagian, yaitu:
1.
Penyebab Primer
Iritasi lokal seperti
plak merupakan penyebab primer gingivitis masa kehamilan sama halnya seperti
pada ibu yang tidak hamil, tetapi perubahan hormonal yang menyertai kehamilan
dapat memperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal. Iritasi lokal
tersebut adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa
makanan, tambalan kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik. Saat kehamilan
terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa
disebabkan oleh timbulnya perasaan mual, muntah, perasaan takut ketika
menggosok gigi karena timbul pendarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan
kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan sendirinya
akan menambah penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.
2. Penyebab Sekunder
Kehamilan merupakan
keadaan fisiologis yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal, terutama
perubahan hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan konsentrasi hormon
estrogen dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada
jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya
aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak dan mudah mengalami
pendarahan.
Akan tetapi, jika
kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama kehamilan, perubahan mencolok
pada jaringan gusi jarang terjadi. Keadaan klinis jaringan gusi selama
kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil, di
antaranya;
a) Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami
peradangan berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah
tua.
b) Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak
terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.
c) Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran
gusi terlihat bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk
bila ditekan, lunak, dan lentur.
d) Risiko pendarahan, warna merah tua menandakan
bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko pendarahan
gusi.
e)
Luas
peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara lokal maupun
menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan periodontal
dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada struktur tersebut (Lalawangi,
2007).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penilitian ini merupakan penilitian study kasus
bersifat deskriptif. Yaitu untuk
Mengetahui Apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya gingivitis pada ibu
hamil yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng Bata Banda
Aceh tahun 2012
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh tahun
2012
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 05 sampai 07 November Tahun 2012.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di poli KIA Puskesmas Batoh yang
berjumlah 27 orang.
2. Sampel
Pengambilan
sampel dalam penelitian menggunakan metode accidental
sampling atau berdasarkan kasus yang kebetulan ada (Ibu hamil yang terkena
penyakit gingivitis) yaitu 18 orang ibu hamil.
D. Instrumen Penelitian
1. Kartu
Status Pasien
2. Alat
diagnosa set
3. Kuisioner
E. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data
yang diperoleh langsung dengan cara mengumpulkan hasil pemeriksaan kesehatan gigi
dan hasil pengisian kuisioner oleh ibu hamil yang terkena gingivitis yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Batoh
Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh.
2.
Data Sekunder
Data tentang ibu hamil
yang terkena penyakit gingivitis pada
tahun 2012 yang diperoleh dari Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh.
F.
Cara
Pengolahan Data
1. Pengolahan
data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
a.
Editing, yaitu memeriksa hasil pengisian kartu status
b.
Coding,
yaitu data terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan
menggunakan kode-kode sehingga lebih mudah dan sederhana.
c.
Tabulating,
yaitu pemindahan data dari kartu kode kedalam tabel.
2. Analisa
Data
a. Data
yang didapat dari hasil pemeriksaan dan pengisian kuisioner dianalisa secara
deskriptif dengan menghitung presentase dari tiap variabel.
b. Data
kebersihan gigi dan mulut digitung dengan OHIS, dan gingivitis dengan gingiva
indeks.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 05 sampai 07
November tahun 2012
pada ibu hamil yang berkunjung di poli KIA Puskesmas Batoh. Hasil pengolahan
data yang telah di dapat adalah sebagai
berikut.
a.
Data
Umum
1.
Poli
KIA
Poli Kia Puskesmas Batoh
berada di wilayah Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh Tahun 2012
a. Demografi
1) Jumlah
kepala keluarga dalam wilayah kecamatan lueng bata adalah 5072 KK
2) Jumlah
penduduk kecamatan lueng bata adalah 22699 jiwa dengan rincian 11,196 jiwa
laki-laki dan 11, 503 jiwa perempuan.
b. Geografis
Kecamatan
lueng bata mempunyai luas wilayah 534,125 km2 dengan desa batoh
sebagai desa terluas dengan luas wilayah 133,500 km2, sedangkan desa
dengan luas terkecil adalah desa
lampaloh dengan luas wilayah 13, 325 km2. Adapun jumlah desa yang ada di wilayah
kecamatan lueng bata terdiri dari 9 desa, yaitu:
1) Desa
lueng bata dengan luas wilayah 69,375 km2
2) Desa
Cot Mesjid dengan luas wilayah 33,550 km2
3) Desa
Panteriek dengan luas wilayah 51,300 km2
4) Desa
Blang cut dengan luas wilayah 52, 250 km2
5) Desa
Lamseupeung dengan luas wilayah 76,850 km2
6) Desa
Batoh dengan luas wilayah 133,500 km2
7) Desa
Sukadamai dengan luas wilayah 30,225 km2
8) Desa
Lamdom dengan luas wilayah 13,325 km2
9) Desa
Lampaloh dengan luas wilayah 13,325 km2
b.
Data
Khusus
Faktor Penyebab
Gingivitis Pada Ibu Hamil
a. Penyebab Primer
1.
Deskripsi
Faktor Dalam Penyebab Penyakit Gingivitis
a)
Hasil
Pemeriksaan Debris Indeks (DI)
Tabel
3.1
Hasil
Pemeriksaan Debris Indeks Pada Ibu Hamil yang Berkunjung Ke Poli KIA Di
Puskesmas
Kecamatan Lueng
Bata Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,-0,6)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang
(0,7-1,8)
|
5
|
27.8
|
3
|
Buruk (1,9-3,0)
|
13
|
72.2
|
Total
|
18
|
100
|
Sumber Data
Primer
Berdasarkan tabel 3.1 diatas maka
diketahui indeks debris (DI) bahwa 13 responden (72.2) berada pada kriteria
buruk.
b)
Hasil
Pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
Tabel
3.2
Hasil
Pemeriksaan Calculus Indeks Pada Ibu Hamil Yang Berkunjung Ke Poli KIA Di
Puskesmas Kecamatan
Lueng Bata Banda
Aceh Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,0-0,6)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang (0,7-1,8)
|
5
|
27.8
|
3
|
Buruk
(1,9-3,0)
|
13
|
72.2
|
Total
|
18
|
100
|
Sumber Data
Primer
Berdasarkan tabel 3.2 diatas maka
diketahui indeks calculus (CI) bahwa 13 responden (72.2%) berada pada kriteria
buruk.
c)
Kriteria
OHI-S
Berdasarkan hasil pemeriksaan kebersihan gigi dan
mulut yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami gingivitis sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Hasil
Pemeriksaan Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Ibu Hamil Yang Berkunjung Ke Poli KIA
Di Puskesmas Kecamatan
Lueng
Bata Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik (0,0-1,2)
|
0
|
0
|
2
|
Sedang (1,3-3,0)
|
2
|
11.2
|
3
|
Buruk
(3,1-6,0)
|
16
|
88.8
|
Total
|
18
|
100.0
|
Sumber Data
Primer
Berdasarkan tabel 3.3 di atas
diketahui 16 responden (88.8%) berada pada kriteria buruk.
d)
Hasil
Pemeriksaan Status Gingivitis
Tabel 3.4
Hasil
Pemeriksaan Gingivitis Pada Ibu Hamil Yang Berkunjung Ke Poli KIA Di Puskesmas
Kecamatan Lueng Bata
Banda Aceh Tahun
2012
g
No
|
Kriteria Gingiva
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Normal (0)
|
0
|
0
|
2
|
Gingivitis ringan (0-1,0)
|
8
|
44.5
|
3
|
Gingivitis sedang (1,1-2,0)
|
4
|
22.2
|
4
|
Gingivitis parah
(2,1-3,0)
|
6
|
33.3
|
Total
|
18
|
100.0
|
Sumber Data
Primer
Berdasarkan tabel 3.4 diketahui
bahwa proporsi responden terbesar yang menderita gingivitis sebanyak 8
responden (44.5%) berada pada kriteria gingivitis ringan.
c. Penyebab Sekunder
Tabel 3.5
Distribusi
Frekuensi Pertanyaan Faktor Penyebab Sekunder Pada Ibu hamil Yang Berkunjung Ke
Poli KIA Di Puskesmas
Kecamatan Lueng
Bata Banda Aceh
Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
F
|
%
|
1
|
Apakah anda pernah mengalami gusi
bengkak pada masa kehamilan
|
a.
Pernah
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak
|
18
0
0
|
100
0
0
|
2
|
Selama hamil pernahkan ibu rutin
menggosok gigi setelah makan agar terhindar dari penyakit gingivitis?
|
a.
Pernah
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak
|
3
15
0
|
16.7
83.3
0
|
3
|
Apakah anda sering mengalami gusi
berdarah saat menggosok gigi
|
a.
Ya
b.
Tidak
c.
Tidak sama sekali
|
18
0
0
|
100
0
0
|
4
|
Selama kehamilan apakah anda sering
mengkonsumsi makanan yang bergizi?
|
a.
Sering
b.
jarang
c.
Tidak
|
14
4
0
|
77.8
22.2
0
|
5
|
S Selama
kehamilan apakah anda pernah memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke klinik gigi?
|
a.
Pernah
b.Kadang-kadang
c.
Tidak sama sekali
|
3
12
3
|
16.7
66.7
16.6
|
6
|
Selama hamil pernahkah gigi anda
tiba-tiba terasa panas dan bengkak?
|
a.
Pernah
b.
Jarang
c.
Tidak sama sekali
|
17
1
0
|
94.4
0.6
0
|
7
|
Selama hamil, apakah anda pernah
mengalami rasa ngilu dan nyeri pada
gigi saat gigi anda berfungsi (sewaktu mengunyah makanan)?
|
a.
Pernah
b.
Jarang
c.
Tidak pernah
|
16
2
0
|
88.9
11.1
0
|
8
|
Pilihlah salah satu yang pernah anda
alami tentang sakit gigi selama anda
hamil
|
a.
Gusi bengkak dan berdarah
b.
Gigi berlubang
c.
Gigi sering sakit dan ngilu
|
15
0
3
|
83.3
0
16.7
|
9
|
Apakah
ibu membiarkan saja gejala
radang gusi karena menganggap
penyakit radang gusi tersebut merupakan hal
yang lumrah bagi wanita hamil?
|
a.
Ya
b.
Tidak
c.
Tidak tahu
|
2
8
8
|
11.1
44.5
44.5
|
10
|
Pada saat anda mengalami gusi bengkak pada masa kehamilan,
pernahkan ibu menggosok gigi sesering mungkin dengan harapan gusi kembali
normal?
|
a.
Pernah
b.
Jarang
c.
Tidak pernah
|
3
10
5
|
16.7
55.6
27.8
|
Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa
seluruh ibu hamil mengalami gusi bengkak dan berdarah saat menggosok gigi pada
masa kehamilan sebanyak 18 responden (100%).
Tabel 3.6
Distribusi
Responden Berdasarkan Usia kehamilan Ibu Hamil yang Berkunjung di KIA Puskesmas
Batoh kecamatan Lueng Bata
Banda Aceh Tahun
2012
No
|
Usia
Kehamilan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
0 – 12 minggu
|
4
|
22,3
|
2
|
13 – 24 minggu
|
5
|
27,7
|
3
|
25 – 36 minggu
|
9
|
50
|
|
Total
|
18
|
100
|
Berdasarkan tabel 3.6 diatas
terlihat bahwa usia kehamilan paling banyak pada usia kehamilan 25- 36 minggu
yaitu 9 ibu hamil (50%).
B. Pembahasan
Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 05 sampai 07 November 2012 yaitu
untuk mengetahui berbagai faktor penyebab terjadinya ginggivitis pada ibu hamil
yang berkunjung ke poli KIA Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng bata Banda Aceh
tahun 2012. Dengan sampel 18 responden yang terkena radang gusi (gingivitis).
Hasil
pemeriksaan debris indeks pada 18
ibu hamil yang mengalami gingivitis, yaitu 13 responden (72,2) dengan kriteria
buruk. Dari data
tersebut berdasarkan pemeriksaan dan wawancara menurut penulis diketahui bahwa
kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut misalnya dalam hal menyikat
gigi mereka mengatakan dengan menyikat gigi akan mengakibatkan rasa mual.
Menurut Lodro (2010). Ibu hamil terkadang malas membesihkan gigi dan mulut
karena merasa mual. Beberapa masalah seperti gigi berlubang, gusi bengkak, gusi
berdarah dan nyeri pada gigi sering kali dialami ibu hamil. Umunya terjadi pada
trimester pertama, seabab saat itu ibu hamil sedang mengalami mual dan muntah
atau morning sickness yang kemudian
membuat ibu hamil malas merawat gigi selain itu ibu hamil senang mengkonsumsi
makanan yang asam atau yang manis untuk mengurangi mual dan muntah, makanan
yang manis akan menyebabkan pH mulut menjadi asam dimanan ibu hamil semakin
malas menyikat dan membersihkan gigi sehingga masalah menjadi menjadi
bertumpuk.
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa
kecenderungan terkena penyakit radang gusi yang besar dapat di lihat pada hasil
pemeriksaan calculus indeks pada responden, ternyata dalam kategori dengan
calculus indeks yang buruk yaitu sebanyak 72.2%. Dari data tersebut menurut penulis dapat diketahui
bahwa oral hygiene yang buruk dapat dipengaruhi dengan cara menyikat gigi yang
salah dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat. Kesehatan gigi
individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif
misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif
misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan
mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang. Pembersihan
plak secara sempurna dapat dilakukan dengan menyikat gigi minimal dua kali
sehari. Sikat gigi yang baik adalah : bulu sikat cukup panjang, bulu sikat
kekerasannya sedang dan lembut, cukup efektif untuk digunakan sehingga tidak
merusak jaringan dan sikat gigi harus mudah dibersihkan (Sriyono, 2005).
Berdasarkan
hasil pemeriksaan kebersihan
gigi dan mulut didapat (hasil pemeriksaan debris indeks dan
calculus indeks) bahwa untuk kategori OHI-S yang buruk sebesar 88.8%, sedangkan
untuk kriteria sedang sebesar 11.2%. Dari data tersebut diketahui bahwa
kecenderungan untuk terjadi gingivitis di Puskesmas Batoh lebih tinggi,
sehingga nilai OHI-S yang tinggi turut ikut menjadikan indikator mudanya
terkena radang gusi (gingivitis). Karena OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari
debris dan calculus indeks pada diri seorang buruk, maka otomatis OHI-S nya
buruk yang berarti kebersihan gigi dan mulutnya jelek (Heri Julianti, 2001).
Proporsi
responden terbesar yang menderita gingivitis sebanyak 8 responden (44.5%), penyakit dalam rongga mulut yang
sering terjadi pada waktu hamil yaitu gingivitis, kondisi ini disebabkan ibu
hamil yang malas memelihara kebersihan gigi dan mulut sehingga akan menumpuknya sisa-sisa makanan
dan terjadinya plak serta terkontaminasi bakteri. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Boediharjo
(1985) Penyakit gingivitis ini juga
disebabkan oleh faktor lokal (plak dan karang gigi) dan faktor sistemik seperti
pengaruh hormonal, faktor umur kehamilan dan perilaku ibu hamil terhadap
kesehatan gigi.
Diketahui ibu hamil kurang
memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya hal ini sesuai dari hasil penelitian yang diperoleh
bahwa 18 responden (100%) ibu hamil dominan mengalami gusi bengkak dan berdarah
saat melakukan gosok gigi pada masa kehamilan. Dari data tersebut menurut
penulis kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut disebabkan oleh
kondisi ibu hamil yang sering mengalami mual dan muntah saat menggosok gigi.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan
Affiandi (1996) Gingivitis kehamilan biasanya memperlihatkan adanya
peningkatan intensitas sejak bulan kedua sampai bulan kedelapan dari kehamilan,
dan menurun pada bulan kesembilan. Kondisi ini menghasilkan berbagai iritasi
ketidaknyamanan pada wanita hamil, hal ini juga sering mengakibatkan terjadinya
pendarahan yang berlebihan pada jaringan gingival. Pendarahan paling sering
teriadi selama berfungsi misalkan waktu makan dan selama menyikat gigi,
pendarahan yang dialami oleh wanita hamil saat menyikat gigi dan pendarahan
yang sering membuat si ibu takut sehingga menjadi lebih mengabaikan hygiene
mulut.
Tabel 3.6 menunjukan bahwa ibu
hamil yang paling banyak menderita ginggivitis pada usia kehamilan 25- 36
minggu yaitu 9 ibu hamil (50%). Berdasarkan data tersebut penulis berasumsi
bahwa ibu hamil sering mengalami gingivitis pada bulan kedua sampai bulan
kedelapan yang disebabkan oleh pengaruh hormonal. Menurut Haliemunthe (1998)
ginggivitis pada kehamilan disebabkan oleh iritasi lokal, tidak terlihat adanya
perubahan ginggivitis selama hamil, dalam hal tidak adanya iritasi lokal.
Selama kehamilan terjadinya peningkatan hormon dan interaksi bakteri dalam plak
sehingga mempercepat terjadinya ginggivitis pada kehamilan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian penyakit gingivitis di tinjau dari berbagai faktor penyebab
pada ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA di Puskesmas Batoh Kecamatan Lueng
Bata Banda Aceh tahun 2012, dapat di simpulkan:
1.
Faktor
penyebab primer terjadinya penyakit gingivitis
Kebersihan gigi dan mulut OHI-S yaitu 16 responden
(88.8%).
2.
Faktor
penyebab sekunder terjadinya penyakit gingivitis
a. Perubahan kondisi dimana 100% ibu hamil mengalami gusi
bengkak dan gusi berdarah.
b. Ibu hamil malas menggosok gigi atau kadang-kadang
menggosok gigi setelah makan sebanyak (88,8 %)
B. Saran
1.
Bagi
ibu hamil
Bagi Ibu hamil agar lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut
dengan cara menggosok gigi secara
teratur dan periksa gigi setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi atau
puskesmas serta mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berserat.
2.
Bagi
Petugas Kesehatan Gigi
Bagi
petugas diharapkan lebih aktif dalam mempromosikan tentang kesehatan gigi dan
mulut dengan memberikan penyuluhan secara rutin, sehingga
dapat menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebebersihan
gigi dan mulut terutama pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Besford,
J., 1996. Mengenal Gigi Anda, Peunjuk
Bagi Orang Tua. Jakarta
Boediharjo,
2007 Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga.
Hal 3.30.31 Air Langga University indonesi. Bandung
Dalimunthe, 2004, Terapi periodontal 2nd,USU Press: Medan
Daliemunthe,
Saidina Hamzah, 2008. Periodonsia.
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Depkes
RI, 2000 petunjuk pemeliharaan gigi dan
mulut keluarga hal 10 Jakarta Frenken. Jo, Prathip phantom Vanit, Taco Pilot,
Yupin Song Paisan, Evert Van Amerongent.
________,
2007 Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Di puskesmas, Jakarta Hal 11
________,
2009 Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Dan Mulut, Jakarta
Herijulianti,
E., Indonani, ts, Artini. S., 2002. Pendidikan
Kesehatan Gigi. Jakarta
________, 2009. Pendidikan
Kesehatan Gigi. Jakarta
http
: //www. Kesehatan.Kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.
Machfoedz,
I., 2006. Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya, Jakarta.
Manson,
1993. Buku Ajar Periodensia, Jakarta.
Mittendorf R, William MA, Berkey CS, Cotter PF, 2010. The lenght of uncomplicated human
gestatioan, Obstet Gynecol 1990;75:929-32. PMID23422739., diakses
tgl 07 Juni 2010
Mukhtar.
R., 1998. Tanda dan Gejala Kehamilan.
Vakultas Kedokteran gigi Usu medan.
Notoatmojo,
2003). Kesehatan dan ilmu perilah hal
13-30 ed. EGC, Jakarta
Notoatmodjo,
S., 2005. Promosi Kesehatan, Teori
Aplikasi. Jakarta.
Pratiwi D, 2007. Gigi
Sehat. Jakarta.
Laporan
Puskesmas Batoh, 2012 Data Tentang
Gingivitis Pada Ibu Hamil. Banda Aceh
Lawalangy,
2007, diakses dari situs http://lawalangy.wordpress.com/2007/07/10/penyakit-mulut-pada-ibu-hamil/
0 komentar:
Posting Komentar