Kamis, 08 November 2012

PSIKOLOGI KESEHATAN


PSIKOLOGI KESEHATAN

1. Psikologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan kesehatan. Perilaku apa saja yang anda temui berkaitan dengan masalah kesehatan di lingkungan anda dan bagaimana pendapat anda tentang perilaku tersebut.
a. Perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan adalah kebiasaan merokok.
Pada umumnya para perokok menyadari akan bahayanya merokok bagi kesehatan dirinya dan juga dapat menganggu kesehatan orang yang disampingnya/atau perokok pasif. Tapi biasanya paru perokok tidak mementingkan kesehatan dirinya apalagi orang lain, yang diutamakannya adalah enaknya merokok, tanpa mempertimbangkan efek samping dari merokok tersebut seperti penyakit kangker, serangan jantung. Gangguan kehamilan dan impotensi.
2. Mengapa anda perlu mempelajari Psikologi? Apa hubungannya dengan kesehatan masyarakat?
Phisikolgi adalah ilmu tentang jiwa atau tingkah laku manusia, jadi bagai bagaimana kita bisa berinteraksi dengan masyarakat, apabila kita tidak memahami phikologi masyarakat tersebut, maka itulah psikologi ini sangat erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, kita dituntut untuk bisa memahami karakteristik orang atau kelompok masyarakat sebelum kita melakukan penyuluhan atau memberi informasi kesehatan kepada mereka.
3. Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian manusia terdiri dari aspek yaitu Id, ego dan superego yang masing-masing memiliki fungsi, prinsip dan dinamika. Jelaskan ketiga aspek tersebut dengan contoh dalam perilaku manusia
Id :
Bagian pribadi yang menyimpan dorongan ”Biologis” manusia paling asli yang karakter ini dibawa sejak lahir.
Ego :
Mediakor antara hasrat hewani dengan tuntutan rasional dengan realistik, menghiang ketegangan sebagai perwujudan.
Ex. Ketika kita merasa lapar, ketika itulah kita harus berusaha untuk mendapatkan makanan, untuk menghilangkan rasa lapar yang kita rasakan.
Super Ego : Posisi kepribadian, mewakili yang ideal yang berfungsi untuk menentukan masa yang salah dan mana yang benar.
Ex. Saat kita merasa lapar tersebut, kita harus mempertimbangkan halal/haram makanan tersebut atau layak atau tidaknya makanan tersebut kita makan.
4. Menurut John. B. Watson Tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Tingkah laku apa yang dapat anda terapkan dalam bidang kesehatan?
Tidak merokok didalam ruangan rumah sakit, tersebut tidak dilakukannya ada aturan ”Areal No Smoking” dan dia pun menyadarinya/mengendalikan bahwa peraturan tersebut tidak pantas dia longgar karena dapat membahayakan orang atau perokok pasif.
5. Bagaimanakah pendapat Rogers tentang tingkah laku manusia? Jelaskanlah
Rogers :
Ada suatu kuasa aktif yang menggerakkan mereka kearah kesempurnaan. Apabila personiliti individu ”Membuka dirinya dalam keadaan semula yang baik dan individu akan terlepas dari masalah yang dihadapinya dan akan muncul aspek yang positif.
Maksudnya :
Apabila kita menghadapi masalah, jangan terlalu memandang terlalu rumit dan menanggapi masalah yang dihadapinya terlalu besar sehingga ia berfikir tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya itu.
Tapi cobalah untuk membuka diri dan berfikir jernih maka pikiran bawah sadar akan membawa kita kearah yang positif sehingga masalah yang kita hadapi tersebut. Cepat selesainya.
6. Apa yang dimaksud dengan stres? Apa yang menyebabkan seseorang menjadi stres? Dan apa upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi stres pada diri anda?
Stress :
Reaksi-reaksi individu terhadap faktor-faktor baru atau yang mengancam, yang timbul dalam lingkungan dalam artian luas. Yang intinya ”Stress mengandung tekanan terhadap manusia”
Penyebab :
- Perbedaan persepsi, emosi, dan faktor lain yang melekat pada diri manusia tersebut.
- Terlalu memikirkan masalah yang dihadapinya, tanpa memikirkan jalan keluarnya dari masalah yang dihadapi.
Agar Terhindar :
- Berfikir positiflah, dan kalau bisa jangan terlalu memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Apabila terlalu difikirkan akan meningkatkan kimiawi dalam tubuh yang menyebabkan penyakit fisik.
- Percayalah, tuhan tidak akan memberikan cobaan pada hambanya, kalau hambanya tersebut tidak sanggup menyelesaikannya atau melewati cobaan tersebut.
7. Jelaskanlah dengan contoh maksud kompensasi, sublimasi, dan proyeksi! Bagaimana penerapannya dalam bidang kesehatan masyarakat?
Kompensasi :
- Seorang dokter yang telah memeriksa pasiennya, maka dokter akan memberikan obat kepada pasien yang sakit tersebut. Maka pasien juga harus memberi imbalan akan jasa dokter dan biaya obat tersebut.
Sublimasi :
Rangsangan bawah sadar kita, apabila penyakit yang kita derita dapat berkurang atau bahkan sembuh, maka kita akan memberikan sesuatu pada dokter tersebut. Yang intinya bukan kompensasi.
Proyeksi :
”Kesadaran tertinggi pikiran”
Tidak membuang sampah kekali, karena akan menyebabkan penyumbatan pada umumnya para perokok atau kalau rokok itu membahayakan kesehatan tidak hanya kesehatan dirinya saja akan tetapi juga orang yang berada didekatnya saat dia merokok.


PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN
Psikologi kesehatan adalah bagian dari psikologi klinis, yang memfokuskan pada kajian dan fungsi kesehatan individu terhadap diri dan lingkungannya, termasuk penyebab dan faktor-faktor yang terkait dengan problematika kesehatan individu.
Psikologi Kesehatan menurut Matarazzo (1980, dalam Ogden: 1996) adalah suatu agregat dari specific educational, dan kontribusi scientific professional, dari disiplin psikologi, untuk memajukan atau memelihara  kesehatan, termasuk juga didalamnya penanganan penyakit dan aspek-aspek lain yang terkait dengannya.
Tujuan
Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial stress.
Secara lebih operasional, psikologi kesehatan dapat dimanfaatkan untuk :
  • Mengevaluasi tingkah laku dalam etiologi penyakit 
  • Memprediksi tingkah laku tidak sehat
  • Memahami peran psikologi dalam experience of illness 
  • Mengevaluasi peran psikologi dalam treatmen
  • Selain itu, teori-teori psikologi juga dapat dimanfaatkan dalam mempromosikan tingkah laku sehat dan mencegah sakit/munculnya penyakit dalam skala individu maupun yang lebih luas (kelompok, komunitas maupun masyarakat)
Tingkah laku yang Berkaitan dengan Kesehatan 
  • Kebiasaan yang merugikan kesehatan (health impairing habits) yang juga disebut “behavioural pathogens seperti merokok, memakan makanan berlemak, atau
  •  Tingkah laku yang menunjang kesehatan (health-protective behaviours), atau “behavioural immunogens” seperti mengikuti pemeriksaan kesehatan dan mengikuti kegiatan olah raga secara aktif.
Seven Health Practices 
  1. Tidur tujuh sampai delapan jam setiap hari 
  2. Hampir setiap hari sarapan 
  3. Tidak ngemil diantara jam makan yang satu ke yang berikutnya
  4. Bobot tidak melampaui limit batas gemuk 
  5. Tidak merokok 
  6. Mengkonsumsi alkohol tidak berlebih 
  7. Melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Sebab dari Kondisi Sakit 
  • Penyebab karena Bio (virus, bakteri, luka)
  • Psiko (tingkah laku, belief, coping, stress, pain) 
  • Sosial (kelas sosial, ethnis, pekerjaan).
Individu tidak dipandang semata-mata sebagai korban penyakit, namun juga ikut bertanggungjawab terhadap kondisi sakitnya.
Perkembangan Tantangan Psikologi Kesehatan 
  • Sasaran/Target : Masyarakat --- Pengembangan Komunitas 
  • Imunisasi Perilaku: Konselor --- Sebaya/Komunitas 
  • Kaitan kesehatan dengan hukum --- Hukum Kesehatan
  •  Wanita dan masyarakat “miskin”

DEFENISI PSIKOLOGIS


Definisi Psikologis Klinis

Menurut Witemer tahun 1912 psikologis klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam psikologis klinis :

1.Memiliki orientasi ilmiah-profesional yaitu adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap indiovidu yang menderita kecemasan. Psikologi melalui intervensi dan evaluasi psikologis.
2.Menampilkan kompetensi psikologi, karena psikologi klinis terlatih dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja professional.
3.Menampilkan kompetensi klinisi karena berusaha mengerti orang lain
4.Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditangani
5.Profesional, karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, kelompok social dan komunitas untuk memecahkan masalah.


Orientasi Psikologi Klinis 

Terdapat hubungan yang jelas dan dekat antara psikologi klinis dan psikologi abnormal dan kemudian tentu saja psikiatri. Tugas yang dihadapi psikologi klinis adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan aspek kepribadian. Untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis mengenai kepribadian terdapat aspek kepribadian yang perlu dipahami :

1.Motivasi Adalah kebutuhan psikologi yang telah memiliki corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara yaitu senantiasa dalam keadaan seimbang. Pada awalnya kebutuhan itu hanya berupa kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu vector yang disebut motivasi karena memiliki kekuatan dan arah.
2.Kapasitas Kapasitas adalah karakteristik individu yang adjustic, termasuk dalam hal adalah kapasitas intelektual untuk mencapai tujuannya sendiri dan untuk tuntutan yang dikehendaki lingkungan. Pentingnya pemahaman mengenai kapasitas ini bagi psikologi klinis adalah untuk memperkirakan dalam bidang apa saja dan seberapa kuat individu memiliki sumber stress, baik dalam keadaan frustasi, konflik maupun tertekan.
3.Pengendalian Yang dimaksud dengan pengendalian adalah proses yang dilakuakan individu saat menggunakan kapasitasnya dan mengekang motivasi impulsive ke dalam saluran yang berguna bagi penyesuian dirinya, yang secara social diterima.

Perkembangan kemampuan mengendalikan diri terjadi sejak masa bayi. Tepatnya saat bayi mulai belajar menghadapi frustasi. Ada lima wujud pengendalian yaitu pengendalian berlebih (represi), lemah (under control), tentantif (cemas), terganggu disebut juga sebagai pengendalian yang inadequate dan pengendalian ideal (pengendalian yang melahirkan penyesuaian yang tepat).


Peranan Psikologi Klinis


Tugas professional seorang psikolog klinis adalah mengimplementasikan prinsip dasar psikologis klinis sebagai ilmu terapan. Berkaitan dengan tugas ini, ada beberapa peranan yang dimiliki psikolog klinis sebagai berikut :

1.Terapan Istilah khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umunya terapi menampilkan empat gambaran kegiatan yaitu : Membantu hubungan murni yang bersifat memelihara hubungan antara terapis dan pasien.
a.membantu klien melakukan eksplorasi (pengalihan diri)
b.terapis dank lien bekerjasama memecahkan masalah
c.terapis membangun sikap dan mengerjakan ketrampilan atau cara kepada pasien untuk menggulangi stress.
2.Assesment Assessment adalah propses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah social dan psikologis pasien, baik menyangkut keterbatasan maupun kelebihannya.
3.Mengajar Mengajar adalah memberikan informasi dan pelatihan mengenai topic-topik yang termasuk ruang lingkup pengetahuan yang melandasi profesinya, seperti psikologi klinis, psikologi abnormal, dll.
4.Konsultasi Termasuk memberikan bimbingan bagi perseorangan, kelompok atau badan system dan organisasi untuk mengembangkan kualitas diri. Disebut konsultasi karena tujuan psikolog klinis dalam hal ini membantu pasien melalui pekerjaan atau permasalahan mereka.
a.Administrasi Dilaksanakannya oleh psikolog klinis sesuai dengan jabatannya dalam posisi manajerial seperti di RS, klinik, dll.
b.Penelitian Dikerjakan oleh psikologi klinis dalam berbagai macam bentuk riset investigasi, mengkaji keefektifan berbagai pendekatan terapi atau konsultasi, penyebab dan akibat dari disfungsi psikologis.


Psikologi Kesehatan 

Seperti yang kita lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam pendekatan-pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru muncul. Definisi psikologi kesehatan mencakup definisi sebagai berikut : 
1.Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini.
2.Penekanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso dan makro dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan.
3.Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.


Pola Perilaku 

Penelitian-penelitian yang terbaru banyak dilakukan untuk meneliti factor-faktor kepribadian dan atau pola-pola perilaku sebagai factor resiko untuk penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler.

1.Perilaku tipe A Tipe A pertama kali digambarkan secara jelas dan diukur oleh Friedman dan Rosenman di tahun 1959. aslinya hal ini digambarkan sebagai gaya perilaku dan emosi. Sekarang beberapa penulis memandang tipe A sebagai cirri sifat kepribadian yang pasti, sementara yang lain menggambarkan hal ini sebagai pola penggiatan perilaku yang kuat dan terus menerus yang biasanya merupakan dimulai dari diri sendiri. Tipe A meliputi disposisi perilaku, perilaku dan rsepon emosional yang khusus. Kebanyakan para penulis setuju dengan adanya tiga ciri-ciri utama tipe A :
a.Orientasi persaingan prestasi, ambisius, kritis terhadap diri sendiri.
b.Urgensi waktu, berjuang melawan waktu, tidak sabaran, melakukan pekerjaan berbeda-beda dalam waktu yang sama.
c.Permusuhan, mudah marah, kadang-kadang agresif. Khususnya selama 20 tahun pertama dan publikasi dan riset, nampaknya tipe A mempunyai hubungan kuat dengan CHD. Laki-laki tipe A mempunyai resiko
 2 kali lipat untuk mengalami CHD. Sebagai tambahan, orang-orang tipe A memiliki gaya coping terhadap stress yang berbeda dan lebih cenderung untuk menggunakan control terhadap lingkungan mereka. Bagaimanapun sejak tahun 1980-an hasil-hasil riset menjadi lebih membingungkan dan banyak peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara perilaku tipe A dan penyakit jantung koroner sama sekali. Walaupun besarnya kesulitan-kesulitan dalam pengukuran perilaku tipe A, malahan definisi operasional perlu diperkuat dan penelitian epidemiologis masa depan harus mengusahakan secara prospektif memvalidasi komponen-komponen tipe A melawan perkembangan CHD. Tipe A juga telah diteliti pada anak-anak dan remaja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tipe A lebih reaktif terhadap stress daripada anak-anak yang non tipe A. Pada umunya, anak-anak pria lebih memiliki kemungkinan meniru perilaku tipe A dan orang tua mereka daripada anak-anak perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa tipe A berkembang sebagai interaksi antara keturunan dan gaya pengasuhan. Selanjutnya Nay & Wagner mengetahui bahwa anak-anak tipe A memiliki harga diri lebih rendah, lebih eksternal locus of controlnya dan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada teman-teman yang bukan tipe A. Mekanisme coping terhadap stress dan tipe kognisi juga mungkin berbeda antara subjek tipe A dan tipe B.
2.Kepribadian ketabahan Hardiness Tipe kepribadian atau pola perilaku lain yang sering dibicarakan akhir-akhir ini adalah ketabahan (hardiness atau hardy personality) sebuah gagasan konsep dari kobasa. Konseptualisasinya tentang hardiness sebagai tipe kepribadian yang penting sekali pada perlawanan terhadap stress, didapat dari teori eksistensial kepribadian. Dia mulai dengan adanya perbedaan-perbedaan interpersonal dalam control pribadi dan mengkombinasikan variable ini dengan yang lain, agar dapat dihasilkan tipe kepribadian yang lebih komprehensif. Hardiness memasukkan tiga sifat dasar :
a.Kontrol pribadi
b.Komitmen; tingkat keterlibatan dalam peristiwa-peristiwa, aktivitas-aktivitas dan orang-orang.
c.Tantangan; kecenderungan memandang adanya perubahan sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh dan bukan suatu ancaman keselamatan.
 Hardiness dianggap menjaga seseorang tetap sehat walaupun mengalami kejadian-kejadian hidup yang penuh stress. Meskipun Kobasa sendiri dan ahli lain menekankan bukti penelitian yang kuat yang mendukung keadaan dan relevansi hardiness, ada juga banyak kritik. Kritikan yang diberikan pada kepribadian tipe A berlaku pul untuk tipe hardiness; operasionalisasi komponen tersebut nampak sulit, tidak semua dari komponen membantu prediksi hasil kesehatan (misalnya tantangan) dan masalah utama tentang perannya penengah dalam kondisi dan perilaku kesehatan seseorang tidak terjawab dengan tuntas.
3.Lain-lain Optimisme dan perasaan pertalian akhir-akhir ini telah untuk melihat kemampuannya dalam ramalan penyembuhan pembedaan. Keduanya ditemukan sangat mampu meramalkan perbaikan dalam aspek-aspek positif dari penyembuhan setelah mengontrol tingkat pre pembedahan. Perasaan pertalian ditemukan menjadi predictor lebih penting dari pada optimisme dalam konteks ini. Bagaimanapun kedua factor kepribadian ini tidak memprediksikan perbaikan dalam penderitaan atau nyeri, dekat dengan factor perasaan pertalian adalah konsep integrity. Sampai sekarang tipe kepribadian yang lain belum dapat dijelaskan dengan gambling seperti halnya tipe A dan tipe ketabahan. Jelaskan, ditemukan banyak overlap antara konsep tersebut dan metode ukuran kurang konsisten. Disamping itu, masih ada kebutuhan untuk penelitian prospektif yang menyelidiki kualitas interaktif dari factor kepribadian tersebut, dengan variable kepribadian lainnya dan variable lingkungan. Kami akan memberi satu contoh yang menggambarkan kompleksitas factor-faktor kepribadian tersebut. Telah dinyatakan bahwa aspek-aspek hardiness meliputi aspek optimisme. Dalam gilirannya, optimisme telah diteliti dari perspektif atribusi; beberapa pengarang menyatakan bahwa optimisme dikaitkan dengan gaya atribusi seseorang. Atribusi-atribusi pada gilirannya, dikaitkan dengan keinginan untuk mengontrol lingkungan. Dan ini sebenarnya merupakan satu dari konsep dasar hardiness. Jadi, melangkah dari satu gaya kepribadian ke gaya kepribadian lain, kita tinggal dalam lingkaran setan. Jelaslah masih perlu banyak penelitian untuk menjelaskan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dengan hasil kesehatan.


Terminologi Kesehatan 

Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun begitu, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural. Secara harfiah, konsep ini adalah suatu idealisasi yang tidak menganggap bahwa tidak tercapainya kesejahteraan yang sementara merupakan kekuatan yang mendorong perilaku manusia dalam kehidupan yang normal. Konsep ini kurang memandang kesehatan sebagai suatu proses dan tidak memiliki kesamaan dengan komponen khusus kesehatan. Meskipun demikian, dengan merubah focus terhadap aspek positif kesehatan dan memperluas lingkup dimensionalnya, definisi WHO memberikan pengaruh yang besar. Sebagai contohnya, hal ini mendorong yang lain untuk menjelaskan definisi tersebut.


Penyakit – Kesakitan 

Penyakit (disease) dan kesakitan (illness), meskipun sangat berkaitan satu dengan yang lainnya, namun mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental dan konsepsional tentang periode sakit. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki suatu organ, sedang “illness” adalah sesuatu yang dimiliki seseorang. Kesakitan adalah respon subyektif dari pasien serta rsepon di sekitarnya, terhadap keadaan tidak sehat. Tidak hanya memasukkan pengalaman tidak sehatnya saja, tapi juga arti pengalaman tersebut bagi dia. Justru arti inilah menentukan bahwa penyakit atau gejala yang sama, bisa ditafsirkan secara sangat berbeda oleh dua pasien yang berasal dari budaya yang berbeda. Hal ini juga akan mempengaruhi perilaku mereka selanjutnya serta jenis perawatan yang dicari.


Perilaku Kesehatan 

Definisi tersebut tidak hanya meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas tetapi juga kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara tidak langsung. Sebagai tambahan, definisi komprehensif Gochman merangkum beberapa definisi dan atau klasifikasi perilaku kesehatan yang lain. Di Indonesia istilah “perilaku kesehatan” sudah lama dikenal dalam 15 tahun akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini sedang berkembang dengan pesatnya. Khususnya, di bidang antropogi medis dan kesehatan masyarakat. Haruslah dicatat bahwa istilah perilaku kesehatan dapat menimbulkan beberapa kesimpangsiuran. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kami hanya berbicara mengenai perilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitannya dengan kesehatan. Kenyataannya banyak sekali perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang tidak mengetahuinya atau melakukannya dengan alas an yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh, seseorang mungkin melakukan olahraga hanya untuk mengadakan hubungan social, bukan untuk menjaga kesehatan. Atau gosok gigi karena kebiasaan bukan karena alasan kesehatan.


Status Kesehatan 

Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun, menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan, kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku kesehatan.


Faktor Resiko dan Faktor Protektif 


Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian, peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh, hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu. Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik, merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing, pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat, efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu, hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan kesehatan dan masyarakat yang berikutnya : a. Pertama, psikologi cenderung menjadi lebih terapan (tidak hanya akademis) b. Kedua, masalah yang penting dari kesehatan (dan tidak hanya kesehatan mental), mempengaruhi sub disiplin psikologis, tidak hanya klinis tetapi juga sebagai contoh psikologi organisasi (contohnya, stress dan kesakitan dalam perusahaan). c. Faktor yang ketiga yaitu adanya keberhasilan yang terbatas dari psikodiagnostik dan intervensi individual (kuratif), dkebutuihan untuk pencegahan pada skala yang lebih besar (community approach). Oleh karenanya, lebih banyak pengetahuan, penelitian dan ketrampilan diperlukan untuk menyelidiki unsure penentu dasar perilaku

PSIKOLOGI KESEHATAN
Definisi Psikologi Kesehatan


Psikologi kesehatan berfokus pada pemahaman mengenai pengaruh psikologi dalam bagaimana manusia tetap sehat, mengapa mereka sakit, dan bagaimana respon mereka ketika sakit. Kegunaan Psikologi kesehatan adalah mempelajari berbagai issu dan menggiatkan intervensi untuk menolong orang agar tetap sehat atau sembuh dari sakit. Sebagai contoh, peneliti psikologi kesehatan mungkin tertarik dalam mengapa seseorang terus merokok padahal dia tahu bahwa rokok itu menaikkan resiko kangker dan kerusakan hati. Informasi mengenai mengapa seseorang merokok akan membantu peneliti baik memahami miskinya kebiasaan sehat dan rancangan intervensi yang akan diberikan untuk menolong seseorang berhenti merokok.
            Dasar fundamental untuk penelitian dan prkatik dalam psikologi kesehatan adalah definisi dari kesehatan. Pada 1948, WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “sebuah area komplit dari fisik, mental dan social well being dan tidak semata – mata hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (World Health Organization, 1984). Definisi ini, yang memandang kedepan saat itu, adalah inti dari konsepsi psikologi kesehatan mengenai kesehatan. Lebih dari definisi kesehatan sebagai ketiadaan penyakit, kesehatan diakui sebagai penghargaan terhadap keseimbangan antara fisik, mental dan social well-being.Kebanyakan yang menggunakan term “wellness” mengarah pada keadaan optimum kesehatan.
            Psikologi kesehatan concern terhadap seluruh aspek dari kesehatan dan penyakit sepanjang masa kehidupan (Maddux, Robberts, Sledden, & Wright, 1986). Psikologi kesehatan fokus pada kemajuan dan pemeliharaan kesehatan, seperti issu bagaimana agar anak dapat mengembangkan kebiasaan sehat yang baik, bagaimana mengembangkan regular exercise, dan bagaimana mendesign media kampanye agar orang menaikkan kegiatan diets mereka.
            Psikologi kesehatan juga mempelajari aspek psikologis dari pencegahan dan perawatan penyakit. Seorang psikolog kesehatan mungkin akan mengajarkan orang yang mengalami stres kerja bagaimana memanaj stress dengan efektif sehingga hal itu tidak akan merugikan kesehatan orang tersebut. Seorang psikolog kesehatan mungkin akan bekerja dengan orang yang sudah jatuh sakit untuk membantu mereka menyelesaikan penyakit mereka dengan sukses atau belajar untuk mengikuti perawatan regimen mereka.
            Psikologi kesehatan juga berfokus pada etiologi dan korelasi dari kesehatan, penyakit dan dysfunction. Etiologi mengarah pada asal atau penyebab dari penyakit, dan psikolog kesehatan khusus fokus pada tingkah laku dan faktor sosial yang berkontribusi terhadap kesehatan atau penyakit dan dysfunction. Beberapa faktor dapat mengenai kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan seperti mengkonsumsi alkohol, merokok, berolah raga, menggunaan sabuk pengaman, dan jalan memecahkan stress.
            Pada akhirnya, psikolog kesehatan menganalisis dan berusaha untuk meningkathealth care system dan formulasi dari kebijakan kesehatan. Mereka mempelajari dampak dari institusi kesehatan dan profesi kesehatan pada tingkah laku person dan mengembangkan rekomendasi untk peningkatan health care.
            Berdasarkan itu semua, psikologi kesehatan merepresentasikan pendidikan,scientific, dan kontribusi profesional psikologi untuk memajukan dan memelihara kesehatan, pencegahan dan perawatan terhadap penyakit, identifikasi penyebab dan korelasi antara kesehatan, penyakit dan hubungan dysfuction; menaikkan health care system dan formasi kebijakan kesehatan (Matarazzo, 1980).
            Dalam chapter ini, kita mempertimbangkan mengapa pengetahuan menganai kesehatan dan isu kepedulian terhadap kesehatan pada jaman sekarang sebenarnya dituntut lapangan psikologi kesehatan. Untuk memulai, kita ingat bagaimana para filsuf telah menyusun mind-body relationship dan bagaimana kita dapat tiba pada point utama kita sekarang dari mind-body relationship dan tubuh sebagai pengaruh yang tak bisa lepas pada kesehatan. Selanjutnya, kita akan mendiskusikan trends obat, psikologi, dan health care system yang berkontribusi dalam kepentingan psikologi kesehatan. Kemudian kita memahami klinik dominan dan model penelitian dalam psikologi kesehatan; yakni model biopshychososial.

HUBUNGAN PIKIRAN-TUBUH : SEJARAH SINGKAT
Menurut sejarah, para filosofis bimbang antara pandangan tentang pikiran dan badan merupakan bagian dari system yang sama dan ide bahwa mereka merupakan dua system yang berbeda. Ketika kita melihat sejarah zaman dahulu kala, hal itu menjadi jelas bahwa kita datang dalam satu kepercayaan yang sama tentang hubungan pikiran-badan.
Selama manusia prasejarah, sebagian besar budaya mengamati pikiran dan badan sebagai rangkaian. Dahulu penyakit dikira muncul ketika jiwa jahat masuk ke dalam badan, dan perlakuannya melingkupi godaan utama untuk membebaskan jiwa jahat. Beberapa peralatan dari zaman batu berciri kecil, lubang simetris yang dipercaya dibuat secara sengaja dengan peralatan tajam untuk memperbolehkan jiwa jahat untuk pergi dari tubuh ketika seorang dukun beraksi melakukan suatu ritual.
Orang Yunani kuno merupakan peradaban paling awal untuk mengidentifikasi peran dari faktor-faktor secara jasmani dalam kesehatan dan penyakit. Daripada menganggap penyakit sesuatu dari jiwa jahat, kemudian berkembang teori penyakit manusia. Berdasarkan pendapat tersebut, penyakit dihasilkan ketika empat keadaan pikiran atau sirkulasi cairan tubuh-darah, cairan empedu berwarna hitam, cairan empedu berwarna kuning, dan lendir- melewati keseimbangan. Tujuan dari perawatan dulunya untuk mengembalikan keseimbangan diantara keadaan pikiran. Orang Yunani dulunya menugaskan tentang peran untuk pikiran. Mereka menjelaskan tipe kepribadian berhubungan dengan masing-masing empat keadaan pikiran, dengan darah diasosiasikan dengan temperamen yang bergairah, cairan empedu berwarna hitam dihubungkan dengan kesedihan, cairan empedu berwarna kuning dengan suatu watak marah, dan lendir dihubungkan dengan pendekatan menjalani hidup dengan santai. Karena itu, orang Yunani mengatribusi penyakit  ke faktor secara jasmani tapi percaya bahwa faktor psikologis dapat juga menjadi suatu efek.
Pada pertengahan zaman, bagaimanapun, anak lonceng pernah berayun menuju penjelasan supranatural untuk penyakit. Penyakit dianggap sebagai hukuman dari Tuhan untuk kelakuan jahat, dan sembuh seringkali terdiri dari memaksakan paksaan jahat keluar dengan menyiksa diri. Kemudian, bentuk terapi ini digantikan dengan penebusan dosa melalui berdoa dan bekerja keras. Selama ini, gereja sebagai penjaga pengetahuan medis, dan sebagai hasil, latihan medis diasumsikan sebuah religi yang samar. Fungsi dari tabib seringkali dianggap sebagai pendeta, dan kemudian menyembuhkan dan latihan religi menjadi benar-benar susah dibedakan.
Awal peradaban Yunani dan Roma pada abad ke-14 hingga 16 dan berkelanjutan hingga masa kini, melangkah dengan lancar dan panjang telah dibuat dalam pengertian medis secara standar teknis. Keuntungan  ini mencakup penemuan mikroskop pada tahun 1600 dan perkembabgan ilmu pengetahuan alam tentang autopsy, yang berarti memperbolehkan para orang yang masih berlatih dalam kemedisan untuk melihat organ yang dilibatkan dalam penyakit berbeda. Sebagai kemajuan ilmu sel pathology, teori keadaan pikiran tentang penyakit akhirnya diistirahatkan. Sebagai hasil keuntungan peneliti seperti, latihan medis menggambar sangat berkembang dalam penemuan laborator dan lebih dikunci untuk faktor jasmani daripada untuk pikiran sebagai dasar untuk kesehatan dan penyakit. Dalam usaha untuk memecahkan tahayul pada masa lampau, para orang medis menahan mengungkapkan berbagai peran pikiran tentang proses penyakit. Sebaliknya, mereka memfokuskan pada organik dan ilmu penyakit tentang sel sebagai dasar untuk mereka mendiagnosis dan rekomendasi perawatan.

Kontribusi Psikoanalisis
            Pandangan ini mulai berubah dengan munculnya psikologi modern, khusunya dengan hasil karya awal Sigmund Freud(1856-1939) dalam perubahan gangguan syaraf.Berdasarkan Freud, spesifik konflik ketidaksadaran dapat menghasilkan gangguan fisik yang khusus yang menyimbolkan kemunculan konflik logikal. Dalam pembicaraan menurut hysteria, para pasien mengubah konflik ke sebuah gejala via kemauan sistem saraf itu sendiri; dia menjadi relatif bebas dari kecemasan dalam konflik yang akan dihasilkan(Cameron, 1963).
            Literatur perubahan gangguan syaraf penuh dengan rahasia tapi secara biologis tidak mungkin mengganggu, seperti glove anesthesia( yang dimana tangan, tetapi tidak pada organ lengan lain, kehilangan rasa), dalam merespon tingkat stres yang lebih tinggi. Masalah lain-termasuk tak bisa bicara secara tiba-tiba, pendengaran, atau penglihatan; getaran; paralisis otot; dan kelainan cara makan seperti anorexia dan bulimia- juga diinterpretasikan sebagai bentuk perubahan gangguan syaraf. Respon perubahan yang sesungguhnya  akhir-akhir ini lebih berkurang terlihat.
Ilmu Kedokteran Psikosomatis
Meskipun demikian, ide spesifik penyakit diproduksi secara individual konflik internal yang dijadikan abadi dalam pekerjaan Flanders Dunbar pada tahun 1930 (Dunbar, 1943) dan Franz Alexander pada tahun 1940(Alexander, 1950). Tidak seperti Freud, penelitian ini dihubungkan pola kepribadian, daripada satu konflik spesifik, untuk suatu penyakit yang spesifik. Contohnya, Alexander berkembang sebuah bentuk kepribadianulcer-prone sebagai seseorang yang memiliki kelainan yang disebabkan oleh kebutuhan kebergantungan dan cinta yang berlebihan.
Sesuatu yang lebih penting berangkat dari Freud memperhatikan postulat mekanisme fisiologis untuk dihitung untuk hubungan antara konflik dan kelainan. Sedangkan Freud percaya bahwa reaksi perubahan terjadi tanpa suatu kebutuhan pergantian fisiologis, Dunbar dan Alexander berpendapat bahwa konflik menghasilkan kecemasan, yang menjadi ketidaksadaran dan mengambil korban secara fisiologis pada tubuh via ssistem araf autonom. Perubahan berkelanjutan secara fisiologis akhirnya menghasilkan suatu aktual gangguan organik. Dlam kasus pasien terluka, contohnya, merepresikan emosi hasil dari frustasi kebergantungan dan pencarian kebutuhan cinta dikatakan untuk meningkatkan sekresi asam dalam perut, akhirnya mengikis garis perut dan produksi luka(Alexander, 1950).
Penelitian Dunbar dan Alexander membantu bentuk lapangan ilmu medis psikosomatis yang muncul dengan menawarkan bentuk kelainan khusus yang dipercaya menjadi psikosomatis yang asli-karena itu, kelainan jasmani disebabkan oleh konflik emosional; luka, hyperthyroidism, rheumatoid arthisis, essential hypertension, neurodermatitis(kelainan kulit), colitis, dan bronchial asthma. Banyak dari ide awal dihasilkan dengan dihubungkan perspektif ilmu medis psikosomatis yang bertahan hingga saat ini(Engel, 1986)
Meskipun demikian, beberapa kritik penting tentang hal ini membuat pergerakan telah ditaruhkan. Pertama, hasil kerja yang dibanyak banyak dari formulasi didasarkan problem-problem scara metodologi, tidak disesuaikan dengan standar tertinggi ilmu pengetahuan alam akhir-akhir ini. Kedua, dengan lebih penting, para peneliti sekrang percaya bahwa konflik khusus atau tipe kepribadian yang tidak cukup untuk menghasilkan suatu penyakit. Selanjutnya, awal dari datangnya penyakit membutuhkan suatu interaksi dari bermacam-macam faktor; hal ini termasuk kemungkinan kelemahan genetik dalam suatu organisme, lingkungan saat ini sebagai faktor penyebab stres, pengalaman belajar sejak dini dan konflik-konflik, dan kognisi individual, dan usaha mengopi. Kritik ketiga dari pergerakan psikosomatis adalah seperangkat penyakit khusus yang ditutup rapat dikarenakan faktor-faktor psikis, dengan ini penolakan jumlah problem medis yang dimana psikis dan fktor sosial dipertimbangkan untuk digunakan dengan tujuan tertentu.
Sebagai penganti kritik pergerakan awal psikosomatis, dasar-dasar yang dikeluarkan untuk perubahan yang mendalam dalam kepercayaan tentang hubungan antara pikiran dan tubuh(Engel, 1986). Saat ini, kita tahu bahwa kesehatan fisik adalah jalinan yang tidak dapat dihindarkan antara psikological dan lingkungan sosial : semua kondisi sehat dan sakit, tidak hanyapenyakit yang di identifikasi oleh teori awal psikosomatis, yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan sosial. Perlakuan suatu penyakit dan prognosis untuk penyembuhan secara substansi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai hubungan orang medis dengan kesabaran dan ekspektasi tentang luka dan ketidaknyamanan. Selalu sehat merupakan penyebab pokok sebagai kebiasaan hidup sehat, yang dimana semua dibawah kontrol seseorang, dan seperti secara sosial menyebabkan faktor seperti stres dan dukungan sosial. Pikiran dan tubuh tidak bisa diartikan terpisah dalam hal kesehatan dan penyakit.
Keinginan yang diperbaharui dalam hubungan pikiran-tubuh juga diisi dengan peningkatan perhatian dalam pengobatan Barat ke filosofis medis tradisional orang Asia Timur dan latihan-latihan. Contohnya, pendekatan orang China untuk kesehatan dan penyakit fokus pada seluruh orang dan lebih jauh daripada pandangan suatu organ yang sakit dalam isolasi, mempertimbangkan hubungan tersebut ke semua sistem tubuh. Dengan mengidentifikasi gejala dan menggunakan teknologi diagnosis lainnya, pola ketidakharmonisan yang menghasilkan penyakit yang diidentifikasi. Tujuan dari perawatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan, yang dimana seringkali terselesaikan melalui berbagai perlakuan seperti obat herbal, akupuntur, pijat, latihan, dan nutrisi. Pemikiran mendalam ini telah meningkat tergabung dalam penyebuhan medis Barat.
Suatu pengertian yang cocok tentang apa yang menjaga orang-orang sehat atau membuat mereka baik-baik saja merupakan tidak mungkin tanpa pengetahuan tentang kontek secara psikologis dan sosial yng diikuti dengan kesehatan dan penyakit yang terlatih. Konsep hubungan pikiran-tubuh ini merupakan salah satu dari berbagai faktor yang memperluas sektor pertumbuhan secara cepat tentang psikologi kesehatan.

MENGAPA  BIDANG PSIKOLOGI KESEHATAN ITU DIBUTUHKAN?
            Sejumlah trend dalam bidang obat-obatan, psikologi, dan sistem health careberkombinasi dalam kemunculan Psikologi Kesehatan tidak terbantahkan. Dapat dikatakan bahwa psikologi kesehatan merupakan salah satu perkembangan yang terpenting  di bidang psikologi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Faktor apa yang berlanjut pada perkembangan psikologi kesehatan?
Perubahan Pola dari Penyakit
            Faktor terpenting dalam munculnya psikologi kesehatan adalah perubahan dalam pola penyakit yang terjadi di Amerika Serikat dan masyarakat maju secara teknologi lainnya. Sebagaimana ditunjukkan dalam figure 1.1, sampai abad ke 20, penyebab utama dari penyakit dan kematian di Amerika Serikat adalah acute disorder (kelainan akut)—terutama tuberculosis, pnemonia, dan penyakit yang mudah menular lainnya. Kelainan akut adalah penyakit jangka pendek, seringkali dikarenakan viral atau bacterial yang menginvasi dan masih dapat disembuhkan. Bagaimanapun, sekarang, penyakit kronis—terutama penyakit jantung, kanker, dan diabetes—adalah kontributor utama dalam kecacatan dan kematian, terutama dalam negara industrial. Penyakit kronik adalah penyakit yang berkembang secara lambat, penderitanya pun dapat hidup dalam waktu yang lama. Seringkali, penyakit kronis tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat diatur oleh pasien dan provider health care. Tabel 1.1 mendaftar penyakit utama di seluruh dunia pada masa kini.
            Mengapa penyakit kronis membantu mengembangkan bidang psikologi kesehatan? Pertama,  penyakit tersebut adalah penyakit yang diimplikasi oleh faktor psikologis dan sosial sebagai penyebab. Contohnya, kebiasaan kesehatan personal, seperti diet dan merokok, terimplikasi dalam perkembangan penyakit kanker dan jantung, dan aktifitas seksual kritis terhadap perkembangan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Konsekuensinya, psikologi kesehatan telah berubah secara perlahan-lahan, pada bagian, untuk mengeksplorasi penyebab-penyebab tersebut dan untuk mengembangkan cara untuk memodifikasinya.
            Kedua, karena orang dapat hidup dengan penyakit kronis selama bertahun-tahun, isu psikologis muncul dalam koneksi terhadap hal tersebut. Psikolog kesehatan menolong orang yang sakit kronis menyesuaikan secara psikologis dan sosial pada perubahan statekesehatan mereka. Mereka (psikolog kesehatan) membantu mereka yang memiliki penyakit kronik mengembangkan regimen pengobatan, banyak diantaranya yang melibatkan self-care. Penyakit kronis berdampak pada fungsi keluarga, termasuk hubungan dengan parter atau anak, dan psikolog kesehatan mengeksplorasi kedua perubahan tersebut dan membantu mengurangi ketegangan permasalahan dalam fungsi keluarga yang dapat muncul.
            Banyak orang dengan penyakit kronis menggunakan terapi unconventional diluar pengobatan formal dan mengevaluasi efektifitasnya merupakan salah satu isu dimana psikolog kesehatan dapat memberi pencerahan.
Kemajuan dalam Teknologi dan Penelitian
            Bidang dalam psikologi kesehatan berganti hampir setiap hari karena isu-isu baru muncul dan memerlukan input dari psikolog (Saab et al., 2004). Contohnya, teknologi baru kini memungkinkan untuk mengidentifikasi gen-gen yang berkontribusi dalam banyak kelainan. Dalam beberapa tahun terakhir, gen-gen berkontribusi dalam banyak penyakit, termasuk kanker payudara, telah ditemukan. Bagaimana kita membantu mahasiswa dengan ibu yang telah didiagnosa dengan kanker payudara menghadapi resiko dirinya sendiri, sebagaimana kini dasar genetik dari kanker payudara telah dipahami secara lebih baik? Psikolog kesehatan membantu menjawab pernyataan semacam itu.
            “Ayah saya terkena serangan jantung. Haruskah saya melakukan perubahan dalam diet saya?” tanya seorang mahasiswa dalam kelas psikologi kesehatan. Psikolog kesehatan menyelenggarakan penelitian yang mengidentifikasi faktor resiko dalam penyakit, seperti misalnya diet tinggi lemak, dan membantu orang belajar merubah diet mereka dan senantiasa menjalankannya. Membantu orang membuat keputusan yang sesuai dan berdasarkan informasi adalah tugas psikologis yang penting.
Kemajuan dalam penelitian genetik telah memungkinkan untuk mengidentifikasi penyakit bawaan (carriers) dan untuk melakukan tes pada janin guna mengidentifikasi kehadiran penyakit yang membahayakan hidup. Hal tersebut menempatkan beberapa orang tua dalam posisi harus membuat keputusan apakah mereka akan menggugurkan kandungannya—keputusan yang sangat sulit untuk diambil.
              Penanggulangan tertentu yang mungkin memperpanjang usia hidup dapat juga mengkompromisasikan kualitas kehidupan secara kurang baik. Secara meningkat, pasien ditanyakan hal yang lebih mereka suka mengenai ukuran mempertahankan-kehidupan, dan mereka mungkin membutuhkan konseling dalam persoalan tersebut. Ini hanyalah contoh kecil dalam peningkatan peran yang dimainkan oleh pasien dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dan penyakit mereka juga pengaturannya, dan dengan kehadiran psikolog kesehatan dapat membantu proses tersebut.
Peran Epidemology dalam Psikologi Kesehatan
            Perubahan pola penyakit telah dipetakan dan diikuti oleh bidang epidemiology , sebuah disiplin ilmu yang berelasi dekat dengan psikologi kesehatan dalam tujuan dan ketertarikannya (Miller, 1992). Epidemiology adalah suatu studi frekuensi, distribusi, dan penyebab penyakit mudah menular dan tidak dalam suatu populasi, berdasarkan pada investigasi fisikal dan lingkungan sosial. Contohnya, studi epidemiologist tidak hanya siapa memiliki jenis kanker apa namun juga mengapa jenis kanker tertentu yang lebih banyak muncul dibandingkan jenis lain dalam suatu area geografis tertentu atau dalam kelompok orang tertentu.
            Dalam konteks statistik epidemiologis, kita akan melihat penggunaan frekuensi dari dua terms penting: “morbidity” dan “mortalityMorbidity adalah sejumlah kasus penyakit yang ada dalam suatu titik waktu tertentu. Morbiditas dapat diekspresikan sebagai angka dari kasus baru (incidence) atau sebagai jumlah total kasus yang senantiasa ada (prevalence). Statistik morbiditas kemudian memberitahu kita berapa banyak menderita jenis penyakit apa kapan pun. Mortality adalah angka kematian yang disebabkan hal tertentu.
            Dalam menetapkan tujuan dan perhatian psikologi kesehatan dan health caremencoba secara lebih luas, statistik morbiditas dan mortalitas penting. Kita perlu tahu penyebab utama dari penyakit yang menyebabkan kematian, maka guna menurunkan terjadinya hal tersebut. Contohnya, mengetahui bahwa kecelakaan automobil secara sejarah telah menjadi penyebab utama kematian diantara anak-anak, remaja, dan dewasa muda telah berujung pada inisiasi ukuran keamanan, mandatori hukum sabuk pengaman, dan airbags. Mengetahui bahwa penyakit kardiak adalah penyebab utama dalam kematianpremature (kematian yang terjadi didahului oleh usia kematian yang terekspektasi pada seorang individu) telah berujung pada usaha senegara untuk menurunkan faktor resiko diantara mereka yang paling rentan, termasuk penurunan merokok, perubahan diet, penurunan kolesterol, peningkatan latihan, dan penurunan berat tubuh (Smith, Orleans, & Jenkins, 2004).
            Namun morbiditas sama pentingnya. Apa guna afeksi penyebab kematian jika orang-orang tetap saja sakit namun tidak meninggal? Secara meningkat, psikologi kesehatan memperhatikan tidak hanya hasil biologis namun juga dengan kualitas kehidupan yang berelasi dengan kesehatan dan komplain berkaitan dengan gejala. Tentu, beberapa telah berargumen bahwa kualitas kehidupan dan ekspresi dari gejala seharusnya menjadi target yang lebih penting bagi intervensi kita daripada mortalitas dan indikator biologis lainnya (Kaplan, 1990). Konsekuensinya, psikolog kesehatan menjadi lebih terlibat dalam usaha untuk meningkatykan kualitas hidup diantara mereka yang didiagnosa dengan penyakit kronis, maka individu-individu tersebut dapat hidup selama mereka bisa tanpa mengalami rasa sakit, kecacatan atau ketidak mampuan, dan kemungkinan kompromi lifestyle.
Pengembangan Jasa-Jasa Perawatan Kesehatan
Seperangkat faktor-faktor lainnya yang mengontribusi bangkitnya psikologi kesehatan berhubungan dengan perluasan jasa-jasa perawatan kesehatan Perawatan kesehatan adalah jasa industri terbesar di Amerika Serikat, dan hal tersebut masih berkembang secara cepat. Orang Amerika menghabiskan lebih dari $1.7 triliun dalam setahun untuk perawatan kesehatan(National Center of Health Statistic, 2005). Akhir-akhir tahun ini, industri perawatan kesehatan meningkat dibawah pemeriksaan yang teliti seperti yang telah kita ketahui bahwa peningkatan luar biasa pada perawatan kesehatan menghabiskan tidak meminjam dengan pergerakannya dalam indikasi kualitas kesehatan dasar(Tovian, 2004).
Lebih lanjut, perbedaan yang sangat besar muncul di Amerika Serikat seperti beberapa individu merasa nyaman ketika perawatan kesehatan yang sangat baik tersedia di dunia ketika individu lainnya menerima perawatan kesehatan yang sedikit kecuali disaat darurat. Berdasarkan tahun 2005, 46.6 miliar orang Amerika tidak mempunyai asuransi kesehatan sama sekali(U.S. Census Bureau, 2005), dengan dasar pencegahan perawatan dan perlakuan untuk penyakit yang sama karena perekonomian tidak tercapai. Hal ini diantara perkembangan yang akhir-akhir ini diisi oleh usaha-usaha untuk memperbaiki sistem perawatan kesehatan untuk prasarana orang Amerika dengan sebuah paket sederhana perawatan kesehatan, sama seperti apa yang telah ada di sebagian besar negara Eropa.
Psikologi kesehatan merepresntasikan suatu perspektif penting di isu ini karena beberapa alasan :
  • Karena berisi biaya perawatan kesehatan yang sangat penting, sektor psikologi kesehatan menekankan pada pencegahan-secara nama, memodifikasi resiko kesehatan perilaku individu sebelum mereka sakit- memiliki potensi untuk mengurangi jumlah dolar yang dikeluarkan untuk mengatur penyakit.
  • Psikologi kesehatan memiliki substansi penelitian pada apa yang membuat seseorang puas atau tidak puas dengan perawatan kesehatannya(lihat bab 8 dan 9). Karena itu, mereka dapat membantu dalam mendesign sistem perawatan kesehatan yang nyaman digunakan.
  • Industri perawatan kesehatan memperkerjakan jutaan individu dalam berbagai pekerjaan. Hampir setiap individu di negara memiliki kontak langsung dengan sistem perawatan kesehatan sebagai penerima jasa. Karena itu, akibatnya pada manusia sangat besar.
Untuk semua alasan tersebut, kemudian, kesehatan memiliki suatu substansi sosial dan akibat psikologikal pada manusia, akibat itu ditujukan oleh psikologi kesehatan.
Meningkatkan Penerimaan Medis
Alasan lain untuk mengembangkan psikologi kesehatan adalah meningkatkan penerimaan psikologi kesehatan dalam komunitas medis (Matarazzo, 1994). Meskipun psikologi kesehatan digunakan dalam pengaturan kesehatan selama bertahun-tahun, nilai-nilainya semakin diakui oleh dokter dan perawatan kesehatan profesional lainnya. Pada suatu waktu, peran dalam perawatan kesehatan sebagian besar terbatas pada tugas administrative tes dan menginterpretasikan hasil tes individu-individu yang diduga terganggu secara psikologis. Seperti psikiatri dalam pengaturan kesehatan, psikolog biasanya hanya melihat “masalah pasien-pasien” yang bagi staf medis sulit untuk mengaturnya atau keluhan fisik yang diyakini sepenuhnya berasal dari psikologis. Pasien yang memiliki keluhan yang dapat dengan mudah diatribusikan pada masalah medis dan yang mudah untuk mengelola/mengaturnya, dianggap tidak memiliki masalah psikologis dan dianggap di luar keahlian psikolog.
Saat ini, bagaimana pun juga pengasuh semakin menyadari bahwa psikologis dan faktor-faktor sosial penting dalam kesehatan dan penyakit. Oleh karena itu, peran psikolog dalam mengubah kebiasaan pasien dan memberikan kontribusi terhadap pengobatan semakin diakui.

Menunjukkan Kontribusi pada Kesehatan
            Psikologi kesehatan menunjukkan bahwa psikologi kesehatan dapat membuat kontribusi substansial dalam kesehatan (Melamed, 1995), kontribusi yang membentuk buku ini. Beberapa contoh singkat disini dapat mengilustrasikan poin ini.
            Psikologi kesehatan telah mengembangkan berbagai intervensi perilaku jangka pendek untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kesehatan termasuk mengelola rasa sakit, mengubah kebiasaan kesehatan yan buruk seperti merokok; dan mengelola efek samping atau efek pengobatan yang berhubungna dengan berbagai penyakit kronis. Teknik yang sering memerlukan hanya beberapa jam untuk mengajar sering memproduksi manfaat yang banyak. Seperti intervensi, khususnya mereka yang menargetkan factor resiko seperti diet dan merokok, telah memberikan kontribusi bagi penurunan actual dalam insiden beberapa penyakit, khususnya penyakit jantung koroner (M. Mc. Ginnis, et., 1992).
Untuk mengambil sampel yang lain, psikolog belajar bertahun-tahun yang lalu bahwa pasien memberitahuka sepenuhnya tentang prosedur dan sensasi yang terlibat dalam prosedur medis yang tidak menyenangkan, seperti operasi, meningkatkan penyesuaian mereka pada prosedur tersebut (Janis, 1958” J. E. Johnson, 1984). Pengobatan lainnya saat ini dengan rutin mempersiapkan pasien-pasien mereka untuk prosedur-prosedur seperti itu. Akhirnya, jika sesuatu disiplin berkembang, disiplin tersebut harus menunjukkan track record yang kuat dan psikologi kesehatan telah diterapkan dengan tepat.

Kontribusi Metodologi Logis
            Psikologi kesehatan membuat kontribusi metodologis yang penting   bagi isu-isu kesehatan dan penyakit. Banyak dari isu-isu yang berkembang dalam pengaturan medis menunjuk investigasi penelitian yang ketat meskipun dokter dan perawat menerima beberapa metodologi dan pendidikan statistic, pelatihan mereka mungkin tidak memadai untuk mengarahkan penelitian pada masalah yang mereka harapkan kecuali mereka membuat penelitian spesialis mereka sendiri. Psikologi kesehatan dapat menjadi bagian yang berharga dari tim penelitian yang menyediakan metodologi dan ahli statistic yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan yang baik dalam psikolog.

Eksperimen
            Banyak penelitian dalam psikologi kesehatan merupakan eksperimental. Dalam sebuah eksperimen, seorang peneliti menciptakan dua atau lebih kondisi yang berbeda stu sama lain. Individu kemudian secara acak ditugaskan pada kondisi yang berbeda dan reaksi mereka diukur. Eksperimen diarahkan oleh praktisi perawatan kesehatan untuk mengevaluasi treatment atau intervensi dan efektivitas ata waktunya disebut randomized clinical trials.
            Jenis eksperimen seperti apakah yang dilakukan psikologi kesehatan? Untuk mendeterminasi apabila kelompok pendukung memperbaiki penyesuaian pada kanker, pasien kanker mungkin secara acak ditugaskan untuk berpartisipasi dalam sebuah kelompok pendukung atau untuk berpartisipasi dalam sebuah kondisi pembanding Seperti intervensi pendidikan dan kemudian dievaluasi pada titik waktu berikutnya untuk menetukan apakah suatu kelompok pasien lebih baik disesuaikan pada kanker daripada yang lainnya atau dimana cara mereka berbeda dalam penyesuaiannya.
            Eksperimen adalah aliran utama dari ilmu pengetahuan, karena sering menyediakan jawaban yang pasti pada masalah daripada metode penelitian yang lainnya. Ketika kita memanipulasi sebuah variabel dan melihat efeknya kita dapat membangun sebuah hubungan sebab akibat secara pasti. Untuk alasan ini eksperimen danrandomized clinical trials menjadi aliran utama dari penelitian psikologi kesehatan. Bagaimana pun, kadang-kadang hal ini tidak praktis untuk mempelajari isu-isu secara eksperimental. Individu tidak dapat, misalnya, secara acak ditugaskan untuk penyakit.

Correlational Studies
Sebagai hasil, penelitian lain dalam psikologi kesehatan adalah penelitian korelasional, yaitu ketika psikologi kesehatan mengukur perubahan pada satu variabel yang berkorespondensi dengan perubahan pada variabel yang lainnya. Studi korelasional akan menjelaskan, sebagai contoh, orang dengan kekerasan akan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung. Kekurangan studi korelasional adalah tidak mungkin untuk menentukan arah dari hubungan sebab akibat yang tidak ambigu. Tetapi akan memungkinkan jika kalimat diubah menjadi resiko terkena penyakit jantung akan mengarahkan seseorang untuk berperilaku keras. Di sisi lain, studi korelasional sering memiliki keuntungan pada situasi eksperimen karena bersifat mudah beradaptasi, memudahkan kita untuk mempelajari isu-isu ketika variable tidak dapat dimanipulasi.
Prospective Designs
Beberapa masalah yang berkait dengan studi korelasional dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan prospektif dalam penelitian. Penelitian ini melihat bagaimana sebuah kelompok berubah atau bagaimana hubungan antar dua variabel berubah sepanjang waktu. Sebagai contoh apabila kita menemukan bahwa kekerasan berkembang pada awal kehidupan, tapi ada resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung berkembang kemudian, kita akan merasa lebih yakin bahwa kekerasan adalah faktor independen yang menyebabkan penyakit jantung dan mengetahui bahwa hubungan kausalnya tidak berlaku (penyakit jantung menyebabkan kekerasan).
Dalam psikologi kesehatan terdapat banyk studi prospektif untuk mengerti faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi kesehatan. Kita mungkin akan mengintervensi diet suatu kelompok dan tidak di kelompok lain dan sepanjang waktu melihat perbedaan tingkat penyakit jantung. Ini merupakan studi prospektif eksperimental. Dilain hal, kita dapat mengukur diet yang orang ciptakan untuk dirinya sendiri dan melihat perbedaan tingkat penyakit jantung, sebagai penentu baik atau tidaknya diet tersebut. Ini merupakan contoh dari studi prospektif yang berkorelasi.
Jenis penelitian lain yang setipe dengan pendekatan prospektif adalah penelitian longitudinal, yaitu ketika kita meneliti orang yang sama untuk periode waktu yang lama. Contohnya, jika kita ingin mengetahui faktor apa yang berhubungan dengan resiko awal terkena penyakit kanker payudara, kita akan meneliti sekelompok wanita muda yang ibunya terkena kanker payudara sebagai usaha untuk mengetaui apakah anaknya terkena kanker payudara atau tidak, dan apakah ada faktor lain yang berkaitan dengan perkembangan kanker tersebut, seperti diet, merokok, mengonsumsi alkohol, atau faktor-faktor lain yang beresiko tinggi menyebabkan penyakit tersebut.
Penelitian Retrospektif
Peneliti juga biasa menggunakan penelitian retrospektif, untuk melihat ke belakang dan mencoba untuk merekonstruksikan kondisi yang dapat mengarahkan pada situasi tersebut. Metode retrospektif, sebagai contoh, sangat kritis dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang beresiko dalam menyebabkan AIDS. Pada awalnya, peneliti melihat adanya kenaikan yang tiba-tiba pada penyakit kanker yang disebut Karposi’s sarcoma dan mengobservasi bahwa orang dengan kanker tersebut akan lebih banyak meninggal karena kesalahan pada system imun. Dengan melihat sejarah orang yang terkena penyakit tersebut, peneliti dapat menentukan bahwa berhubungan sex melalui anal tanpa kondom berkaitran dengan perkembangan penyakit tersebut. Karena penelitian retrospektif, peneliti dapat mengetahui beberapa faktor yang dapat menyebabkan AIDS sebelum mereka mengidentifikasi adanya retrovirus.
Melalui teks ini, kita mengetahui adanya bermacam-macam metode penelitian yang sudah dikembangkan dalam meneliti masalah psikologi kesehatan. Pendahuluan di awal bab sudah mengenalkan metode-metode penelitian yang paling penting untuk mengklarifikasi metode-metode yang dijelaskan dalam subbab. Kita dapat menyebutkan bahwa sebuah penelitian dapat melatih bahwa psikologi kesehatan dapat diterima pada berbagai kalangan, pengalaman tersebut dapat membuat mereka menjadi bagian yang bernilai dalam tim penelitian yang mencoba memahami bagaimana cara kita untuk hidup sehat dan mengapa kita bisa sakit.
MODEL BIOPSIKOSOSIAL DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN
            Ide dari pikiran dan tubuh bersama-sama menentukan kesehatan dan penyakit secara logis mengimplikasi sebuah sebuah model untuk mempelajari isu-isu ini. Model ini disebut model biopsikososial. Secara tidak langsung, asumsi fundamental bahwa kesehatan dan penyakit adalah konsekuensi-konsekuensi dari hal-hal dari biologikal, psikologikal, dan faktor sosial (G. L. Engel, 1977, 1980; G. E. Schwartz, 1982). Karena model biopsikososial membnetuk begitu menonjol dalam penelitian dan isu klinis yang dijelaskan dalam buku ini, kami mempertimbangan itu menjadi detail disini.
Model Biopsikososial Versus Model Biomedikal
            Mungkin cara terbaik untuk mengerti model biopsikososial adal dengan membandingkannya dengan model biomedikal. Model biomedikal, yang mana dipengaruhi pemikiran dari sebagian besar praktisi kesehatan selama 300 tahun belakangan, mempertahankan bahwa semua penyakit dapat dijelaskan pada hasil yang menyimpang dari keadaan normal proses somatis tubuh, seperti ketidakseimbangan biokimia atau keabnormalan neurophysiological. Model biomedikal berasumsi bahwa psikologikal dan proses sosial sebagian besar tidak berhubungan dengan proses suatu penyakit.
            Walaupun model biomedikal memiliki keuntungan yang tidak dapat dihindarkan untuk mempelajari beberapa penyakit,hal ini memiliki beberapa potensi pertanggungjawaban. Pertama, hal ini merupakan sebuah model pengurangan. Dimana, hal ini mengurangi penyakit ke level yang lebih rendah, seperti sel-sel yang rusak dan ketidakseimbangan kimia,lebih baik daripada mengenali peran dari sosial umum, dan proses psikologikal. Kedua, model biomedikal adalah model faktor tunggal secara esensial. Hal ini menjelaskan penyakit tahap malfungsi biologikal lebih baik daripada mengenalinya berbagai faktor, hanya sebagian yang merupakan biologikal, yang mungkin mempertanggungjawabkan kepada perkembangan penyakit. Ketiga, model biomedikal secara implisit berasumsi sebuah dualisme pikiran-tubuh, menjaga bahwa pikiran dan tubuh merupakan wujud yang terpisah. Akhirnya, model biomedikal dengan jelas menekankan penyakit mengalahkan kesehatan. Hal ini, difokuskan pada penyimpangan yang membawa pada penyakit daripada pada kondisi yang mungkin meningkatkan kesehatan.
            Oleh karena itu, kekurangan dari model biomedikal adalah berbeda-berbeda. Hal ini memiliki kesulitan penjelasan untuk mengapa sebuah kebutuhan kondisi somatis tertentu bukannya tidak dapat dihindarkan menuju ke penyakit. Sebagai contoh, jika enam orang dinyatakan penyakit campak, apakah hanya tiga orang mengembangkan penyakit itu? Ada psikologikal dan faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan penyakit, dan hal itu ditolak oleh model biologikal. Apakah sebuah perlakuam akan mengobati sebuah penyakit juga sangat banyak dipengaruhi oleh psikologikal dan faktor sosial, dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan model biomedikal. Sebagai konsekuensinya, peneliti dan praktisi telah secara meningkat menggunakan model biopsikososial.
Manfaat dari Model Biopsikososial
Bagaimana, kapan, apakah model biopsikosasial dari kesehatan dan penyakit dapat merugikan model biomedical? Model biopsikososial, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan penyusun kesehatan dan penyakit yang terdiri 3 (tiga) faktor utama yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial. Proses makrolevel (seperti dukungan sosial, rasa depresi) dan proses mikrolevel (seperti kerusakan pada sel dan ketidakseimbanagan kimiawi) saling berinteraksi untuk mencapai status kesehatan dan penyakit tertentu.
Menurut model biopsikososial, kesehatan dan penyakit disebabkan oleh berbagai macam faktor serta dapat menimbulkan efek yang berbagai macam pula. Selain itu, pikiran (non fisik) dan tubuh (fisik) tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi terutama dalam aspek kesehatan dan penyakit. Berdasarkan sudut pandang ini, kesehatan dapat dicapai dengan memberikan perhatian pada kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial. Kesehatan tidak semata-mata pemberian belaka (World Health Organization, 1948).
Namun, bagaimana faktor biologis, sosila, dan psikologis berinterkasi jika faktor biologis adalah proses mikrolevel sedangkan faktor psikologis dan sosial merupakan proses makrolevel? Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti mengadopsi pendekatan system theory dalam aspek kesehatan dan penyakit. System theory menyatakan bahwa setipa level organisasi saling berhubungan dan jika salaha satu level berubah maka akan merubah level yang lainnya.Hal ini berarti proses mikrolevel (seperti perubahan sel) terkait dengan proses makrolevel (seperti nilai-nilai sosial) dan perubahan pada mikrolevel dapat berdampak pada perubahan makrolevel (begitu pula sebaliknya).
Konsekuensinya, kesehatan, penyakit, dan perawatan medis merupakan proses yang berhubungan yang melibatkan berbagai macam perubahan. Pendekatan ini membuat peneliti dapat merasa puas dan dapat memunculkan pendekatan-pendekatan multivariasi dalam menguji permasalahan. Selain itu pendekatan ini sering kali membutuhkan analisis statistik yang kompleks (G.E. Schwartz, 1982).
Implikasi Klinis Model Biopsikososial
Terdapat beberapa implikasi kllinis model biopsikososial pada praktik klinis terhadap pasien. Pertama, dalam mngetahui kesehatan atau penyakit individu, model biopsikososial harus selalu memperhatikan hubungan antara faktor biologis, psikologis, dan sosial terutama saat proses diagnosis (Oken, 2000). Meskipun tetap saja pendekatan interdiciplinary team merupakan pendekatan terbaik dalam  membuat diagnosis) 9g. E. schwartz, 1982).
Yang kedua, model biopsikososial memastikan bahwa treatment yang telah direkomendasikan  tersebut mencakup ketiga faktor utama. Dengan melakukan hal ini, muncul kemungkinan untuk dapat memilih jenis treatment yang jelas bagi setiap individu serta membuat treatment yang dapat digunakan pada berbagai permasalahan. (G. E. Schwartz, 1982).
Yang ketiga, model membuat jelas bentuk hubungan antara praktisi dan pasien. Hubungan praktisi-pasien yang efektif dapat meningkatkan motivasi pasien, dampak treatment yang baik, dan  kecepatan pemulihan dari penyakit (Belar, 1997)
Rangkuman
Singkatnya, model biopsychosocial jelas menyatakan bahwa praktisi harus memahami faktor-faktor sosial dan psikologis yang berkontribusi terhadap penyakit untuk mengobati secara tepat. Dalam kasus individu yang sehat, model biopsychosocial menunjukkan bahwa orang dapat mengerti kebiasaan kesehatan hanya dalam konteks psikologis dan sosial. Konteks ini dapat menjaga kebiasaan kesehatan yang buruk atau, dengan modifikasi yang tepat, dapat memfasilitasi perkembangan yang sehat. Dalam kasus sakit individu, biologis, psikologis, dan faktor-faktor sosial semua berkontribusi terhadap pemulihan.
Mempertimbangkan seorang eksekutif bisnis berkuasa tinggi di awal usia 40-an yang memiliki serangan jantung. Sebuah pendekatan medis tradisional untuk masalah ini akan menekankan masalah kontrol melalui pemberian obat teratur. Pendekatan yang biopsychosocial pada masalah pria ini juga akan mengidentifikasi praktik-praktik kesehatan yang mungkin telah memberi kontribusi pada awal serangan jantung. Upaya pengobatan dapat berfokus pada latihan, pelatihan dalam teknik-teknik untuk mengatur stres, dan rekomendasi sebuah program untuk membantu dia berhenti merokok. Selain itu, penilaian akan terlihat di lingkungan sosialnya, pengakuan bahwa ia menghabiskan relatif sedikit waktu bersama istri dan anak-anak, dan direkomendasikan bahwa ia melakukan interaksi sosial yang positif dengan keluarganya merupakan suatu tujuan tambahan untuk rehabilitasinya. Penggunaan model biopsychosocial memberitahukan jenis-jenis penilaian yang cangggih, dan psikolog kesehatan merupakan pusat pengembangan tren ini.
UNTUK APA PELATIHAN PSIKOLOGI KESEHATAN?
Mahasiswa yang terlatih dalam psikologi kesehatan di tingkat sarjana pergi ke berbagai pekerjaan yang berbeda.
Karir dalam Praktek
Beberapa masuk ke kedokteran, menjadi dokter dan perawat. Karena pengalaman mereka dalam psikologi kesehatan, mereka sering mampu memahami dan mengelola aspek sosial dan psikologis dari masalah kesehatan yang mereka lakukan lebih baik daripada jika pendidikan mereka hanya memasukkan pelatihan dalam obat tradisional. Jadi, misalnya, mereka mungkin menyadari bahwa tidak ada jumlah pendidikan dalam rencana perawatan diri bagi orang sakit kronis akan berhasil kecuali anggota keluarga juga dibawa masuk dan dididik di resimen. Beberapa praktisi kesehatan ini juga melakukan penelitian.
Mahasiswa psikologi kesehatan lainnya masuk ke kelompok bidang profesional kesehatan, seperti kerja sosial, okupasi terapi, dietetics, terapi fisik, dan kesehatan masyarakat. Pekerja sosial dalam pengaturan medis, misalnya, sering bertanggung jawab untuk menilai di mana pasien pergi setelah discharge, keputusan yang tercerahkan oleh pengetahuan tentang kebutuhan psikososial individu pasien. Seorang wanita dalam masa penyembuhan setelah operasi kanker payudara, misalnya, mungkin perlu hubungan dengan kelompok pendukung kanker payudara dan kontak untuk mendapatkan bagian tubuh buatan. Pekerjaan seorang terapis sangat terlibat dalam hobi kejuruan dan pelatihan ulang dari sakit kronis dan ketidakmampuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja untuk kehidupan sehari-hari. Dietetics adalah bidang yang semakin penting sebagai peran diet dalam pengembangan dan pengelolaan penyakit kronis tertentu seperti kanker, sakit jantung, dan diabetes, agar menjadi  jelas. Terapi fisik membantu pasien memperoleh kembali kegunaan anggota badan dan fungsi yang mungkin telah terganggu oleh penyakit dan perawatannya.
Karir dalam Penelitian
Banyak siswa pergi untuk melakukan penelitian dalam kesehatan masyarakat, psikologi, dan obat-obatan. Peneliti kesehatan masyarakat yang terlibat dalam penelitian dan intervensi yang memiliki tujuan luas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat umum. Para peneliti kesehatan masyarakat biasanya bekerja di latar akademik, di lembaga-lembaga publik (seperti negara departemen kesehatan), pusat-pusat untuk pengendalian penyakit, klinik keluarga berencana, Administrasi keselamatan dan kesehatan kerja dan lembaga negaranya, dan pengelolaan kualitas udara kantor-kantor kabupaten, serta rumah sakit, klinik, dan lembaga-lembaga perawatan kesehatan lainnya.
Dalam pengaturan ini, para peneliti kesehatan masyarakat dapat bertanggung jawab untuk berbagai tugas. Sebagai contoh, mereka mungkin terlibat dalam mengembangkan intervensi pendidikan bagi masyarakat umum untuk membantu orang mempraktekan perilaku kesehatan secara lebih baik. Mereka mungkin secara formal mengevaluasi program-program untuk meningkatkan praktek-praktek yang berhubungan dengan kesehatan yang telah dilaksanakan melalui media dan masyarakat. Mereka mungkin bertanggung jawab untuk mengawasi lembaga-lembaga kesehatan, seperti klinik kesehatan dan keselamatan atau kantor. Mereka mungkin memetakan perkembangan penyakit tertentu, memantau ancaman kesehatan di tempat kerja dan mengembangkan intervensi untuk mengurangi ancaman tersebut, dan melaksanakan penelitian di bidang kesehatan.
Banyak sarjana dalam psikologi kesehatan pergi ke sekolah pasca sarjana di bidang psikologi, di mana mereka belajar riset, mengajar, dan keterampilan yang diperlukan untuk intervensi kesehatan praktek psikologi (Sheridan et al., 1989).
Banyak psikolog kesehatan ini kemudian bekerja di universitas jurusan psikologi, dimana mereka melakukan penelitian dan melatih mahasiswa baru; yang lainnya bekerja di sekolah-sekolah medis; banyak yang membuat praktek mandiri, dimana mereka bekerja dengan pasien yang memiliki gangguan yang berhubungan dengan kesehatan; bekerja di rumah sakit dan pengaturan perawatan lainnya ;dan yang lainnya bekerja di industri atau pengaturan kesehatan untuk meningkatkan perilaku kesehatan, mencegah kecelakaan dan morbiditas terkait pekerjaan lain, dan mengendalikan biaya perawatan kesehatan (Quick, 1999; S. Williams & Kohout, 1999).
Pengingat dalam buku ini berfokus pada jenis pengetahuan, pelatihan, penelitian, dan intervensi yang dilakukan psikolog kesehatan dan dalam bab terakhir, bab 15, informasi tentang bagaimana mengejar karir di bidang psikologi kesehatan disediakan. Dalam poin ini, sangat berguna untuk menuju pada konten yang menarik dan wilayah yang berkembang.